Fenomena Poligami Di Masyarakat (Studi Deskriptif Di Kelurahaan Lalang, Medan)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FENOMENA POLIGAMI DI MASYARAKAT

(STUDI DESKRIPTIF DI KELURAHAAN LALANG, MEDAN)

SKRIPSI Diajukan Oleh

SYAPRIANI 050901074

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNUVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Syapriani

Nim : 050901074 Departemen : Sosiologi

Judul : Fenomena Poligami Di Masyarakat

(Studi Deskriptif Di Kelurahaan Lalang, Medan)

Dosen Pembimbing Sekretaris Departemen Sisiologi

Dra. Rosmiani, M.A

NIP : 196805251992031002

NIP:196002261990032002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

Dekan FISIP USU

NIP : 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdullilah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya yang senantiasa menyertai dan menaungi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahaan dan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Berkat Rahmat dan Karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulus dapat merangkai kata demi kata dan menghadapi berbagai hambatan selama proses penyusunan skripsi ini sehingga skripsi dapat diselesaikan. Skipsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul Fenomena Poligami Di Masyarakat (Studu deskriptif di Kel. Lalang Kec. Medan Sunggal). Dengan ketulusan hati, skripsi ini penulis persembahkan sebagai tanda cinta dan bakti penulis kepada Ayahanda Syarifuddin dan Ibunda Emirianum yang telah banyak mencurahkan doa, kasih sayang, pengorbanan baik moril maupun materil, yang sangat tulus dan tiada henti kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada kakak dan adikku tercinta Ira, Nila, Evi dan Muhar yang telah memberikan dorongan, motivasi, dan semangat yang sangat luar bisa dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerjasama, bantuan dan dukungan dari semua pihak baik itu secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan kerendahan hati, izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan yang tulus dan terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si sebagai Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Rasa hormat dan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk ibu Dra. Rosmiani, MA selaku dosen pembimbing yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, masukan serta ide-ide dan pemikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Muba Simanuhuruk, M.Si sebagai dosen wali yang telah memberikan pengarahan, nasehat serta semangat kepada penulis selama menuntut ilmu di Departemen Sosiologi.

5. dan tiada henti-hentinya diberikan kepada penulis. Skripsi ini ananda persembahkan sebagai tanda ucapan terima kasih dan bakti ananda.

6. Seluruh staf pengajar khususnya dosen-dosen di Departemen Sosiologi dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya kak Feni dan kak


(5)

Betty dan juga yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan andil besar dalam studi penulis.

7. Terima kasih penulis persembahkan kepada Staf Kelurahaan yang telah memberikan data.

8. Kepada kakak dan abang saya Ira dan Iwan, Nila dan Dedi, Evi dan Budi, Muhar, Sutan & Ucok terima kasih karena telah memberikan banyak motivasi kepada penulis.

9. Ungkapan terima kasih yang setulus-tulusnya penulis persembahkan kepada Taufiq Jamal atas cinta dan kasih sayang, canda, perhatian, dukungan, semangat dan selalu memberikan warna-warni terindah kepada penulis. Semoga harapan dan cita-cita kita dapat tercapai Amiiin.

10. Buat teman-teman saya Yulia, Rizka, Nova, Tyara, Cencen, Nana, Yanti, Ita, Rani, Penggi, Ayu, Rama, Hernita, Katob, dan yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu semoga sukses dan selamat berjuang terimakasih atas dukungan nya dan juga kepada senior-senior 2003, 2004 yang telah banyak membantu penulis, junior-junior 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 yang tidak henti memotivasi. Terima kasih banyak.

11. Teman-teman di rumah Wulan, Rini, Maya, Ani Tapsel, Heri, Amat, Mbot, Ria, Prado, Dedek dan Dian terimakasih untuk setiap dukungan dan bantuannya.

12. Terima kasih juga untuk seluruh keluarga besarku di Medan yang selalu menanyakan kapan aku wisuda. Pertanyaan ini terkadang membuatku kesal


(6)

tetapi juga menjadi dorongan bagiku agar bisa secepatnya menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dengan segala ketrbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu masukan dan kritik yang membangun sangat penulis hargai. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis banyak mengucapkan banyak terimakasih.

Medan. Desember 2010


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………....……..i

DAFTAR ISI………..……..v

DAFTAR TABEL……….………….…vii

ABSTRAKSI………..………...…….…….…..viii

BAB I PENDAHULUAN……….. ………...1

1.1. Latar Belakang Masalah……….………... 1

1.2. Perumusan Masalah………...6

1.3. Tujuan Penelitian ……….………...7

1.4. Manfaat Penelitian……….……...……8

1.5. Defenisi Konsep……….. ……….….…...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA………..………... ……….11

2.1. Poligami………...……….……...11

2.2. Teori Pilihan Rasional………...………..15

2.3. Teori Interaksi Sosial………...………...17

BAB III METODE PENELITIAN………..…….….…...21

3.1. Jenis Penelitian………...………..…..… .….……21

3.2. Lokasi Penelitian………..…..……22

3.3. Unit Analsis dan Informan………..………...22

3.4. Teknik Pengumpulan Data ………….………..….23

3.5. Teknik Analisa Data ………..………24

3.6. Jadwal Kegiatan… ……….……..………...25

3.7. Keterbatasan Penelitian………..……….…….…..27

BAB IV DESKRIPSI DAN INTEPRETASI DATA………...……..…..28

4.1. Deskripsi Lokasi………...28

4.1.1. Lokasi dan Letak Geografis………….……….……….28

4.1.2. Keadaan Penduduk………...……….29

4.1.3. Pembangunan Di Bidang Agama………...29


(8)

4.1.5. Mata Pencaharian……… ...31

4.2. Sarana Pemerintah Dan Keamanan………..…….…33

4.2.1. Sarana Fisik Pemukiman………...……….…….….…….34

4.2.2. Pendidikan……….……...35

4.3. Gambaran Kehidupan Sosial Keluarga……….….………....36

4.4. Profil Informan ……….…....36

4.4.1. Profil Informan Kunci………..…..36

4.4.2. Profil Informan Biasa………….………..……….41

4.5. Hasil Intepretasi Data……….…..……….47

4.5.1. Makna Perkawinan Bagi Masyarakat……….……..………….47

4.5.2. Poligami Menurut Agama Islam………52

4.5.3. Pandangan Masyarakat Tentang Poligami……….…....…55

4.5.4. Interaksi Keluarga Yang Berpoligami………..….63

4.5.5. Konflik Sosial Dan Ekonomi Keluarga Yang Berpoligami………..67

4.5.6. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Terjadinya Poligami………...…..72

BAB V PENUTUP………...………..…..….…….78

5.1. Kesimpulan………..….…..………...……78

5.2. Saran………..…79

DAFTAR PUSTAKA………...………..…………....81 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 : Jadwal Kegiatan……….26

TABEL 4.2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Yang dianut……….…30

TABEL 4.3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………...32

TABEL 4.4 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Kerja………...…33

TABEL 4.5 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan………..35

TABEL 4.6 : Hubungan Pendapat Masyarakat Tentang Fenomena Poligami...…71

ABSTRAKSI

Fenomena poligami semakin marak akhir-akhir ini, terutama karena dipertontonkan secara vulgar oleh para tokoh panutan di kalangan birokrasi, politisi, seniman, dan bahkan agamawan. Poligami adalah masalah yang sering diperhatikan di Indonesia, salah satu negara yang memperbolehkan poligami dengan syarat tertentu. Poligami memang termasuk ajaran agama Islam, agama yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Namun demikian, pemahaman orang Islam terhadap poligami dalam ajaran agama berbeda-beda. Ada yang beranggapan bahwa poligami dianjurkan dalam keadaan tertentu; ada juga yang percaya bahwa poligami seharusnya ditinggalkan pada masa kini. Dalam media massa Indonesia, sering ada berita tentang poligami. Kasus Aa Gym, seorang kyai dari Bandung yang menikah lagi pada tahun 2006, memicu perdebatan luas dalam masyarakat Indonesia tentang topik yang kontroversial ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Penelitian ini berlokasi Kelurahaan (Kampung) Lalang Medan. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 15 orang, 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan yang berpoligami yang ada di Kampung Lalang. Dan 9 orang informan biasa yang terdiri dari anak dari keluarga poligami dan masyarakat biasa. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap hasil turun lapangan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode wawancara dan observasi. Dalam proses wawancara ini, untuk membantu proses pengumpulan data maka peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara dan observasi. Hasil dalam penelitian ini adalah bahwa keputusan untuk berpoligami adalah merupakan pilihan rasional yang dianggap merupakan solusi yang tepat dalam mengakhiri setiap permasalahan yang terus-menerus yang tidak mempunyai harapan lagi untuk bisa dipertahankan. Berbagai faktor yang membuat suami berpoligami


(10)

yaitu : terjadinya konflik dimana dalam sebuah keluarga tersebut tidak dikaruniai anak, takut terjadi perzinahan misalnya istrinya menderita penyakit berkepanjangan, atau sudah tidak bisa lagi memenuhi keperluan seksual suaminya, suami merasa mampu secara fisik maupun ekonomi sehingga membuatnya ingin menikah lagi. Faktor yang membuat istri mau dipoligami yaitu dilatarbelakangi oleh beberapa alasan yaitu ingin menjaga nama baik dan martabat keluarga, ketergantungan secara ekonomi pada suami, kepentingan anak, ingin menjadi istri yang soleha yang berbakti pada suaminya, menjaga keutuhan dan kebahagian keluarga dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak keharmonisan keluarga seperti perselingkuhan dan perbuatan zina dan poligami dianggap sebagai suatu suratan nasib. Dan pandangan masyarakat terhadap poligami berbeda-beda, ada yang pro ada pula yang kontra, ada yang pro tetapi tidak mau melaksanakan atau tidak berani melaksanakan karena pertimbangan tertentu, ada pula yang kontra memang benar-benar tidak setuju dan ada pula yang tidak setuju tetapi bersikap toleran kepada yang melaksanakannya


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 : Jadwal Kegiatan……….26

TABEL 4.2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Yang dianut……….…30

TABEL 4.3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………...32

TABEL 4.4 : Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Kerja………...…33

TABEL 4.5 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan………..35

TABEL 4.6 : Hubungan Pendapat Masyarakat Tentang Fenomena Poligami...…71

ABSTRAKSI

Fenomena poligami semakin marak akhir-akhir ini, terutama karena dipertontonkan secara vulgar oleh para tokoh panutan di kalangan birokrasi, politisi, seniman, dan bahkan agamawan. Poligami adalah masalah yang sering diperhatikan di Indonesia, salah satu negara yang memperbolehkan poligami dengan syarat tertentu. Poligami memang termasuk ajaran agama Islam, agama yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Namun demikian, pemahaman orang Islam terhadap poligami dalam ajaran agama berbeda-beda. Ada yang beranggapan bahwa poligami dianjurkan dalam keadaan tertentu; ada juga yang percaya bahwa poligami seharusnya ditinggalkan pada masa kini. Dalam media massa Indonesia, sering ada berita tentang poligami. Kasus Aa Gym, seorang kyai dari Bandung yang menikah lagi pada tahun 2006, memicu perdebatan luas dalam masyarakat Indonesia tentang topik yang kontroversial ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Penelitian ini berlokasi Kelurahaan (Kampung) Lalang Medan. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 15 orang, 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan yang berpoligami yang ada di Kampung Lalang. Dan 9 orang informan biasa yang terdiri dari anak dari keluarga poligami dan masyarakat biasa. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap hasil turun lapangan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode wawancara dan observasi. Dalam proses wawancara ini, untuk membantu proses pengumpulan data maka peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara dan observasi. Hasil dalam penelitian ini adalah bahwa keputusan untuk berpoligami adalah merupakan pilihan rasional yang dianggap merupakan solusi yang tepat dalam mengakhiri setiap permasalahan yang terus-menerus yang tidak mempunyai harapan lagi untuk bisa dipertahankan. Berbagai faktor yang membuat suami berpoligami


(12)

yaitu : terjadinya konflik dimana dalam sebuah keluarga tersebut tidak dikaruniai anak, takut terjadi perzinahan misalnya istrinya menderita penyakit berkepanjangan, atau sudah tidak bisa lagi memenuhi keperluan seksual suaminya, suami merasa mampu secara fisik maupun ekonomi sehingga membuatnya ingin menikah lagi. Faktor yang membuat istri mau dipoligami yaitu dilatarbelakangi oleh beberapa alasan yaitu ingin menjaga nama baik dan martabat keluarga, ketergantungan secara ekonomi pada suami, kepentingan anak, ingin menjadi istri yang soleha yang berbakti pada suaminya, menjaga keutuhan dan kebahagian keluarga dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak keharmonisan keluarga seperti perselingkuhan dan perbuatan zina dan poligami dianggap sebagai suatu suratan nasib. Dan pandangan masyarakat terhadap poligami berbeda-beda, ada yang pro ada pula yang kontra, ada yang pro tetapi tidak mau melaksanakan atau tidak berani melaksanakan karena pertimbangan tertentu, ada pula yang kontra memang benar-benar tidak setuju dan ada pula yang tidak setuju tetapi bersikap toleran kepada yang melaksanakannya


(13)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Perkawinan merupakan cara paling mulia yang dipilih Pencipta alam semesta untuk mempertahankan proses regenerasi pengembangbiakan, dan keberlangsungan dinamika kehidupan. Arti sesungguhnya dari perkawinan adalah penerimaan status baru, dengan sederetan hak dan kewajiban yang baru, serta pengakuan akan status baru oleh orang lain. Perkawinan merupakan persatuan dari dua atau lebih individu yang berlainan jenis seks dengan persetujuan masyarakat. Seperti dikatakan Horton dan Hunt, perkawinan adalah pola sosial yang disetujui dengan cara mana dua orang atau lebih membentuk keluarga( Horton dan Hunt, 1999).

Perkawinan adalah suatu ikatan persetujuan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita atau lebih, untuk hidup bersama, berumah tangga, dengan landasan hukum agama dan hukum adat. Dengan demikian tujuan perkawinan bukan sebagai sarana pelampiasan nafsu, melainkan memiliki tujuan yang lebih mulia (Musafir Aj, 1996 : 15).

Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang, kesenangan dan sarana bagi terciptanya kerukunan hati. Hubungan suami istri adalah dikarenakan adanya ikatan perkawinan yang merupakan ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri. Tujuan ikatan perkawinan adalah untuk dapat membentuk keluarga (rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk menegakkan rumah tangga yang bahagia dan menjadi sendi


(14)

dasar dari susunan masyarakat. Selain merupakan sunah dan sendi daya tahan, perkawinan juga merupakan jalan untuk mengawali perwujudan dorongan seks dalam masyarakat dan juga merupakan pelindung dari penyimpangan dan keterjerumusa dalam pelanggaran etika moral maupun sosial kemasyarakatan. Karena tanpa pengawasan dan pembatasan akan mengakibatkan pertentangan sosial. Misalnya, pergaulan bebas tanpa adanya ikatan perkawinan akan ditentang oleh masyarakat. Perkawinan bisa memelihara pandangan mata dan kemaluan, memadamkan api sahwat, menenangkan jiwa, memuaskan insting, dan menjaga kesehatan (Abbas, 2001 : 7 )

Ada berbagai macam bentuk perkawinan dalam masyarakat yaitu perkawinan monogami, poligami, poliandri dan perkawinan kelompok (group marriage). Dari keempat bentuk perkawinan ini perkawinan monogami dianggap paling ideal dan sesuai untuk dilakukan. Perkawinan monogami adalah perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita dimana pada prinsipnya bahwa suami mempunyai satu istri saja dan sebaliknya. Walaupun perkawinan monogami merupakan perkawinan yang paling sesuai untuk dilakukan tetapi banyak juga masyarakat yang melakukan perkawinan poligami, hal ini dapat dilihat dari banyaknya public figur yang melakukan poligami. Sehingga istilah poligami semakin mencuat dan menjadi perbincangan di berbagai media baik itu media massa ataupun media elektronik dan juga diberbagai diskusi dan seminar-seminar. Begitu juga di kalangan birokrasi pemerintah, kaum agamawan, LSM, dan masyarakat umum. Mereka ada yang setuju dan menerima adanya praktek poligami dengan berbagai persyaratannya dan sebagian lainnya ada yang menolaknya.


(15)

Kohler (dalam Muhammad Thalib, 2004 : 25) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk perkawinan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu monogami dan poligami. Masing-masing bentuk ini dikenal dalam masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Monogami merupakan perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan pada suatu saat tertentu. Bentuk perkawinan monogami sering dianggap sebagai perkawinan yang ideal, namun dalam realita hidup sering berlawanan dengan pernyataan, bahkan senantiasa berakibat kurang baik.

Sedangkan poligami adalah perkawinan dengan lebih dari satu pasangan. Poligami termasuk poligini, yaitu perkawinan dengan lebih dari satu istri, sedangkan poliandri, yaitu perkawinan dengan lebih dari satu suami. Istilah poligami sering dipakai untuk mengacu kepada poligini saja karena praktek ini lebih sering diamalkan daripada poliandri.

Fenomena poligami semakin marak akhir-akhir ini, terutama karena dipertontonkan secara vulgar oleh para tokoh panutan di kalangan birokrasi, politisi, seniman, dan bahkan agamawan. Poligami sesungguhnya merupakan akumulasi dari sedikitnya tiga faktor: Pertama, lumpuhnya sistem hukum kita, khususnya Undang-undang Perkawinan. Kedua, masih kentalnya budaya patriarki di masyarakat yang memandang isteri hanyalah ‘konco wingking’ yaitu harus ikut apa mau suami dan tidak boleh menolak; dan ketiga, kuatnya interpretasi agama yang bias gender dan tidak akomodatif terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Interpretasi agama yang memposisikan isteri hanya sebagai obyek seksual, tidak memiliki kemandirian sebagai manusia utuh. Realitas sosiologis di masyarakat menjelaskan bahwa poligami


(16)

selalu dikaitkan dikaitkan dengan ajaran islam (

Perbincangan mengenai poligami tampaknya tak pernah berhenti. Bahkan perbincangan tersebut telah berubah menjadi perdebatan yang seru, khususnya sejak zaman pasca-Orde Baru. Sesungguhnyalah, para pendebat masalah poligami seperti mendapatkan semangat yang menggebu-gebu untuk membincangkannya, baik yang pro maupun yang kontra. Pada zaman Orde Baru, pemerintah “melindungi” istri para pegawai negeri melalui PP (Peraturan Pemerintah) No. 10/1983. Namun, ternyata para suami berpoligami secara sembunyi-sembunyi. Sekarang, dengan semangat “reformasi”, perkawinan poligami juga mengalami “reformasi”. Kalangan menengah dan atas seolah-olah berlomba dalam berpoligami. Bahkan, ada calon wakil bupati yang tidak sungkan-sungkan melibatkan lima istrinya untuk berkampanye memenangi kursi bupati.

http://www .kedaikebebasan. org/inc/kk printversion .php?=id280).

Isu poligami juga mulai mencuat kembali sejak Puspo Wardoyo bos ayam bakar wong solo menyediakan Poligami Award bagi setiap pria dan wanita yang berlaku adil terhadap istri-istrinya. Pria ini disamping mengaku dirinya sebagai “Presiden Poligami Indonesia’, ia juga menjadi direktur BKKSP singkatan dari Biro konsultasi Keluarga Sakinah dan Poligami. Dan juga pernikahan kedua Aa Gym, Beliau adalah public figure, tokoh agama, dan juga seorang pengusaha sukses. Dulu sebelum isu poligami ini beredar, ceramah-ceramah Aa banyak dihadiri oleh kaum ibu-ibu di Indonesia, selain para Bapak-bapak tentunya.Tetapi kini, semenjak Aa


(17)

menikah lagi, kontroversi dan polemik seputar poligami kembali mencuat, dengan subjeknya adalah Aa Gym, seorang panutan agama di tanah air .

Dalam UU Perkawinan No.1 tahun 1974 diatur ketentuan untuk poligami. Dimana dijelaskan poligami hanya diperuntukkan bagi mereka yang hukum beragamanya mengijinkan seorang suami beristri lebih dari satu orang. Undang-Undang Perkawinan juga menentukan dengan tegas bahwa poligami tidak dapat dilakukan oleh setiap orang dengan sekehendak hati, kecuali poligami hanya dapat dilakukan setelah ada ijin kepada suami untuk beristri lagi. Terlepas dari UU Perkawinan diatas, dalam kenyataannya poligami masih saja dilakukan. Walau dalam jumlah yang berkurang, poligami tetap saja terjadi dan kadang poligami terjadi tanpa memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh UU Perkawinan dan peraturan peradilan. Apabila mengingat kenyataan sekarang jumlah wanita lebih besar dari laki-laki, satu laki-laki bisa memiliki 2-3 wanita.

Kontroversi poligami seakan tidak berhenti, berbagai pendapat terus disampaikan mulai dari pendapat bahwa poligami diperbolehkan tapi dengan syarat tertentu poligami hanya untuk kasus-kasus yang dibutuhkan saja, pandangan bahwa poligami pada dasarnya dilarang karena berdampak buruk hingga kriminalisasi poligami (pelaku poligami harus ditindak karena termasuk tindakan pidana). Bahkan Poligami seringkali merupakan batu loncatan untuk meningkatkan taraf hidup dan kelas sosial dari wanita itu sendiri dan merupakan alat memperkuat dan legitimasi status pria serta juga menjadi tradisi dan symbol kehormatan bagi suku-suku di Indonesia.


