65
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi penelitian adalah metode “Purposive Random Sampling” pada 4 stasiun pengamatan. Penetapan stasiun ini
berdasarkan perbedaan pengunaan lahan oleh masyarakat. Stasiun I, tidak terdapat penggunaan lahan, atau daerah ini merupakan daerah yang tidak terdapat aktivitas.
Stasiun II, merupakan daerah yang digunakan masyarakat sebagai daerah pemukiman dan areal pertanian. Stasiun III, merupakan daerah Camping yang dikunjungi oleh
wisatawan. Stasiun IV, daerah yang merupakan aliran keluar outlet dari Danau Lau Kawar tersebut. Dari setiap stasiun terbagi menjadi 3 titik lokasi pengamatan seperti
pada foto lokasi penelitian Gambar 3.1.
3.4 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan dua tahap yaitu, pada bulan Juni 2008 musim kemarau dan bulan November 2008 musim hujan. Pada setiap stasiun, akan
dilakukan pengambilan sampel dalam 3 titik yang berbeda.
Pengambilan serangga yang hidup di permukaan dan badan air, dilakukan dengan menggunakan jaring air Kick Net. Penggunaan alat ini dilakukan sebanyak
10 kali Siregar, 1999; 2005 pada setiap titik pengamatan. Sedangkan yang berada pada dasar perairan, digunakan Surber net Surber Sampler dan dilakukan juga
sebanyak 10 kali pengambilan Grinang, 2000.
Sampel yang telah didapatkan kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diawetkan menggunakan Alkohol 70. Semua sampel yang telah terkumpul
tersebut dibawa ke laboratorium Ekologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk diidentifikasi menggunakan buku panduan
identifikasi seperti Pennak 1978, Borror et al 1992, McCafferty 1996, Merrit Cummin 1996, Morse et al 2003, dan buku panduan lain yang mendukung untuk
rujukan pengidentifikasian.
Universitas Sumatera Utara
66
100
A B
A KO
3.5 Pengukuran Faktor Fisik-kimia Perairan
Adapun faktor fisik perairan yang diukur adalah temperatur air dan tipe substrat, sedangkan faktor kimia yang diukur adalah pH air, Oksigen terlarut DO,
kejenuhan Oksigen, kandungan organik substrat dan Biochemical Oxygen Demand BOD
5
, kandungan Nitrat dan Phosfat.
3.5.1 Temperatur Air
Temperatur air diukur dengan menggunakan Termometer air raksa berskala 0-50
C. Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan termometer ke dalam air kurang lebih selama 5 menit.
3.5.2 Tipe Substrat
Tipe substrat diamati langsung secara visual pada seiap stasiun penenelitian
3.5.3 Kandungan Organik Substrat
Pengukuran kandungan organik substrat dilakukan dengan metode analisa abu, dengan cara substrat diambil, ditimbang sebanyak 100 gr dan dimasukkan ke dalam oven
dengan temperatur 45 C sampai beratnya konstan 2-3 hari, substrat yang kering di
gerus di lumpang dan dimasukkan kembali kedalam oven dan dibiarkan selama 1 jam pada temperatur 45
C agar substrat benar-benar kering. Kemudian ditimbang 25 gr dan diabukan dalam tanur dengan temperatur 700
C selama 3,5 jam. Kemudian substrat yang tertinggal ditimbang berat akhirnya, dan dihitung kandungan organik
substrat Barus, 2004 dengan rumus :
dimana : KO
= Kandungan Organik
A =
Berat Konstan Substrat B
= Berat
Abu
Universitas Sumatera Utara
67
Analisis kandungan organik substrat dilakukan di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
3.5.4 Derajat Keasaman pH
Derajat Keasaman pH diukur dengan menggunakan pH meter dengan cara memasukkan pH meter ke dalam sampel air yang diambil dari dalam perairan sampai
pada pembacaan pada alat konstan dan dibaca angka yang tertera pada pH meter tersebut.
