ini masih berupa substrat serasah. Stasiun III merupakan stasiun yang tipe substratnya berpasir dan disekitar pinggirannya tidak terdapat kanopi. Hal ini terjadi karena pada
stasiun ini sudah terdapat pembangunan tembok pengaman untuk melindungi tepi danau. Jadi dari Hasil sisa pembangunan tersebut maka sepanjang stasiun tersebut, tipe substrat
dasarnya berpasir. Stasiun IV yang merupakan aliran keluar outlet Danau Lau Kawar memiliki tipe berbatu pada substratnya.
4.3.2 Parameter Kimia
1 pH
Pola pH yang terdapat pada keempat stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari data pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa kisaran pH yang diperoleh dari kedua musim
penelitian adalah 6,9-7,7. Dari keempat satasiun tersebut, diperoleh nilai pH tertinggi 7,7 di Stasiun I pada musim kemarau dan yang terendah 6,9 di Stasiun IV juga pada musim
kemarau.
Secara keseluruhan bahwa nilai pH yang diperoleh ini menunjukkan kisaran yang masih cukup mendukung pertumbuhan dan perkembangan serangga air. Sesuai dengan
pernyataan Baur 1987, Brehm Meijering 1990, Brakke et al 1992 dalam Barus 2004 bahwa nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat
antara 7-8,5.
Dari periode musim penelitian dapat dilihat bahwa secara umum terjadi penurunan pH dari musim kemarau ke musim hujan. Hal ini dapat dimengerti bahwa pada musim
hujan akan terjadi penurunan pH dimana secara alami menurut Barus 2004, bahwa air hujan sebenarnya sudah bersifat asam. Dengan demikian bahwa dengan adanya
penambahan air hujan pada musim hujan tentunya akan menurunkan kadar pH.
Universitas Sumatera Utara
2 DO Dissolved Oxygen mgl
Pola DO Dissolved Oxygen yang terdapat pada keempat stasiun penelitian dapat dilihat
pada Tabel 4.3. Dari data pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada musim kemarau tidak ada perbedaan nilai DO pada setiap stasiun penelitian. Hal ini menandakan
persebaran kadar oksigen di semua stasiun merata. Hal ini dapat dimengerti dan dihubungkan dengan temperatur air pada musim kemarau juga tidak ada perbedaan.
Sesuai dengan pernyataan Barus 2004 yang menyatakan bahwa pada ekosistem air tawar, pengaruh temperatur menjadi sangat dominan karena temperatur sangat
mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air.
Namun pada musim hujan, terjadi kenaikan DO secara umum pada stasiun penelitian kecuali Stasiun IV. Hal ini dapat terjadi karena kadar DO memang memiliki
fluktuasi harian maupun musiman dan fluktuasi ini selain dipengaruhi suhu tadi dapat juga dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dari tumbuhan yang menghasilkan oksigen
Schworbel, 1987 dalam Barus 2004.
Dari nilai DO keseluruhan yaitu antara 6,8-7,5
mg l
masih merupakan nilai yang sangat memungkinkan serangga air untuk dapat hidup. Sesuai dengan pernyataan Barus
2004, yang menyatakan nilai oksigen terlarut dipererairan sebaiknya berkisar 6-8
mg l
dan didukung juga oleh Thani dan Phalaraksh 2008 yang menyatakan nilai DO normal pada perairann yang mengalir Lotic adalah antara 4,6-8,6
mg l
.
3 Kejenuhan Oksigen
Pola Kejenuhan Oksigen yang terdapat pada keempat stasiun penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4.3. Dari data pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa sama seperti nilai DO, maka kejenuhan oksigen bila dihubungkan dengan temperatur, diperoleh bahwa nilai kejenuhan
oksigen juga sama untuk semua stasiun penelitian pada musim kemarau. Adapun tujuan pengukuran kejenuhan oksigen ini adalah untuk mengetahui apakah nilai oksigen terlarut
Universitas Sumatera Utara
yang diperoleh tersebut merupakan nilai maksimum atau tidak, bila dikaitkan dengan temperatur yang ada di perairan tersebut Barus, 2004.