(18)

Poligami telah menjadi bagian gaya hidup laki-laki dan karenanya di lingkungan tertentu dan praktik ini telah membudaya. Faktanya poligami telah ada sejak zaman dulu bahkan sebelum adanya agama Islam dan terus terpelihara hingga kini dengan berbagai pembenaran dan legitimasi kultural, sosial, ekonomi dan agama. Poligami sebelum Islam mengambil bentuk yang tidak terbatas, dimana seorang suami boleh saja memiliki istri sebanyak mungkin sesuai keinginannya.

Poligami merupakan fenomena yang terjadi dalam suatu kehidupan masyarakat ketika seorang suami merasa mampu dan dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya sehingga dapat tercapai keharmonisan dalam berumah tangga, oleh karenanya dalam aturan hukum, baik hukum Islam maupun Hukum positif tidak ada larangan untuk melakukan hal tersebut. Namun bukan berarti seseorang dengan mudahnya melakukan poligami, tapi harus melalui prosedur dan aturan hukum yang berlaku serta dengan alasan-alasan yang dapat dijadikan dalil untuk melakukan poligami. Namun dalam kenyataannya poligami sudah menjadi fenomena tersendiri karena banyaknya orang yang mengambil jalan tersebut sebagai solusi terakhir.

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini dipandang menarik, penting dan perlu diteliti. Perumusan masalah merupakan suatu usaha yang menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicari jalan pemecahannya atau dengan katalain perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup dan pembatasan masalah.


(19)

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah :

”Bagaimana perkembangan fenomena poligami yang terjadi di masyarakat Kel.Lalang Kec. Medan Sunggal?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

• Untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat tentang fenomena poligami yang terjadi saat ini.

• Untuk melihat apa yang menyebabkan terjadinya pilihan hidup berpoligami di kalangan masyarakat saat ini.

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah mengadakan penelitian ini, diharapkan manfaat penelitian ini berupa: 1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi hasil penelitian dan dapat di jadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, dan juga dapat memberi sumbangan baru bagi pengembangan ilmu sosiologi keluarga, serta menjadi bahan bacaan, penuntun bagi pembaca khususnya kalangan sosiologi yang ingin melanjutkan dan mendalami penelitian tentang poligami.


(20)

1.4.2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat tergambar bagaimana gambaran poligami di masyarakat terutama terhadap perempuan dengan harapan jika pengaruh buruknya lebih banyak, maka poligami bisa dihindari.

1.5. Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi, suatu abstraksi mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala. Disamping mempermudah dan memfokuskan penelitian konsep juga berfungsi sebagai panduan bagi peneliti untuk menindaklanjuti kasus tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian. Defenisi konsep merupakan unsur penelitian yang penting untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti (Singarimbun, 1999: 330).

Beberapa konsep yang dibatasi dengan pendefenisiannya secara operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Mayarakat

Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.


(21)

b. Keluarga

Keluarga disini adalah kelurga dalam pengertian kelurga inti dan sebagai kelompok sosia terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga dibedakan menjadi dua tipe keluarga, yaitu keluarga batih (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Adapun keluarga batih ini adalah suatu satuan keluarga terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. Sedangkan keluarga luas adalah yang terdiri atas beberapa keluarga batih.

c. Perkawinan

Perkawinan merupakan persatuan dari dua atau lebih individu yang berlainan jenis seks dengan persetujuan masyarakat. Perkawinan adalah pola sosial yang disetujui dengan cara mana dua orang atau lebih membentuk keluarga.. Dalam kebudayaan Indonesia, perkawinan merupakan hal yang sangat sakral dan harus mengikuti pola budaya yang ketat.

d. Poligami

Poligami adalah sebuah bentuk perkawinan dimana seorang lelaki mempuyai beberapa orang isteri dalam waktu yang sama. Seorang suami mungkin mempunyai dua isteri atau lebih pada saat yang sama. Perkawinan bentuk poligami ini merupakan lawan dari monogmi..

e. Budaya

Budaya adalah kebiasaan yang dilakukan hingga pada akhirnya menjadi suatu gaya hidup. Budaya juga merupakan suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan


(22)

perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

f. Fenomena

Suatu peristiwa yang terjadi di realitas sosial dan memiliki gejala-gejala yang spesifik.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Poligami

Poligami berasal dari bahasa yunani. Kata ini merupakan penggalan dari kata Poli atau Polus yang artinya banyak, dan kata Gamein atau Gamos yang berarti kawin atau perkawinan. Poligami termasuk Poligini yaitu perkawinan seorang pria dengan lebih dari seorang wanita, sehingga rumah tangga itu terbentuk dari dua atau lebih keluarga inti, dimana laki-laki yang sama menjadi suami bagi beberapa wanita (Goode, 1991 : 90).

Pasal 1 UU Perkawinan No 1 tahun 1974, perkawinan dirumuskan sebagai ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan dalam hukum islam disebut dengan nikah adalah salah satu asas hidup yang utama dalam masyarakat beradap dan sempurna. Islam berpendapat bahwa perkawinan bukan saja merupakan suatu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga sebagai suatu jalan menuju pintu perkenalan antara satu kaum dengan kaum lainnya (Rasyid, 1984 :362)

Undang-Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang ada di Indonesia mengenai perkawinan adalah UU Nomor 1 Tahun 1974, PP Nomor 9 Tahun 1975, PP Nomor 10 Tahun 1983 dan PP Nomor 45 Tahun 1990. UU Nomor 1 Tahun 1974 memperbolehkan poligami asalkan syarat-syarat tertentu dipenuhi. Seorang suami


(24)

yang ingin berpoligami harus mengajukan ijin beristri lagi kepada pengadilan dengan alasan berikut :

a. istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri;

b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; c. istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Selain memenuhi salah satu syarat tersebut, semua syarat kumulatif di bawah harus dipenuhi (Pasal 5:1):

a. adanya persetujuan dari istri/istri-istri;

b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka;

c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak anak mereka

Secara umum poligami secara luas biasanya dipraktekkan oleh bangsa/suku-suku nomaden yang hidup di alam yang keras dan gemar berperang. Di kalangan seperti ini poligami adalah sebuah kebutuhan karena kuat atau tidaknya suku mereka ditentukan oleh berapa banyak keturunan yang bisa dihasilkan terutama anak laki-laki karena laki-laki dalam komunitas ini dianggap sebagai komunitas militer. Sementara perempuan dianggap hanya sebagai asset untuk memproduksi keturunan yang bahkan juga dijadikan sebagai salah satu harta rampasan perang bila suku itu kalah atau juga dijadikan alat pertukaran demi perdamaian antar suku. Di kalangan bangsa/suku-suku yang menetap serta tidak banyak mengalami ancaman militer, poligami umumnya hanya dilakukan oleh kalangan tertentu saja yang biasanya kalangan elite dan berkuasa dimana praktek ini djadikan sebagai salah satu simbol demi meningkatkan


(25)

status dan sarana memamerkan kekayaan dan kekuasaannya. Sementara poligami di kalangan rakyat kebanyakan biasanya sangat jarang dilakukan. Hal ini juga terjadi di Indonesia dimana praktek poligami di kalangan rakyat kebanyakan tidak umum dilakukan.

Pada dasarnya islam memperbolehkan seorang pria beristri lebih dari satu (poligini). Islam memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat orang dengan syarat sang suami harus dapat berbuat adil terhadap seluruh istrinya (Surat an-Nisa ayat 34:3). Poligini dalam islam baik dalam hukum maupun praktiknya, diterapkan secara bervariasi di tiap – tiap negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Pada masyarakat hindu baik poligami maupun poliandri dilakukan oleh sekalangan masyarakat pada zaman dulu. Hinduisme tidak melarang maupun menyarankan poligami. Pada hakekatnya dalam sejarah, hanya raja dan kasta tertentu yang melakukan poligami.

Kemudian pada kitab – kitab kuno agama Yahudi menandakan bahwa poligami diizinkan, tapi berbagai kalangan Yahudi kini melarang poligami. Gereja – gereja Kristen umumnya (Protestan, Katolik, Ortodoks, dan lain – lain) menentang praktik poligami. Namun beberapa gereja memperbolehkan poligami berdasarkan kitab- kitab kuno agama Yahudi. Gereja Katolik merevisi pandangannya sejak masa Paus Leo XIII pada tahun 1866 yakni dengan melarang poligami yang berlaku hingga sekarang. Penganut Mormonisme pimpinan Joseph Smith di Amerika Serikat sejak tahun 1840-an hingga sekarang mempraktekkan, bahkan hampir mewajibkan poligami. Tahun 1882 penganut Mormon memprotes keras undang – undang anti poligami yang dibuat pemerintah Amerika Serikat. Namun praktik ini resmi dihapuskan ketika Utah memilih untuk


(26)

bergabung dengan Amerika Serikat. Sejumlah gerakan sempalan Mormon sampai kini masih mempraktekkan poligami (http://id.wikipedia.org/wiki/poligami

Dianutnya asas monogami dalam Undang-Undang Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974) mencerminkan pengutamaan diterapkannya asas monogami dalam setiap perkawinan. Namun, dalam hal kondisi tertentu dan darurat dimungkinkan adanya poligami dengan dasar alasan yang ketat dan persyaratan yang sangat berat. Hal itu juga dimaksudkan untuk menghargai pandangan sebagian masyarakat Muslim yang membolehkan poligami dengan syarat harus mampu berlaku adil. Agama Islam mengakui institusi poligami. Namun, penerapannya harus memperhatikan ketentuaan hadis (riwayat Bukhari) yang menyatakan bahwa sang suami harus mampu menjaga perasaan isteri-isteri (dengan kata lain, Nabi melarang poligami jika melukai hati perempuan).

).

Dalam pelaksanaannya, memang terdapat banyak sekali pelanggaran. Aturan hukum yang idealnya harus diterapkan sering kali disimpangkan. Banyak poligami dilakukan dengan tidak memenuhi dasar alasan dan keseluruhan syarat yang harusnya dipenuhi. (Di sisi lain, akibat ketatnya prosedur yang harus dilalui untuk berpoligami, masyarakat cenderung lebih senang memilih menikah siri atau bahkan hidup bersama tanpa ikatan pernikahan. Tanpa disadari, melalui pernikahan siri atau pun hidup bersama tanpa nikah, si perempuan tidak memperoleh perlindungan hukum dari negara, seperti hak waris dan sebagainya).