3.5.5 Oksigen Terlarut DO
Oksigen terlarut DO diukur dengan menggunakan Metode Winkler. Sampel air diambil dari dalam perairan dan dimasukkan ke dalam botol Winkler kemudian
dilakukan pengukuran oksigen terlarut Lampiran B.
3.5.6 Kejenuhan Oksigen
Kejenuhan Oksigen diukur dengan menghitung nilai DO yang didapatkan dibandingkan dengan nilai DO pada tabel nilai Kejenuhan Oksigen berdasarkan suhu
lapangan. Atau dengan rumus sebagai berikut: Kejenuhan Oksigen=
100 x
tabel pada
DO diukur
yang DO
3.5.7 Biochemical Oxygen Demand BOD
5
Pengukuran BOD
5
dilakukan dengan Metode Winkler. Sampel air yang diambil dari dalam perairan dan dimasukkan ke dalam botol winkler. Pengukuran
BOD dilakukan di Laboratorium Kimia Pusat Penelitian Lingkungan Universitas Sumatera Utara Medan Lampiran C.
Universitas Sumatera Utara
68
3.5.8 Kandungan Nitrat NO
3 -
Pengukuran Kandungan Nitrat NO
3 -
dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan alat spektrofotometer. Prosedur pengukurannya dilakukan seperti pada
lampiran E.
3.5.9 Fosfat PO
4 -
Pengukuran Kandungan Fosfat PO
4 -
dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan alat spektrofotometer. Prosedur pengukurannya dilakukan seperti pada
lampiran F.
Secara keseluruhan pengukuran faktor fisik-kimia perairan beserta alat dan
satuannya dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini
Tabel 3.1. Alat dan Satuan yang dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik- Kimia Perairan dan tempat pengukuran
No Parameter Fisik-Kimia
Satuan Alat Tempat
Pengukuran
1 Temperatur Air
C Termometer air
raksa In-Situ
2 Tipe Substrat
- -
In-situ 3
Kandungan Organik Substrat Oven dan Tanur
Laboratorium 4
Derajat Keasaman pH -
pH meter In-situ
5 Oksigen Terlarut DO
mgl Metode Winkler
In-situ 6 Kejenuhan
Oksigen -
In-situ 7 Biochemical
Oxygen Demand, BOD5
mgl Metode Winkler
dan Inkubasi Laboratorium
8 Kandungan Nitrat NO
3 -
spektrofotometer Laboratorium
9 Fosfat PO
4 -
spektrofotometer Laboratorium
3.6 Analisis Data
Data serangga
air yang
diperoleh dihitung
berdasarkan formula
Brower et al, 1990 nilai Kepadatan Populasi, Kepadatan Relatif, Krebs, 1985 Frekuensi Kehadiran, Indeks Diversitas Shannon-Weinner, Indeks Ekuitabilitas,
Universitas Sumatera Utara
69
Suin, 2002 Indeks Diversitas Simpson, Michael, 1984 Indeks Distribusi dan Analisa Kolerasi dengan persamaan-persamaan sebagai berikut :
a. Kepadatan Populasi K
K =
sampling plot
Unit jenis
suatu individu
Jumlah
b. Kepadatan Relatif KR
KR =
N ni
x 100
Dengan: Ni = jumlah individu spesies i N = total individu seluruh spesies
c. Frekuensi Kehadiran FK
FK =
100 x
jenis seluruh
Frekuensi jenis
suatu Frekuensi
dimana nilai FK : 0 – 25
= sangat jarang 25 – 50
= jarang 50 – 75
= sering 75
= sangat sering
d. Indeks Diversitas Shannon – Wiener H’
H’ =
pi
pi ln
dimana: H’
= indeks diversitas Shannon – Wiener Pi
= proporsi spesies ke –i ln
= logaritma
Nature pi
=
N ni
Perhitungan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis
Universitas Sumatera Utara
70
e. Indeks Diversitas Simpson