bicara dan sangat menjaga sekali etika mereka dalam berinteraksi dengan orang yang dihadapinya. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari budaya bangsa Jepang itu sendiri
yang sangat menjaga perasaan orang lain saat berkomunikasi, sehingga dari budaya tersebut muncullah idiom dalam bahasa Jepang yang berkaitan dengan perasaan. Hal ini berbeda
sekali dengan bahasa Indonesia, dimana dalam bahasa Indonesia idiom yang berkaitan dengan perasaan minim jumlahnya. Dengan kata lain, makna idiom dari suatu bahasa,
disesuaikan dengan budaya si pemakai bahasa.
Dengan melihat budaya bangsa Jepang yang sangat menghargai dan menjaga perasaan orang lain saat berkomunikasi, maka penulis merasa sangat tertarik untuk membahas makna
idiom yang berhubungan dengan perasaan sebagai sesuatu yang abstrak yang dipergunakan dalam bahasa Jepang.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah idiom khususnya dalam bahasa Jepang sampai saat ini sudah cukup banyak dibicarakan orang. Sampai sekarang masalah ini masih terus dipertanyakan oleh kalangan
awam, juga kalangan ahli bahasa. Jika berbicara tentang idiom kita akan segera bertanya tentang pengertian idiom sebenarnya agar dapat segera mengetahui arti dari idiom baik
dalam kata maupun dalam kalimat. Berkaitan dengan itu, banyak pula idiom yang dijumpai dalam karya-karya non ilmiah, seperti novel, cerpen, artikel dan sebagainya. Tidak hanya
idiom yang terbentuk dari anggota tubuh manusia yang dapat dilihat langsung oleh mata, tetapi juga idiom-idiom yang terbentuk dari suatu yang abstrak seperti idiom yang terbentuk
dari kata perasaan 気`ki`. Alasan penulis membahas idiom yang terbentuk dari kata perasaan adalah karena idiom tersebut merupakan yang paling banyak terdapat dalam novel Watashi
no Kyoto dibandingkan dengan idiom-idiom lain, yang membuat penulis ingin mengetahui lebih jauh makna dari kata-kata yang membentuknya. Selain itu, karena orang Jepang sangat
Universitas Sumatera Utara
memiliki perasaan sehingga dari perasaan tersebut timbul kesadaran untuk menghargai lawan bicaranya pada saat berkomunikasi, maka dari perasaannya itulah orang Jepang selalu
memilih kata yang tepat agar tidak menyinggung perasaan lawan bicaranya. Untuk mengetahui makna sebuah idiom, setiap orang harus mempelajarinya sebagai
seorang penutur asli dan tidak hanya melalui makna dari kata-kata yang membentuknya. Oleh sebab itu, maka diajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut: 1.
Idiom apa sajakah yang terbentuk dari kata perasaan “ki” dalam novel Watashi no Kyoto?
2. Bagaimana makna yang ditimbulkan akibat proses gramatikal pada idiom bahasa
Jepang yang terbentuk dari kata perasaan “ki”?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Berdasarkan dari masalah yang ada, perlu dibuat batasan permasalahan. Hal ini ditujukan agar pembahasannya tidak terlalu luas, sehingga objek pembahasan dapat lebih
diperjelas. Mengingat banyaknya jumlah idiom dalam bahasa Jepang yang umumnya terbentuk dari anggota tubuh manusia, maka penulis membatasi pembahasan dengan hanya
membahas idiom bahasa Jepang yang terbentuk dari kata perasaan “ki” saja. Pembahasan idiom yang terbentuk dari kata perasaan “ki” ini dibahas dengan acuan suatu novel yang
berjudul Watashi no Kyoto karya Watanabe Jun`ichi. Berikut penulis akan menguraikan keenam belas idiom 気`Ki` dalam novel tersebut.
1. 気を配る 3.気が付く 5.気になる
7. 気に入る
2. 気が楽 4.気に掛かる
6. 気に留める 8.気がある
Universitas Sumatera Utara
9. 気を遣う 11.気を許す 13.気が利く
15.気がない
10. 気がする 12.気が違う 14.呆気に取られる 16.気位が高い
Agar pembahasan idiom ini lebih akurat, maka penulis sebelum bab pembahasan menjelaskan sedikit tentang perasaan orang Jepang yang selalu menghargai perasaan lawan
bicara dengan menggunakan kata-kata yang tepat, salah satunya dengan menggunakan idiom yang terbentuk dari kata “ki” atau perasaan.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka