kita
12 I.J Pr, 44
Tahun Tidak setuju
Poligami itu dilakukan laki-laki karena tidak puas
hanya dengan satu isteri
13 L.N 45
Tahun Tidak setuju
Sepertinya, poligami terlalu “melelahkan”
perasaan perempuan
14 K.K Pr,
25 Tahun Setuju
poligami sebagai pilihan hidup setiap orang
15 P.J Lk,
27 Tahun Netral
Poligami merupakan permasalahan dalam
perkawinan yang paling banyak diperdebatkan
sekaligus controversial. Poligami ditolak dengan
berbagai macam argumentasi baik yang
bersifat normative, psikologis bahkan selalu
dikaitkan dengan ketidakadilan gender
4.5.4. Interaksi Keluarga Yang Berpoligami
Menurut Kimbal Young dan Reymond W.Mack dalam Soekanto 1990:60- 61, menyatakan bahwa interaksi sosial adalah kunci semua kehidupan sosial, oleh
karena tanpa interaksi tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Sedangkan menurut Gillin dan Gillin menyebutkan interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-orang perorangan dengan
kelompok-kelompok manusia.
Universitas Sumatera Utara
Menurut pendekatan interaksionis faktor yang menentukan dalam upaya untuk memahami prilaku keluarga adalah kajian terhadap interaksi antara para anggota
keluarga dan interpretasi apa yang para individu bersangkutan berikan pada interaksi tersebut. Karena para anggota keluarga secara terus-menerus saling mempengaruhi
maka keluarga adalah suatu unit sosial yang senantiasa tumbuh, berkembang dan bersifat dinamis Ihromi, 1999:276-277. Dengan kata lain pendekatan interaksi
melihat keluarga sebagai unit interaksi personal, dimana ayah, ibu, dan anak-anak akan saling menjalin hubungan dalam interaksi dan komunikasi. Pendekatan ini juga
melihat bagaimana individu memainkan perannya masing-masing dalam keluarga dan bagaimana mereka memikirkan dan merasakan apa yang mereka lakukan dalam
keluarga mereka dan terhadap anggota keluarga lainnya. Dalam penelitian ini dilihat adalah hubungan antara istri pertama dan istri
kedua serta dengan anak-anak mereka yang berbeda ibu dan juga hubungan suami dengan masing-masing keluarga istrinya. Berikut ini yang dikatakan oleh E.M :
“Hubungan saya dengan istri kedua bapak tidak baik, begitu juga dengan anak-anak saya tidak ada yang suka kepada ibu tirinya.
Semenjak bapak menikah lagi bapak jadi kurang perhatian kepada kami dan lebih sayang kepada istri mudanya. Tapi saya bersyukur
bapak tidak mempunyai anak dari istri keduanya sehingga dengan demikian saya dan anak-anak tidak perlu berbaikan dengan wanita
itu.”
Hal serupa juga dikatakan I.Y : “Walaupun sudah menikah lagi suami saya masih mau
menafkahi saya dan anak-anak. Suami saya berharap saya dan anak saya bisa menjalin hubungan dengan istri mudanya, tapi saya tidak
rela mana mungkin saya menjalin hubungan dengan madu saya perempuan yang sudah merebut suami saya, mungkin sampai
matipun saya tidak rela. Tapi saya kasihan terhadap anak-anak saya yang terpaksa harus mau berhubungan dengan ibu tirinya karena
Universitas Sumatera Utara
kalau tidak begitu ayahnya tidak mau memberi uang jajan kepada anak-anak saya “.
Sumber kebahagiaan manusia umumnya berasal dari hubungan sosial. Baik itu merupakan hubungan cinta atau kekuasaan, hubungan itu mendatangkan kepuasan
yang timbul dari perilaku orang lain, demikian halnya terhadap kepuasan-kepuasan yang tidak mementingkan diri sendiri. Pekerjaan yang dilakukan seorang diri pun
menimbulkan kebahagiaan. Penderitaan dan kebahagiaan manusia itu ditentukan oleh perilaku orang lain. Sama halnya pada tindakan manusia yang mendatangkan
kesenangan di satu pihak, menimbulkan ketidaksenangan pada pihak lain. Lembaga keluarga memegang peranan penting dalam setiap masyarakat.
Lembaga ini memegang fungsi sebagai pengaturan seksual, penerus keturunan, sosialisasi, kasih sayang, penentuan status sosial seseorang, perlindungan dan
ekonomi.
Pada umumnya poligami ini terjadi karena salah satu pihak tidak lagi dapat memenuhi harapan dan kebutuhan pasangannya, hingga salah satu pihak ingin mencari
pengganti yang lain. Poligami terjadi bisa juga diakibat dari perkawinan yang tidak bahagia.
Di dalam rumah tangga interaksi sosial antara suami isteri dan anak tidak selamanya berjalan dengan baik. Perbedaan kepentingan pribadi tidak dapat
dipungkiri, kerjasama dalam keluarga hanya dapat dilakukan bila kepentingan dapat diakomodasikan. Seperti yang dikatakan E.P Pr,27 Tahun
“Dulu sebelum ayah kawin lagi saya sangat dekat dengan ayah. Saya adalah anak kesayangannya. Tapi sekarang hubungan
saya dengan ayah jadi semakin jauh setelah ayah tidak pernah lagi membiayai saya dan keluarga, karena ayah tidak pernah lagi
mengunjungi saya. Sayapun merasa sangat canggung bila harus berinteraksi dengan ayah bila saya sedang mengunjunginya”.
Universitas Sumatera Utara
Ikatan emosi antara pria dan wanita tidak hanya terbentuk dalam suatu ikatan perkawinan, tetapi juga antara seorang ayah dengan anak-anaknya. Figur sang ayah
yang baik di dalam keluarga, tentulah merupakan sosok yang banyak diidolakan oleh si anak. Namun bila sang ayah yang mereka idolakan tersebut melakukan poligami,
akan menimbulkan kekecewaan pada sang anak. Bahkan tidak jarang interaksi yang awalnya cenderung terbentuk positif pada figur sang ayah, maka akan cenderung
berubah menjadi negatif. Dari sang ayah si anak belajar tentang otoritas, kekuatan, persaingan kerja,
cara mengungkapkan kemarahan, cara mengelola uang, mengambil resiko dan cara mengembangkan citra diri. Dan cara terbaik seorang ayah untuk menolong anak-
anaknya adalah dengan mendengarkan mereka, terutama saat mereka sedang sedih, bingung ataupun penasaran akan suatu masalah. Namun sang ayah tetap harus
membiarkan dan tetap mengawasi mereka dalam menyelesaikan masalahnya dengan jalan mereka sendiri, dengan begitu mereka merasa diperhatikan. Tapi lain halnya
yang dikatakan informan saya ibu E.L “Suami saya kawin siri tiga tahun yang lalu. Saya tidak tahu
mengapa dia kawin lagi. Mungkin dia sudah bosan dengan saya dan ada perempuan yang lebih cantik daripada saya. Tapi, menurut saya,
hal itu boleh saja dia lakukan asal tetap memerhatikan saya dan anak-anaknyanya. Dan itu dilakukan oleh suami saya sampai
sekarang. Saya terpaksa menjalin hubungan baik dengan istri kedua suami saya karena Suami saya sudah mempunyai dua anak dari
wanita itu, mau tidak mau saya harus mengakui anaknya sebagai anak saya jg”.
Interaksi sosial dalam keluarga yang berpoligami dapat berjalan dengan baik dan harmonis apabila seorang suami dapat menjalankan peran dan tanggung
jawabnya sebagai kepala rumah tangga dan menjalankan fungsi-fungsi keluarga
Universitas Sumatera Utara
dengan sebaik-baiknya. Perkawinan poligami juga akan akan berjalan lancar jika dilakukan secara terbuka, jujur, tidak sembunyi-sembunyi, adanya izin dari istri
pertama serta adanya nilai-nilai dan motivasi agama yang mempangaruhi dalam menjalankan keluarga poligami. Konflik yang biasanya muncul dalam keluarga yang
berpoligami adalah adanya kecemburuan antara sesama istri dan tidak adilnya seorang suami dalam membagi tanggung jawabnya. Akibat dari permasalahan ini
interaksi antara anggota-anggota keluarga baik antara suami dan istri, antara sesama istri dan antara orang tua dengan anak akan terganggu.
4.5.5. Konflik Sosial Dan Ekonomi Keluarga Poligami