Dari perkawinan poligami akan menimbulkan akibat positif dan akibat negatif. Akibat positifnya adalah laki-laki yang berpoligami dapat meringankan beban masyarakat dengan memberikan sesuatu kepada seorang wanita atau lebih, dan


(27)

membawanya kejenjang pernikahan yang bersih. Poligami memberikan kesempatan untuk kawin bagi gadis-gadis dan janda-janda, serta memberikan keamanan bagi mereka sehingga merekapun terpilihara dari fitnah. Poligami membantu kaum wanita menjaga kemuliaan dan kehormatannya. Akibat negatfnya adalah hubungan suami istri atau madu menjadi tegang. Poligami pada umumnya menyakitkan bagi sejumlah wanita, namun ia juga bermanfaat bagi wanita-wanita lain. Dengan melihat kenyataanya jumlah wanita lebih banyak dari pada laki-laki dan satu laki-laki bisa memiliki dua atau tiga wanita.

2.2. Teori Pilihan Rasional

Teori pilihan rasional Coleman adalah tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu tujuan dan tujuan itu (juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan. Coleman menginginkan karya penelitian melakukan bertolak dari perspektif pikiran rasional yang mempunyai hubungan yang secara praktis dengan kehidupan sosial yang sedang berubah. Oleh karena itu maka Kebolehan poligami harus didahului oleh alasan-alasan yang wajar, logis dan rasional, seperti isteri dalam keadaan sakit yang tidak dapat melahirkan keturunan, atau akibat tertentu seperti jumlah kaum wanita jauh lebih banyak daripada kaum pria akibat peperangan atau bencana alam, bukan karena nafsu belaka.

Tori pilihan rasional (Coleman menyebutkan ”Paradikma tindakan rasional”) adalah satu-satu yang menghasilkan integrasi berbagai paradikma sosiologi. Coleman dengan yakin menyebutkan bahwa pendekatannya beroprasi dari dasar metodelogi individualisme dan dengan menggunakan teori pilihan rasional sebagai landasan


(28)

tingkat mikro untuk menjelaskan penomena tingkat mikro. Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor dipandang sebagai menusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, aktorpun dipandang mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan. “Suami” sebagai pelaku utama poligami jelas dikatakan sebagai aktor yang memiliki kebebasan bertindak. Di saat suami telah memutuskan untuk mempunyai istri kedua, ketiga atau melakukan poligami, Coleman menggambarkan aktor tadi telah memilih, memeriksa, berpikir dan mengetahui sesuatu, memberinya nilai dan memutuskan bertindak tentang hal tersebut. Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.

Teori pilihan rasional Coleman tanpak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan, misalnya poligami dilakukan karena ada sesuatu yang diharapkan dari perkawinan poligami tersebut baik itu bersifat materi ataupun sesuatu yang bersifat non materi. Dan tujuan itu ditetentukan oleh nilai atau pilihan.

Sebagai tindakan sosial poligami bisa saja merupakan tindakan atas pertimbangan yang sadar dan punya tujuan, namun pada sisi lain bisa saja poligami lebih bersifat non rasional karena hanya didominasi oleh perasaan dan emosi tanpa refleksi intelektual dan pertimbangan yang sadar akan akibat-akibat yang akan terjadi. Coleman mengakui bahwa dalam kehidupan nyata orang tak selalu berprilaku


(29)

rasioanl, namun ia merasa bahwa hal ini hampir tak berpengaruh terhadap teorinya. Pemusatan perhatian pada tindakan rasional individu dilanjutkannya dengan memusatkan perhatian pada masalah hubungan mikro-makro atau bagaimana cara gabungan tindakan individu menimbulkan prilaku sistem sosial. Meski seimbang, namun setidaknya ada tiga kelemahan pendekatan Colemans. Pertama ia memberikan prioritas perhatian yang berlebihan terhadap masalah hubungan mikro dan makro dan dengan demikian memberikan sedikit perhatian terhadap hubungan lain. Kedua ia mengabaikan masalah hubungan makro-makro. Ketiga hubungan sebab akibatnya hanya menunjuk pada satu arah, dengan kata lain ia mengabaikan hubungan dealiktika dikalangan dan di antara fenomena mikro dan makro.

2.3. Teori Interaksi Sosial

Manusia telah mempunyai naluri untuk melakukan Interaksi dengan sesamanya semenjak dia dilahirkan di dunia. interksi sosial terjadi karena adanya sifat dasar manusia yang merupakan makhluk sosial yang selalu ingin berhubungan dan didasari oleh kebutuhan manusia yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dalam buku sosiologi suatu pengantar, Soerjono Soekanto (1986 : 498) mengutif defenisi Gillian dan Gillian dari buku mereka Cultural Sosilogy yakni interaksi merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam sosiologi. Istilah tersebut secara


(30)

kontak timbal balik atau interstimulasi dan respon antara individu-individu dan kelompok. Adapun ciri-ciri dari interaki sosial adalah :

1. Jumlah pelakunya lebih dari seorang, biasanya dua atau lebih.

2. Adanya komunikasi antar para pelaku dengan menggunakan symbol-simbol. 3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini, dan akan

datang, yang menentukan sifat dari aksi yang sedang berlangsung. 4. Adanya suatu tujuan tertentu.

Tindakan manusia dikatakan tindakan interpretatif, yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Poligami adalah tindakan manusia dan bisa pula dikategorikan sebagai tindakan sosial dari individu karena dalam teori interaksi individu digambarkan sebagai aktor yang bebas, aktif, kreatif, evaluatif. Tindakan sosial berarti juga tindakan individu yang mempunyai makna subjektif yang diarahkan kepada individu lain dan diharapkan mempengaruhi tingkah laku individu tempat mengarahkan tindakan itu dalam orientasi waktu yang lalu, sekarang dan yang akan datang.

Dalam pendekatan interaksi sosial dapat terjadi dengan beberapa cara, salah satunya adalah pendekatan interaksionisme simbolis. Pendekatan ini bersumber pada pemikiran Mead. Symbol merupakan sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh orang yang mempergunakannya. Makna atau nilai tersebut hanya dapat ditangkap melalui cara-cara non-sensoris. Menurut Blumer pokok pikiran interaksionisme ada tiga: manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyai sesuatu tersebut baginya, makna yang dipunyai tersebut berasal atau muncul dari hasil interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya, dan makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran, yang digunakan orang


(31)

dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Thomas dikenal dengan ungkapannya bahwa bila orang mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya nyata. Yang dimaksudkannya di sini ialah bahwa definisi situasi yang dibuat orang akan membawa konsekuensi nyata. Thomas membedakan antara definfisi situasi yang dibuat secara spontan oleh individu, dan definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat, yaitu ia melihat adanya persaingan antara kedua macam definisi situasi tersebut.

Hall mengemukakan bahwa dalam interaksi dijumpai aturan-aturan tertentu dalam hal penggunaan ruang. Dari penelitiannya hall menyimpulkan bahwa dalam situasi sosial orang cenderung menggunakan empat macam jarak, yakni jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Hall antara lain membahas pula aturan mengenai waktu. Hall mencatat bahwa dalam masyarakat berbeda dijumpai pengguanaan waktu secara berbeda karena adanya persepsi berbeda mengenai waktu. Menurut Hall dalam interaksi kita tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan orang lain tetapi juga apa yang dilakukannya. Komunikasi nonverbal atau bahasa tubuh kita gunakan secara sadar maupun tidak untuk menyampaikan perasaan kita kepada orang lain. Studi sosiologis terhadap gerak tubuh dan isyarat tangan ini dinamakan kinesics. Karp dan Yoels mengemukakan bahwa untuk dapat berinteraksi seseorang perlu mempunyai informasi mengenai orang yang berada di hadapannya. Manakala kita tidak mengetahui riwayat hidupnya dan/atau kebudayaannya maka interaksi sukar dilakukan. Sumber-sumber informasi yang disebutkan Karp dan Yoels adalah ciri fisik yang diwarisi sejak lahir seperti jenis kelamin, usia, dan ras serta penampilan – daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan percakapan.


(32)

Menurut Goffman dalam suatu perjumpaan masing-masing pihak membuat pernyataan dan memperoleh kesan. Ia membedakan dua macam pernyataan: pernyataan yang diberikan dan pernyataan yang dilepaskan. Menurutnya masing-masing pihak berusaha mendefinisikan situasi dengan jalan melakukan pengaturan kesan. Knapp membahas berbagai tahap yang dapat dicapai dalam interaksi. Tahap-tahap interaksi tersebut terbagi dalam dua kelompok besar, yakni Tahap-tahap-Tahap-tahap yang mendekatkan peserta interaksi, dan tahap-tahap yang menjauhkan mereka.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian bisa dibedakan ke dalam jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Dalam hal ini akan diteliti adalah bagaimana perkembangan Fenomena Poligami di Masyarakat Kelurahan .Lalang, Medan.


(34)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kel Lalang Kec Medan Sunggal. Alasan pemilihan lokasi berdasarkan hasil pantauan, peneliti melihat bahwa banyak terjadi praktek poligami di kelurahan ini. Alasan lain lokasi penelitian telah peneliti kenal sebelumnya, sehingga memberi kemudahan dalam memperoleh data dan menghemat waktu penelitian.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Salah satu cara atau karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut “units of analysis”. Hal ini dimungkinkan, karena setiap objek penelitian memiliki ciri dalam jumlah yang cukup luas seperti karakteristik individu tentunya yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status sosial dan tingkat penghasilan. Ada sejumlah unit analisis yang lajim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial yaitu : individu, kelompok, organisasi, sosial artifak (Danandjaja, 2005:31). Unit analisis data adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang usianya diatas 17 tahun dan dianggap memahami poligami yang terjadi di tengah masyarakat.

3.3.2. Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian ini dibedakan atas dua


(35)

jenis yakni, informan kunci dan informan biasa yang dapat mendukung penelitian. Dalam hal ini informan terbagi dua, yaitu informan kunci dan informan biasa.

1. Informan Kunci

Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci dalam pengumpulan data adalah :

a. laki-laki dan perempuan yang terlibat dalam perkawinan poligami. b. nak dari laki-laki ataupun perempuan yang berpoligami

c. Warga atau masyarakat yang tinggal berdampingan dengan keluarga poligami 2. Informan biasa

Informan biasa adalah informan yang dapat memberi informasi tambahan yang sifatnya lebih umum dan netral dan menjawab pertanyaan dalam wawancara. Yang menjadi informan tambahan adalah anak dari keluarga yang berpoligami dan juga masyarakat sekitarnya

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu :

a. metode wawancara

Metode wawancara biasa disebut juga metode interview. Metode wawancara proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab


(36)

sambil bertatap muka, antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Salah satu bentuk wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indept interview).

Wawancara mendalam (indept interview) adalah merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan panduan atau wawancara.

b. metode observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian. Data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada penelitian. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan daya yang mendukung hasil wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen majalah, jurnal, internet, yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan tahap penyederhanaan data, setelah data dan informasi yang dibutuhkan dan diharapkan telah terkumpul. Data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini akan diinterpretasikan berdasarkan dukungan teori


(37)

dalam tinjauan pustaka yang telah ditetapkan sampai akhirnya akan disusun sebagai laporan akhir penelitian.

Bogdan dan Biklen dalam (Moleong, 2007:248) menjelaskan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, mamilah-milahnya menjadi satuan data yang dapat dikelola, mensistensiskan, membuat ikhtisarnya, mencarikan dan menemukan pola dalam menemukan apa yang penting untuk dipelajari.

Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dikelompokkan dalam kategori pola atau uraian tertentu. Disini peneliti akan mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan sebagainya yang selanjutnya akan dipelajari dan dikelola dengan seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik. Setelah data terkumpul maka langkah berikutnya menginterpretasikan data. Teknik yang digunakan untuk menginterpretasikan data adalah secara kualitatif. Semua data-data yang terkumpul dari hasil wawancara disatukan kemudian data tersebut akan diedit. Tujuannya adalah untuk melihat apakah dari semua hasil observasi wawancara, internet, kajian pustaka dan teori dipergunakan untuk menginterpretasikannya.

3.6. Jadwal Kegiatan

Pengajuan judul skripsi merupakan tahap awal dari serangkaian kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah seminar proposal, revisi proposal penelitian dan pengurusan izin administrasi penelitian adalah tahapan berikutnya


(38)

untuk persiapan penelitian langsung kelapangan. Untuk lebih rinci dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan

No

Jadwal Kegiatan

Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pra Observasi √

2. ACC Judul √

3. Penyusunan Proposal √ √

4. Seminar Proposal √

5. Revisiproposal penelitian √

6. Penelitian Kealpangan √

7. Pengumpulan data dan analisis data

8. Bimbingan √ √ √ √

9. Penulisan Laporan Akhir √ √


(39)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Selama dalam penelitian penulis mempunyai banyak kendala dan keterbatasan penulis dalam mendapatkan data yaitu :

1. Dalam mendapatkan data sekunder dari kelurahaan sangat sulit, dimana dalam pengambilan data sekunder itu mempunyai waktu yang lumayan lama sehingga penulis tidak bisa dan tidak dapat melanjutkan penulisan karena data sekunder dari kelurahaan belum lengkap, tapi akhirnya data tersebut saya dapatkan juga dengan waktu yang begitu lama.

2. Dalam memilih informan, peneliti mengalami kesulitan dalam menjumpai para informan yang akan diwawancarai. Susahnya dalam menemukan informan, membuat waktu peneliti habis dengan begitu saja tanpa mendapatkan hasil. 3. Dalam wawancara sebahagian informan kurang terbuka, peneliti berusaha agar

informan mau terbuka dan bisa berbicara dengan leluasa mengapa memilih untuk berpoligami


(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTEPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi

4.1.1. Lokasi dan Letak Geografis

Kelurahaan Lalang atau Kampung Lalang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Medan Sunggal. Desa/kelurahan ini adalah pintu gerbang sebelah barat Kota Medan, dilintasi oleh menjadikan daerah ini sebagai sebuah daerah yang pesat perkembangannya di Kota Medan. Berdasarkan dari Data statistik Kantor Camat Medan Sunggal desa Lalang daerahnya landai, berada di dataran rendah dengan ketinggian 20 sampai 40 M diatas permukaan laut. Suhu udara pada umumnya panas dan sedang, dipengaruhi iklim musim kemarau dan penghujan. Luas wilayah desa Lalang adalah 1.25 Km2, sebagian besar dari wilayah desa ini digunakan sebagai tempat pemukiman penduduk. Kelurahaan ini berbatasan dengan :

- Sebelah Utara dengan Kelurahaan Tanjung Gusta - Sebelah Selatan dengan Desa Paya Geli

- Sebelah Barat dengan desa Mulio Rejo - Sebelah Timur dengaan Desa Sei Belawan


(41)

4.1.2. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa/lurah Lalang memiliki jumlah penduduk sebanyak 14996 jiwa atau 3136 KK, dengan 7433 laki-laki, dan 7563 perempuan jiwa yang terdiri dari beraneka ragam etnis. Penduduk ini tersebar di 13 lingkungan di Kelurahaan Lalang.

Penduduk Kelurahaan Lalang bersifat heterogen, karena memiliki berbagai macam etnis di dalamnya. Adapun etnis yang mendominasi di daerah ini adalah etnis Melayu, Jawa, Karo dan Batak Toba walaupun penduduk aslinya adalah Jawa dan Melayu. Selain itu, diluar dari warga negara Indonesia juga banyak yang menetap dan menjadi warga negara Indonesia yang sah, seperti: Cina dan India. Oleh sebab itu, dengan beraneka ragamnya etnis di daerah tersebut mereka juga saling bertoleransi artinya walaupun banyak etnis di daerah mereka saling menghormati antar suku yang berbeda.

4.1.3. Pembangunan di Bidang Agama

Masyarakat di Kelurahaan Lalang pada umumnya telah memeluk beberapa agama yang diakui di Indonesia, yaitu:Islam,Kristen Protestan, Katholik dan ada juga yang memeluk agama Hindu dan Budha. Penduduk di Kel. Lalang mayoritas memeluk agama Islam, Kristen dan selebihnya adalah agama lain. Hal ini dapat dilihat dari beberapa tempat pelaksanaan ibadah yang ada di daerah tersebut.


(42)

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk berdasarkan Agama yang dianut

Agama Jumlah

Islam Kristen Katholik

Hindu Budha

6636 6347 504

80 70 Sumber : Data Kel.Lalang

Penduduk di Kelurahaan Lalang mayoritas memeluk agama Islam, Kristen dan selebihnya adalah agama lain. Hal ini dapat dilihat dari beberapa tempat pelaksanaan ibadah yang ada di daerah tersebut.Penduduk kelurahaan Lalang sebahagian besar beragama islam dengan jumlah 6636 jiwa diikuti dengan Kristen 6347 jiwa, Katholik 504 jiwa, Hindu 80 jiwa, dan Budha 70 jiwa. Dalam bidang keagamaan Kel. Lalang memiliki sarana peribadatan untuk warganya.

4.1.4. Adat Istiadat

Adat istiadat yang dipakai di Kel.Lalang ini adalah adat istiadat menurut kepercayaan suku dan budaya masing-masing masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat dan pergaulan hidup dalam bermasyarakat, walau ada kemajuan teknologi, pengaruh media komunikasi, nilai-nilai adapt masih dipegang teguh, dibaurkan dengan nilai-nilai baru yang dianggap baik dan bisa diterima masyarakat.,


(43)

disesuaikan dengan nilai-nilai lama yang sudah ada, dan nilai-nilai lama yang sudah sesuai dengan keadaan masa sekarang mulai mengalami perubahaan-perubahaan.

Begitu juga dalam pola perkawinan, sedikit banyaknya pola perkawinan sudah mulai mengalami perubahaan. Dulu ada kecendrungan untuk menikah dengan orang kampung sendiri, sekarang sudah ditinggalkan. Banyak perkawinana yang dilakukan dengan orang yang berasal dari luar Kel.Lalang. upacara adat yang semula cendrung lama dan kurang efisien, sudah mulai berubah menjadi lebih efisien tanpa meninggalkan pesan-pesan dan nilai-nilai yang tersirat dalam upacara adapt tersebut.

4.1.5. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Kel. Lalang sangat bervariasi, namun mata pencaharian yang utama adalah sebagai Wiraswasta (berdagang) dan Pengusaha. Ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah ini dan sekitarnya yang berdagang (berjualan) di Pasar Kp. Lalang. Masyarakat di Kel. Lalang juga terkenal pekerja keras, karena jika dilihat setiap harinya mulai pukul 2 pagi, aktivitas masyarakat sudah banyak berlangsung karena wilayahnya berdekatan dengan pasar Kampung Lalang. Sebagian kecil dari penduduk Kel. Lalang ada juga yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) seperti Pegawai di Kantor Kecamatan, pegawai di Kantor Kepala Desa, Guru, dan ada juga sebagai TNI dan Polisi.


(44)

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk berdasarkan mata pencaharian Mata Pencaharian Jumlah

PNS TNI POLISI SWASTA PEDAGANG

PETANI TUKANG NELAYAN PENSIUNAN

330 20 16 1638 1521 30 50 - 67 Sumber : Data Kel.Lalang

Mata pencaharian di bidang swasta adalah mata pencahariaan terbesar penduduk Kelurahaan Lalang sekitar 1638 orang, Pedagang 1521 orang, PNS 330 orang, Pensiunan 67 orang, Tukang 50 orang, TNI 20 orang, Polisi 16 orang, Petani 30 orang, sedangkan Nelayan tidak ada.


(45)

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk menurut Kelompok Tenaga Kerja

Kelompok Umur Jumlah

10 – 14 tahun 15 – 19 tahun 20 – 26 tahun 27 – 40 tahun 41 – 56 tahun > 57 tahun

184 245 297 800 350 50

Sumber : Data Kel. Lalang

Penduduk dengan kelompok umur 13 -15 tahun adalah kelompok terbesar dengan jumlah 290 orang dari segi usia pendidikan. Sedangkan penduduk dengan kelompok umur 27 – 40 tahun adalah kelompok umur yang paling banyak (800 jiwa) dalam hal kelompok tenaga kerja.

4.2. Sarana Pemerintahaan dan Keamanan

Kelurahaan Lalang dipimpin oleh seoarang Lurah yang dibantu oleh beberapa staf yaitu 5 orang kepala urusan, 13 orang kepala lingkungan dan 5 orang staf kelurahaan. Sementara di 13 lingkungan di Kel. Lalang ini terdapat RT 11, RW 37, dan didalam kepemimpinannya Lurah dibantu oleh . Jarak kantor Lurah Lalang ke Keamatan Medan Sunggal sejauh 5 KM.


(46)

Sedangkan dalam hal keamanan Kelurahaan Lalang memiliki 93 orang anggota hansip terlatih yang bertugas mengamankan wilayah Kelurahaan Lalang. Menurut catatan kondisi penduduk di kantor Kelurahaan tidak pernah terjadi gangguan keamanan dan ketertiban di kelurahaan Lalang. Untuk mendukung pengamanan Kel.Lalang ada 6 buah pos kamling, 6 orang peronda kampung dan 5 orang satpam.

4.2.1. Sarana Fisik Pemukiman

Pola pemukiman penduduk di Kampung Lalang bisa dikatakan sangat bervariasi. Jenis klasifikasi rumah-rumah penduduk berdasarkan bangunan fisik yang juga cukup bervariasi yang dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu : rumah permanen, semi permanaen dan non permanent. Bentuk bangunan rumah tersebut juga berbeda-beda. Bangunan permanen secara umum langsung dibangun diatas tanah dengan lantai semen dan dinding batu yang sudah diplester dengan baik.