Maka dari hasil pengukuran yang dilakukan selama dua periode musim penelitian, nilai kejenuhan 79,72-87,92 menunjukkan pada setiap stasiun sudah
kehilangandefisit oksigen. Penurunan kejenuhan oksigen dapat dikarenakan kehadiran senyawa organik ke badan air, sehingga terjadi proses penguraian yang dilakukan oleh
mikroorganisme secara aerob yang tentunya membutuhkan oksigen.
4 BOD
5
Biologycal Oxygen Demand mgl
Pola BOD
5
Biologycal Oxygen Demand yang terdapat pada keempat stasiun penelitian
dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari data pada tebel tersebut dapat dilihat bahwa BOD pada setiap stasiun penelitian berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi kerena tipe atau kondisi setiap
stasiun berbeda. Adapun nilai BOD tertinggi berada di Satsiun II dan IV masing-masing 0,9
mg l
pada musim kemarau. Hal ini dapat dimengerti karena dengan adanya senyawa- senyawa organik pada Stasiun II daerah pertanian dan pemukiman yang tentunya
mengakibatkan tingginya penggunaan oksigen oleh mikroorganisme. Sesuai dengan pernyataan Thani Phalaraksh 2008, bahwa BOD tinggi ketika dalam badan air
terdapat kadar senyawa-senyawa organik yang juga tinggi.
Nilai BOD secara keseluruhan pada semua stasiun mengalami kenaikan pada musim hujan. Hal ini dikarenakan hujan membawa material material orgnik dari lahan di
atas badan air sebagai aliran runoff sehingga pada musim hujan terjadi penambahan senyawa organik.
Dari keseluruhan nilai BOD yang didapatkan 0,3-1,7
mg l
hal ini menunjukkan bahwa kondisi Danau Lau Kawar masih relatif baik. Sesuai dengan pernyataan Brower et
al 1990, bahwa konsumsi oksigen selama periode 5 hari BOD
5
berkisar sampai 5
mg l
maka perairan tersebut masih tergolong baik, tetapi apabila sudah berkisar sampai 10-20
mg l
maka hal ini menunjukkan tingkat pencemaran yang sudah cukup tinggi.
Universitas Sumatera Utara
5 Nitrat NO
3 -
mgl
Pola Nitrat NO
3 -
yang terdapat pada keempat stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel
4.3. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari musim kemarau ke musim hujan terjadi kenaikan nilai nitrat. Pada musim kemarau nilai tertinggi nitrat ditemukan pada Stasiun
IV sebesar 0,26 mgl dan yang terendah pada Stasiun I sebesar 0,10 mgl. Kemudian pada musim hujan Stasiun IV dan Stasiun I juga menjadi stasiun yang nilai nitratnya tertinggi
dan terendah.
Nitrat berasal dari proses nitrifikasi oleh mikroorganisme yang mengubah amonium dan amoniak menjadi nitrit dan selanjutnya menjadi nitrat Borness, 1982,
Schwoerbell, 1987, Hutter, 1990 dalam Barus 2004. Kemudian menurut Thani Phalaraksh 2008 ada dua sumber nitrat yaitu dari lahan pertanian dan limbah domestik.
Pada Stasiun IV merupakan Stasiun yang memiliki nilai nitrat yang tertinggi karena stasiun ini merupakan daerah aliran keluar outlet sehingga akumulasi nitrat dari
badan danau mengalir dan terkumpul pada stasiun IV. Demikian halnya dengan musim hujan.
Dari hasil pengukuran yang didapatkan tersebut, nilai nitrat 0,10 mgl – 0,26 mgldapat dikategorikan bahwa Danau Lau Kawar merupakan danau Oligotrop dimana
menurut Volen Weider 1969 dalam Effendi 2003 bahwa perairan disebut Oligotropik memiliki kadar nitrat 0 – 1 mgl, Mesotropik memiliki kadar nitrat 1 – 5 mgl
dan perairan Eutropik memiliki kadar nitrat berkisar 5 – 50 mgl.
6 Fospat PO
4 3-
mgl
Pola Fospat PO
4 3-
yang terdapat pada keempat stasiun penelitian dapat dilihat
pada Tabel 4.3. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sama halnya dengan kadar nitrat, kadar fospat juga mengalami peningkatan dari musim kemarau ke musim hujan. Menurut
Barus 2004 bahwa fosfor selain berasal dari sedimen juga berasal dari atmosfer dan
Universitas Sumatera Utara
bersama dengan air hujan masuk ke dalam sistem perairan. Thani Phalaraksh 2008 juga menyatakan bahwa fospat berasal dari pemupukan pada lahan pertanian dan juga
penggunaan detergen.