Sedangkan bangunan semi permanen sebahagian rumah tersebut dibangun dengan papan biasa. Bangunan semi permanen ini merupakan gabungan dari permanen dan non permanent. Sedangkan bangunan non permanent seluruhnya terbuat dari papan ataupun tepas yang biasanya memiliki tiang yang tinggi sehingga untuk memasuki rumah-rumah tersebut harus menaiki tangga.


(47)

4.2.2.Pendidikan

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah

TK SD SMP SMU D1 – D3

S1 – S2 Pesantren

220 745 675 742 89 93 105

Sumber : Data kel.Lalang

745 Penduduk Kelurahaan Lalang saat ini berpendidikan SD disusul 742 berpendidikan D1 – D3, 675 berpendidikan SMU, 220 TK, 89 orang berpendidikan S1 –S3 dan selebihnya berpendidikan Pesantren 105 orang, dan 85 orang mengikuti kursus keterampilan.


(48)

4.3 Gambaran Kehidupan Sosial Keluarga

Kehidupan sosial yang terjadi pada masyarakat, terutama dalam hal adat istiadat masih dijunjung tinggi sehingga hubungan yang terjadi cenderung bersifat gemeinshapt, hubungan antara individu tidak didasari untung dan rugi. Kehidupan poligami pada masyarakat bukan menjadi budaya namun, dianggap wajar jika seseorang melakukan poligami dengan syarat dapat berlaku adil terhadap kedua istrinya.

Keluarga poligami dapat dikatakan sebagai keluarga besar, karena memiliki jumlah istri lebih dari satu, dan anak-anak yang berasal dari istri yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, tanggungan pria yang melakukan poligami menjadi semakin banyak. Salah satu yang terpenting adalah kemampuan finansial dari pria yang melakukan poligami, karena pria tersebut harus menafkahi kedua keluarganya, bahkan lebih secara bersamaan. Nafkah tersebut bukan hanya memberi makan, dan minum tetapi juga kebutuhan hidup lainnya seperti masalah pendidikan yang layak untuk anak-anaknya, rumah, dan masih banyak lagi.

4.4. Profil Informan

4.4.1. Informan Kunci (suami/isteri yang berpoligami)

Informan kunci dalam penelitian ini yang pertama adalah laki-laki yang berpoligami yaitu laki-laki yang memiliki istri lebih dari satu orang. Istri-istrinya tersebut masih diakui keberadaanya, atau tidak berpisah atau bercerai. Dan yang


(49)

kedua adalah perempuan yang dipoligami. Selanjutnya masyarakat yang hidup di sekitar keluarga poligami.

Informan dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang laki-laki yang berpoligami, 3 orang perempuan yang dipoligami.

1. A.J (Lk, 60 tahun )

A.J merupakan ayah dari 1 orang anak yang bekerja sebagai pengusaha dan beralamat di jalan P.Baris Gg.Wakap 1 Medan. A.J lahir di Medan pada tanggal 05, Januari 1950. A.J adalah pelaku poligami yang mempunyai 2 orang istri. Sebelumnya A.J tidak ingin menikah lagi tapi karena istrinya tidak bisa mempunyai anak dan A.J pun sangat menginginkan seorang anak untuk meneruskan keturunanya terpaksa A.J pun menikah lagi dengan perempuan lain. Awalnya isti pertama A.J tidak setuju tapi karena mereka tidak mempunyai anak akhirnya setuju juga. Lalu menikahlah A.J dengan seorang perempuan bernama B.P yang bekerja sebagai pelatih senam. Lima tahun kemudian A.J dan istri keduanya mempunyai seorang anak perempuan.

Sekarang A.J sudah berusia 60 tahun dan tinggal bersama istri ke-duanya. Hanya sekali-kali A.J pulang ke rumah istri pertamanya. Menurut A.J Istri pertamanya pun memakluminya karena merasa bersalah karena tidak bisa memberikan anak padanya walaupun memiliki 2 istri A.J tetap memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami.


(50)

2. U.T (Lk,52 tahun)

U.T adalah salah satu petinggi dari dari suatu OKP. Dia bekerja sebagai wirausaha. Dulu U.T memiliki 3 orang istri, tapi sekarang hanya istri pertama dan istri ketiganya yang masih bersamanya sedangkan istri keduanya sudah diceraikannya. U.T merupakan ayah dari 5 orang anak dan kakek dari 2 orang cucu. Dari istri ketiganya dia memiliki 2 orang anak yang dimana anaknya masih tergolong kecil, dan juga anak pertama dari istri ketiga masih berumur 5 tahun dan anak kedua berumur 3 tahun. Kesan pertama bertemu dengan bapak U.T adalah sosok bapak yang menyenangkan dan bersikap ramah. Sebagai salah satu petinggi OKP U.T kelihatan nampak berwibawa. Bapak U.T ini berusia 52 tahun , bapak ini lahir di Medan pada 09 Juli 1958. Walaupun sudah tua bapak ini kelihatannya nampak lebih muda, mungkin karena beliau aktif di suatu organisasi jadi harus rapi. Bapak ini tinggal bersama istri pertamanya di jalan Pinang Baris No.67 Kelurahan Lalang kecamatan Medan Sunggal. U.T merupakan sosok bapak yang sangat perhatian kepada keluarga.

3. A.L (Lk, 70 tahun)

A.L adalah seorang kakek yang sekarang sudah berusia 70 tahun. Diusianya yang sudah senja ini masih kelihatan awet muda. Kegiatan sehari-hari kakek ini berjualan kedai grosir di rumahnya di jalan Pinang Baris No.45 Medan. Sebenarnya tanpa berjualanpun kakek ini sudah bisa memenuhi kehidupan sehari-harinya dari hasil rumah kontrakannya.. A.L memiliki 3 orang anak semuanya perempuan tidak ada laki-laki dan juga memiliki 11 orang cucu.


(51)

A.L menikah lagi setelah anaknya yang ketiga lahir. Kakek A.L menikah lagi dengan seorang janda yang mempunyai 7 orang anak. Dari perkawinannya yang kedua kakek ini tidak memiliki anak. Keluarga Isteri pertama dan isteri kedua A.L sangat akur, kadang sekali-sekali mereka saling mengunjungi bahkan anaknya juga ikut mengunjungi isteri mudanya itu.

4. E.M.(Pr, 51 tahun )

E.M merupakan seorang perempuan yang berusia 51 tahun. E.M ini lahir di Medan tanggal 21 April 1959. Ibu E.M ini bekerja sebagai ibu rumah tangga sekaligus berjualan sebagai pedagang kios rokok yang sekarang bertempat tinggal di Jl.P.Baris Gg.Jawa Medan. E.M ini menikah pada saat usianya 18 tahun. E.M menikah pada U.S. Dari perkawinan ini E.M memperoleh 5 orang anak diantaranya 4 perempuan dan 1 laki-laki. Pekerjaan suaminya adalah sebagai karyawan BPP. Mereka melakukan pernikahan atas dasar sama-sama saling mencintai. Orang tua dari E.M masih tinggal di P.Baris no.33 A.

Awalnya E.M terkejut ketika mengetahui kabar bahwa suaminya sudah menikah lagi dengan perempuan lain. E.M pun shock dan akhirnya minta cerai tetapi suaminya tidak mau menceraikan dengan alasan suaminya masih menyayanginya. Tapi lama kelamaan E.M pasrah karena merasa sudah tua dan tidak mempunyai keinginan untuk menikah lagi karena merasa sudah cukup sakit di poligami oleh suaminya. Hari-hari yang dilalaui E.M dilewati bersama anak dan cucu-cucunya

5. Eli (Pr, 38 thn)

Eli menikah dengan S.K sudah hampir 20 tahun, mereka menikah di kampung orang tua Eli di PuloRaja. Sekarang Eli sudah mempunyai 2 orang anak satu laki-laki


(52)

dan satu perempuan. Suami Eli adalah seorang PNS gol 2B. Eli bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurus suami dan anak-anaknya.Walaupun bu Eli sudah berumur hampir 38 tahun tapi ibu ini masih kelihatan awet muda dan cantik, sehingga saking sayangnya suaminya dengannya bu Eli tidak di bolehkan keluar rumah oleh suaminya kecuali ada hal-hal yang penting.

Dulu kehidupan keluarga Eli sangat bahagia walaupun kehidupannya sangat sederhana, tapi semenjak kehidupan ekonomi keluarganya mulai membaik suaminya mulai agak berubah jadi sering keluar rumah dan kadang pulangnya hingga larut malam. Sebagai istri yang patuh pada suami sedikitpun bu Eli tidak pernah menaruh rasa curiga pada suaminya. Tapi lama kelamaan bu eli penasaran dan mencari tahu apa yang dilakukan suaminya di luar rumah dan ternyata eli terkejut mengetahui suaminya sudah menikah dengan wanita lain yang masih tetangganya dan berusia 16 tahun. Sekarang bu eli hanya bisa pasrah dipoligami oleh suaminya. Sebenarnya pernah ada niat dihatinya untuk minta cerai pada suaminya, tapi karena memikirkan anak-anak akhirnya bu eli menepiskan niatnya itu.

6. I.Y (Pr, 45 Tahun)

I.Y adalah seorang ibu dari 3 orang anak dan nenek dari 4 orang cucu. Kegiatan sehari-harinya selain menjadi ibu rumah tangga, juga ikut membantu anak-anaknya dengan mengurusi cucunya karena semua anak-anak-anaknya bekerja diluar rumah. Di rumahnya bu IY juga berjualan kedai sampah. IY adalah warga P.Baris Gg.Jawa. Sekarang IY tinggal bersama anak dan menantunya, sedangkan suaminya Emil tidak tinggal bersamanya karena sudah menikah lagi dengan S.T seorang janda yang tidak punya anak. Walaupun sudah tidak tinggal bersama Emil lagi, tapi Emil


(53)

masih sering datang ke rumah I.Y karena I.Y masih sah sebagai istri pertama dari Emil dan Emil juga tetap bertanggung jawab dengan memenuhi semua kebutuhan I.Y.

Tapi terkadang I.Y merasa suaminya tidak adil memperlakukannya. Karena semenjak E.M menikah lagi E.M lebih sering tinggal bersama S.T. Padahal menurut bu I.Y madunya itu tidaklah begitu cantik tapi heran kenapa suaminya lebih betah tinggal bersama S.T.

4.4.2. Profil Informan Biasa (anak dari keluarga yang berpoligami dan masyarakat sekitarnya)

1. Epi (Pr, 27 Tahun)

Epi adalah ibu dari 2 orang anak, dimana anak laki-lakinya 1 orang dan anak perempuan juga 1 orang. Pekerjaan seharian ibu ini adalah ibu rumahtangga. Ibu ini beralamat di Pinang Baris Gg.Abdullah Medan. Dan suami dari ibu ini adalah bapak Budi. Mereka berasal dari daerah yang sama yaitu di lahirkan di Pinang Baris. Ibu ini sudah berumur 27 tahun dan sekarang ibu ini lagi hamil anak yang ketiga. Bu Epi ini orangnya cantik dan suaminya juga tampan.

Ketika ditanya mengenai Fenomena poligami yang terjadi saat ini ibu ini menanggapainya dengan biasa saja karena ibu ini berasal dari keluarg poligami dan juga suaminya berasal dari keluarga poligami juga. Ibu ini merasa kasihan melihat ibu kandungnya yang harus membanting tulang demi dia dan saudaranya. Semenjak ayahnya menikah lagi ayahnya jadi tidak peduli pada keluarganya. Tapi ketika


(54)

ditanya apa ibu ini mau dipoligami dan dia menjawab jangan sampai itu terjadi padanya, cukup ibunya saja yang mengalami sakit hati dimadu oleh ayahnya.

2. R.N (Pr, 24 Tahun)

R.N adalah salah satu anak dari keluarga poligami. R.N beragama islam dan asli suku batak mandailing. R.N warga asli kota Medan yang bertempat tinggal di Jl. Gatot Subroto Kampung Lalang Medan. Pendidikan terakhirnya adalah Sarjana Ekonomi dari Universitas negeri di Kota Medan. Saat Ini R.N bekerja sebagai pegawai swasta di salah satu perusahaan asing di kota medan. Disamping itu R.N juga mempunyai bisnis MLM (Multi Level Marketing) produk kosmetik. Hal itu dilakukan sampingan dari pekerjaannya sebagai pegawai. R.N sudah menikah dan mempunyai satu orang anak yang berumur 7 tahun. R.N masih tinggal dengan orang tuanya dan dia merasa cukup nyaman bila berada disamping ibunya.

R.N memaklumi ketika ayahnya berpoligami, itu dilakukan ayahnya karena ayahnya menginginkan seorang anak laki-laki sebagai penerus keluarganya. Ditambah lagi ibunya sudah sering sakit-sakitan jadi mungkin tidak bisa melayani ayahnya. Walaupun ayahnya sudah menikah lagi tapi ayahnya masih tinggal bersama dia dan ibunya. Dan akhirnya apa yang diimpikan ayahnya terwujud juga yaitu mendapatkan anak laki-laki R.N pun ikut senang karena selama ini R.N anak tunggal dan tidak mempunyai kakak ataupun adik. Hubungan R.N dan ibu tirinya dibilang cukup baik.

3. I.D (Pr,50 Tahun)

I.D adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 5 orang anak dan 2 orang cucu. I.D tinggal di Gg. BRI Kampung Lalang Medan. Suaminya membuka usaha di


(55)

bidang jasa pengangkutan Medan-Langsa. Kegiatan sehari-hari bu I.D mengurus anak-anak dan suaminya. Ibu I.D ini orangnya humoris dan gaul walaupun sudah nenek-nenek. Pandangan I.D terhadap perkembangan fenomena poligami yang terjadi pada saat ini yaitu sangat sinis. Dia menganggap bahwa poligami hanya menyakiti hati kaum perempuan. I.D berpendapat bahwa mana ada perempuan yang rela dimadu. Ibu ini juga bercerita tentang keluarganya bahwa dulu hampir saja suaminya menikah lagi dengan seorang janda muda. Tapi karena bu ida minta dicerai daripada dipoligami akhirnya suaminya tidak jadi menikah lagi karena memikirkan nasib anak-anaknya.

4. N.N (Pr, 40 Tahun)

N.N adalah seorang ibu janda yang sudah berpisah dari suaminya. Ibu ini sudah berumur 40 tahun. Dan memiliki 3 orang anak, satu laki-laki dan dua perempuan. Anak pertama kelas 2 SMA, yang kedua kelas 3 SMP, sedangkan dan anak bungsu kelas 6 SD. Ibu ini tinggal di jalan Balai Desa Kampung Lalang. Ibu in bekerja sebagai pedagang yang menjual sayur-sayuran di pasar kampung lalang. Setiap pagi ibu ini sekitar jam 4 sudah berangkat ke pajak untuk berjualan dagangannya. Demi anak-anaknya dia rela bangun pagi jam setengah 4 agar anaknya bisa berhasil. Karena hanya sama anaknya lah ibu ini bisa bertukar pikiran.

Pandangan ibu ini mengenani poligami sangat tidak mendukung tapi juga menghargai orang yang berpoligami. N.N berpendapat bahwa laki-laki yang berpoligami mungkin mempunyai alasan tertentu.


(56)

5. F.R (Lk, 40 Tahun)

F.R merupakan bapak dari dua orang anak. Dan mempunyai istri yang juga cantik dan manis. Mereka beralamat di jalan Pinang Baris yang posisi rumahnya berada di belakang terminal Pinang Baris. Keseharian bapak ini yaitu membuka usaha percetakan dirumahnya. F.R adalah sosok yang sangat sayang dengan isterinya yang mampu mempertahankan keluarganya. Keluarga bapak ini sangat lama dikarunia anak. Sekitar lima tahun usia perkawinan keluarga bapak ini tidak di karunia anak, dan tahun ke enam usia pernikahan mereka baru mendapatkan anak. Bapak ini orangnya sangat loyal kepada siapa saja, sehingga banyak orang yang kagum dan menghormatinya bukan karena bapak ini banyak uang tapi karena bapak ini sering membantu orang yang sedang dalam kesusahaan.

Pandangan bapak ini tentang poligami adalah bahwa poligami itu dianggapnya hal yang wajar karena melihat dari jumlah perempuan yang ada di dunia ini lebih banyak dari pada laki-laki, sehingga membuat peluang laki-laki untuk kawin lagi lebih besar. Dan bapak ini beranggapan bahwa perempuan harus bisa menjaga keharmonisan keluarga supaya suami tidak kawin lagi.

6. I.J (Pr, 55 Tahun)

I.J adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki lima orang anak. I.J berasal Siantar dan menetap di medan setelah berumah tangga, sekarang ibu ini tinggal di jalan Pinang Baris Gg. Wakaf II Medan. Ibu ini sudah d tua karena sudah berumur 55 tahun tetapi kelihatannya masih sehat dan semangat dalam menjalani kehidupan ini. Pekerjaan ibu ini sebagai buruh cuci pakaian dan suaminya penarik betor.


(57)

Ketika ditanya ibu ini tentang fenomena poligami yang terjadi sekarang ini yaitu dia mengganggap bahwa laki-laki yang kawin lagi itu tidak pernah merasa puas bersama istrinya. Kadang-kadang I.J kasihan melihat perempuan mau aja dimadu oleh suami.I.J berpendapat kalau seandainya posisi itu jatuh padanya lebih baik dia dicerai dari pada dimadu. Baginya mana ad perempuan yang hidup bahagia jika suaminya kawin lagi.

7. L.N (Pr, 45 Tahun)

L.N adalah seorang ibu dari 6 orang anak yang dapat digolongkan sudah tua dimana ibu ini sudah berumur 45 tahun dan bekerja penjahit. Suami ibu ini adalah seorang teknisi di rumah sakit umum sundari.. Anak pertama dari ibu ini adalah kuliah di unimed semester 4, yang dua lagi msh SMA dan SMP sedangkan yang lainnya belum sekolah. Mereka tinggal di Pinang baris samping rumah sakit umum sundari. Kegiatan sehari-hari ibu ini adalah sebagai ibu rumah tangga dan sambil menjahit di rumahnya.

Pandangannya mengenai poligami sangat tidak setuju karena ibu ini melihat kakaknya yang dipoligami suaminya sangat menderita, sehingga dia sangat benci apabila melihat suami yang menikah lagi. Dan dia menilai bahwa perkawinan poligami itu hanya membawa dampak yang negatip pada perkembangan psikologis anak.

8. K.K (Pr, 25 Tahun)

K.K adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Medan. Selain kuliah K.K juga berdagang kios di pasar kampung lalang. Kiosnya milik orang tuanya tapi K.K saling berganti tugas dengan ibunya. K.K adalah anak


(58)

tunggal dari ibunya. Ibunya adalah isteri kedua dari ayahnya. Sekarang K.K tinggal di jalan balai desa kampung lalang.

Pandangan K.K mengenai perkawinan poligami dianggapanya adalah suatu hal yang biasa dan juga wajar terjadi pada zaman dulu maupun zaman sekarang ini. Baginya poligami itu sudah menjadi kebutuhaan hidup bagi laki-laki yang memiliki uang. Ibu K.K menikah dengan ayahnya karna ayahnya adalah laki-laki yang kaya sedangkan ibunya adalah wanita desa yang miskin. Jadi dia tidak mau menilai negatif pada laki-laki atau perempuan yang berpoligami. Semua yang dilakukan manusia pasti sudah diperhitungkan sebelumnya.

9. P.J ( Lk, 27 Tahun)

P.J adalah warga jalan mesjid sunggal medan. P.J berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah swasta yang ada di medan. Isterinya juga bekerja sebagai guru. P. J memiliki dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Selain mengajar P.J juga sebagai guru ngaji di lingkungannya. Bapak ini orangnya sangat alim sehinggga saya sangat sungkan untuk mewawancarainya.

Bapak ini baru sekitar tiga tahun tinggal di lingkungan rumahnya. Bapak P.J berasal dari luar daerah kota Medan yaitu dari kota Kisaran. Dulu P.J kuliah di salah satu perguruan swasta yang ada di Medan. Setelah tamat kuliah P.J menetap di Medan dan mendapat jodoh orang Medan.

Ketika saya tanya bagaimana tanggapannya mengenai orang yang berpoligami lalu ia menjawab bahwa poligami adalah sesuatu yang natural alias alami sebagai penyeimbang banyaknya supply (jumlah perempuan yang ingin menikah) dengan demand (lelaki yang mampu menjadi suami). semua yang jantan diciptakan dengan


(59)

bakat poligami. Dia juga berpendapat bahwa poligami tidak hanya menguntungkan lelaki, tapi juga bisa jadi menguntungkan perempuan.

4.5. Hasil Intepretasi Data

4.5.1. Makna Perkawinan Bagi Masyarakat

Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera. Atas dasar kehidupan suami istri di dalam suatu ikatan perkawinan, akan berakibat yang penting dalam masyarakat, yaitu apabila mereka dianugerahi keturunan, maka mereka dapat membentuk suatu keluarga. Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung jawab.

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan selanjutnya disingkat Undang-Undang Perkawinan merumuskan, bahwa Perkawinan, ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Perkawinan adalah merupakan implementasi perintah Tuhan yang melembaga dalam masyarakat untuk membentuk rumah tangga dalam ikatan kekeluargaan, sama konsepnya dengan pasal 1 ayat(1) undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974, mengatakan bahwa “perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan


(60)

seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”

Perkawinan tidak saja menimbulkan hubungan hukum antara suami dan isteri akan tetapi juga menimbulkan hubungan hukum terhadap anak-anak dan harta kekayaan dalam perkawinan, karena itu keharmonisan dalam suatu keluarga harus benar-benar di pertahankan sehingga tujuan untuk membentuk keluarga yang kekal dan bahagia dapat terwujud. Perkawinan yang hanya mengandalkan kekuatan cinta tanpa disertai oleh persiapan yang matang untuk melanjutkan proses penelusuran kehidupan akan banyak mengalami kelemahan. Jadi untuk memasuki suatu perkawinan bukan hanya cinta sejati yang dibutuhkan melainkan pemikiran rasional dan dapat meletakkan dasar-dasar lebih kokoh dari suatu perkawinan, sedangkan perkawinan itu sendiri merupakan suatu proses awal dari perwujudan bentuk-bentuk kehidupan manusia.

Perkawinan bukanlah sekedar ritus untuk mengabsahkan hubungan seksual antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan penting untuk menjaga keutuhan lembaga tersebut. Setiap perkawinan mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Kebahagian lahir dan bathin menjadi dambaan setiap manusia. Berikut menurut pendapat bu I.Y (Pr, tahun)

“Perkawinan adalah ikatan seumur hidup, yang diikat oleh perjanjian, antara seorang pria dan seorang wanita”.


(61)

Begitu juga yang dikatakan ibu I.D (Pr,50 tahun)

“hal yang sangat sakral dan suci. perkawinan/pernikahan hanya dialami sekali dalam seumur hidup, dan itu jugalah yang diajarkan setiap agama, agama apa pun mengajarkan perkawinan kalau boleh sekali dalam seumur hidup”

Menurut Ibu L.N (Pr,40 tahun)

“Penyatuan dua hati yang berbeda yang dibungkus dalam ikatan yang suci”.

Secara umum dalam masyarakat dapat ditemukan beberapa pengertian perkawinan yaitu:

1. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami isteri

2. ikatan lahir bathin ditujukan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia , kekal dan sejahtera.

3. dasar ikatan lahir bathin dan tujuan bahagia yang kekal itu berdasarkan pada KeTuhanan Yang Maha Esa.

Menurut adat pada umumnya di indonesia perkawinan itu bukan saja berarti sebagai ‘perikatan perdata’ tetapi juga merupakan ‘perikatan adat’ dan sekaligus ‘perikatan kekerabatan dan kekeluargaan’. Perkawinan dalam arti’perikatan adat’ adalah perkawinan yang mempunyai hukum adat yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan . dalam hal ini pasangan yang telah menikah mendapat perhatian dari orang tua untuk dapat membina dan memelihara perkawinan yang mereka jalani agar tercipta keluarga yang rukun, utuh dan kekal selama-lamanya.


(62)

Bapak U.T ( Lk, 52 tahun) mengemukakan

“Perkawinan berarti bermakna pembentukan suatu rumah yang dibangun bersama-sama dan mempunyai nasib yang sama. Tujuan utama perkawinan adalah menciptakan lingkungan yang ideal bagi anak-anak tetapi juga – dari kata-kata salah satu berkat perkawinan berbunyi memberikan kegirangan dan kesenangan hati, keriangan dan kegembiraan yang meluap-luap, kegemaran dan suka cita, cinta damai dan persahabatan” .

Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan E.L (Pr, 39 tahun) mengatakan

“Menyatukan dua orang, dengan kepribadian serta latar belakang yang berbeda dalam satu komitmen. Persatuan dua perbedaan yang akan mencapai satu tujuan demi kebahagiaan bersama, pernikahan tempat saling berkorban, menangis, tertawa, memahami, mengalah satu sama lain, dua untuk menuju satu yang akhirnya akan mendapatkan keturunan ”

Kehidupan yang tenteram (sakinah) di balut dengan perasaan cinta kasih yang ditopang saling pengertian di antara suami isteri, karena baik suami atau isteri menyadari bahwa masing-masing sebagai “pakaian” bagi pasangannya. Itulah yang sesungguhnya merupakan tujuan utama disyar’atkannya perkawinan. Suasana kehidupan keluarga yang demikian, dapat diwujudkan dengan mudah apabila perkawinan dibangun di atas dasar yang kokoh. Pentingnya dasar yang kokoh dalam perkawinan sangat selaras dengan tujuan perkawinan di atas ; suatu kehidupan suami isteri yang betul-betul sakinah dan bahagia. Suami isteri yang sakinah dan bahagia akan mampu mengembangkan hubunga


(1)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap laki-laki ataupun perempuan yang ikut dalam praktek poligami maka dapat dirumuskan kesimpulan yaitu

• Dengan adanya poligami akan tergambar implikasi yang positif. Gambaran tersebut menyatakan bahwa, di dalam suatu komunitas masyarakat yang membolehkan adanya poligami tidak akan mungkin ditemukan adanya wanita-wanita simpanan. Sebaliknya, di dalam komunitas masyarakat yang menghalang-halangi adanya poligami akan mungkin dijumpai banyaknya wanita-wanita simpanan.

• Sering dijumpai adanya wanita (istri) yang mandul, tidak memiliki anak dan juga kadang-kadang ditemukan adanya seorang istri yang menderita sakit sehingga tidak memungkinkan baginya melakukan hubungan suami istri yan menderita sakit, atau tidak dapat melakukan pelayanan yang semestinya terhadap rumah tangga, suami, dan anak-anaknya. Jadi dengan demimikian pilihan poligami adalah sebagai solusi yang terakhir.

• Faktor yang membuat istri mau dipoligami yaitu dilatarbelakangi oleh beberapa alasan yaitu ingin menjaga nama baik dan martabat keluarga, ketergantungan secara ekonomi pada suami, kepentingan anak, ingin menjadi istri yang soleha yang berbakti pada suaminya, menjaga keutuhan dan


(2)

kebahagian keluarga dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak keharmonisan keluarga seperti perselingkuhan dan perbuatan zina dan poligami dianggap sebagai suatu suratan nasib

• Dari perkawinan poligami akan menimbulkan akibat positif dan akibat negatif. Akibat positifnya adalah laki-laki yang berpoligami dapat meringankan beban masyarakat dengan memberikan sesuatu kepada seorang wanita atau lebih, dan membawanya kejenjang pernikahan yang bersih. Poligami memberikan kesempatan untuk kawin bagi gadis-gadis dan janda-janda, serta memberikan keamanan bagi mereka sehingga merekapun terpilihara dari fitnah. Poligami membantu kaum wanita menjaga kemuliaan dan kehormatannya. Akibat negatifnya adalah hubungan suami istri atau madu menjadi tegang. Hubungan ayah dan anak, anak dengan ibu tiri dan juga hubungan anak dengan saudara tirinya yang berlainan ibu juga mengalami ketegangan. Poligami pada umumnya menyakitkan bagi sejumlah wanita, namun ia juga bermanfaat bagi wanita-wanita lain. Dengan melihat kenyataanya jumlah wanita lebih banyak dari pada laki-laki dan satu laki-laki bisa memiliki dua atau tiga wanita.

5.2 Saran


(3)

bersangkutan bahkan perbedaan pemahaman terhadap konsep poligami itu sendiri menjadi faktor perbedaan respon masing-masing individu, oleh sebab itu perbedaan yang terjadi selayaknya dipahami sebagai suatu keniscayaan dalam kehidupan sebagaimana kita memahami keseragaman hidup.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Abu, Adil Abdul mun’im. 2001. Ketika Menikah Jadi Pilihan. Jakarta : Almahira

Aj, Musafir dan Jahrani. 1996. Poligami dari Berbagai Persepsi. Jakarta : Gema Insani Press

Daulay, Harmona. 2007. Harmoni Sosial. Medan : USU Press

BPK Gunung Mulia.

Hadari, Nawawi. 1994. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : UGM Press

H.Hilman Hadikusuma. (B). 1990. Hukum Perkawinan Adat, Bandung: PT.Cipta Adytia Bhakti.

Horton, Paul B. 1999. Sosiologi Jilid 1 dan 2. Jakarta : Bina Aksara.

Ihromi. T.O.1999. Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. J.Good, William. 1991. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Bumi Aksara

Jones, Jamilah. 1996. Monogami dan Poligami. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Khairuddin H. 1997. Sosiologi Keluarga Yogyakarta: Lyberty.

Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta : Djambatan.

Manan, Abdul. 2006. Aneka masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta : Kencana.

Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Rosdakarya Mubarak, Saiful Islam. 2007. Poligami Antara Pro & Kontra. Bandung : PT. Syaamil


(5)

Nurbowo dan Apiko Joko M. 2003. Indahnya Poligami. Jakarta : Senayan Abadi Publishing.

Rizert, George. 2003. Teori Sosilogi Modern, Jakarta : Prenada Media. Sanderson, Stephen K. 1995. Sosiologi makro: sebuah pendekatan terhadap

realitas sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Setiati, E. 2007. Hitam putih poligami (menelaah perkawinan poligami sebagai sebuah Fenomena ). Jakarta: Cisera Publishing.

Satiaji, Ahmad. 2006.AA Gym: Mengapa Berpoligami. Jogyakarta: Qultum Media. Setiawan, W. 2005. Poligami kebijakan suami – istri. Tanggerang – Banten: Ciung

Wanara Pres.

Singarimbun, Masri. 1999. Metode Penelitian Survei (edisi revisi ). Jakarta : LP3ES Sulistyowati, Irianto. 2005. Perempuan di antara Berbagai Pilihan Hukum, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Suprapto, B. 1990. Liku –liku poligami. Yogyakarta : Penerbit Al kausar.

Suyanto, Bagong dan J Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.

Thalib, Muhammad. 2004. Orang Barat Bicara Poligami. Yogyakarta : WIHDAH Press.

Qoimi, Ali. 2004. Keluarga Dan Anak Bermasalah, terj. Najib Husain Alydrus, Bogor: Cahaya,

.

Sumber dari Internet :

Rasyid, Amin. 2005. Resistensi Dalam Gaya Hidup. (Online),


(6)

(http://www.poligamiindonesia.com/index.php?page=BeritaDet&id=000015). diakses pada tanggal 12 juli 2009

(http://poligami.blogetery.com/analisis-fenomena-poligami/). diakses pada tanggal 15 Januari 2010

(http://hi-in facebook.com/topic.php?uid=28288254412&topic=6292). diakses pada tanggal 20 Juli 2010

(http://republika.co.id/berita/84150/Klub_Poligami_Picu_Kegerahan_MUI). diakses pada tanggal 20 Juli 2010

1 November 2010

diakses tanggal 1 November 2010

Jurnal Perempuan, edisi 31. Menimbang Poligami