7 Kadar Organik Substrat
Pola Kadar organik substrat yang terdapat pada keempat stasiun penelitian dapat dilihat
pada Tabel 4.3. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari keempat stasiun penelitian yang memiliki nilai Kadar organik substrat tertinggi adalah Stasiun IV dan yang terendah
adalah Stasiun I. Dari kedua periode musim penelitian dapat dilihat bahwa sama dengan nitrat dan fospat yang sudah dibahas terjadi peningkatan kadar di musim hujan. Hal ini
dapat dimengerti karena dari aliran runoff yang dibawa oleh air hujan mengalir kebadan danau tentunya mengandung material-material organik. Pada Stasiun IV yang merupakan
aliran keluar yang juga dapat dimengerti bahwa di stasiun inilah konsentrasi material- material organik tersebut terakumulasi pada musim kemarau dan musim hujan.
Namun dari nilai kadar organik substrat yang ditemukan 0,18 – 1,17 ini merupakan nilai yang rendah sesuai dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Pusat
Penelitian Tanah 1983 dalam Djaenuddin et all 1994 dimana kriteria tinggi rendahnya kandungan organik substrat berdasarkan persentasenya yaitu:
1 = sangat rendah 1 – 2 = rendah
2,01 – 3 = sedang 3,01 – 5 = tinggi
5,01 = sangat tinggi
4.4 Uji Korelasi Pearson Untuk Nilai Faktor Fisik-Kimia dan Nilai Indeks Diversitas H’ dan D Serangga Air di Danau Lau Kawar Untuk Kedua Periode Musim
Pada Setiap Stasiun Dengan Metode Komputerisasi SPSS Ver. 13.00
Adapun hasil korelasi Pearson untuk nilai Faktor Fisik - Kimia dan nilai Keanekaragaman H’ adalah seperti pada Tabel 4.6 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Hasil Uji Korelasi Pearson Untuk Nilai Faktor Fisik - Kimia dan Nilai Indeks Diversitas H’ dan D Serangga Air di Danau Lau Kawar Untuk
Kedua Periode Musim Pada Setiap Stasiun Dengan Metode Komputerisasi SPSS Ver. 13.00
Parameter
Temperatur pH
DO Kej_O2
BOD5 Nitrat
Fospat Kad_Org_Sub
H’ Pearson
Correlation .a
.615 .325
.325 -.478
-.901 -.844
-.877 D
Pearson Correlation
.a .494
.185 .185
-.170 -.679
-.372 -.621
H’: Indeks Shannon Wienner D : Indeks Simpson
Dari data pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari hasil uji korelasi didapatkan hubungankorelasi antara indeks keanekaragaman Shannon H’
dan Indeks Simpson D dengan faktor-faktor fisik kimia perairan. Nilai-nilai tersebut ada yang berkorelasi
berlawanan - dan searah +. Maksudnya adalah apabila berkorelasi negatif maka akan ada korelasi dimana satu parameter yang semakin tinggi maka parameter yang
dikorelasikan dengannya akan semakin rendah. Apabila berkorelasi positif maka kedua parameter yang dikorelasikan akan sama-sama tinggi atau sama-sama rendah. Dari semua
pameter tersebut berdasarkan hasil uji korelasi ini yang berkorelasi nyata Significant Correlation adalah antara nilai Indeks Shannon dengan nilai nitrat, fospat dan kadar
organik substrat. Sementara nilai indeks Simpson tidak menunjukkan adanya korelasi yang nyata dengan faktor fisik kimia perairan.
Nilai H’ yang berkorelasi nyata tersebut menunjukkan korelasi negative. Hal ini berarti apabila ketiga parameter ini nitrat, fospat dan kadar organik substrat semakin
tinggi maka nilai H’ akan semakin rendah. Dari ketiga parameter tersebut, yang telah diukur nilainya menunjukkan nilai yang rendah Tabel 4.5. Sementara faktor-faktor fisik
kimia lainnya berdasarkan hasil uji korelasi ini tidak menunjukkan adanya korelasi nyata dengan nilai H’ dan D, walaupun dari hasil tersebut korelasinya ada yang searah dan ada
yang berlawanan.
Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed.
a Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan