Dalam hal ini menurut pernyataan di atas maka didapatkan gambaran bahwa nilai H’ berbeda berdasarkan periode pengambilan sampel.
2 Nilai indeks Diversitas Simpson D
Nilai indeks Diversitas Simpson D yang diperoleh pada musim kemarau adalah
0,54-0,92 dan pada musim hujan adalah 0-0,90. Indeks Diversitas Simpson yang terendah
berada di Stasiun III pada musim hujan dan tertinggi di Stasiun II pada musim kemarau. Rendahnya nilai indeks Keanekaragaman dapat dilihat dari sedikitnya genus yang
ditemukan dengan jumlah yang tidak merata dan nilai indeks Keanekaragamannya lebih tinggi apabila terdapat banyak genus dengan jumlah individu masing-masing genus yang
relatif merata Brower, 1990.
3 Nilai indeks Equitabilitas E
Nilai indeks Equitabilitas E yang diperoleh pada setiap stasiun berdasarkan periode musim dalam penelitian Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai E yang paling
rendah pada Stasiun III pada musim hujan sebesar 0,00, dan yang tertinggi pada Stasiun II pada musim kemarau sebesar 0,92. Menurut Ludwig Reynold 1988, jika semua
spesies dalam suatu sampel kelimpahannya sama, itu menunjukkan bahwa indeks Keseragaman maksimum dan menurut Krebs 1985, nilai E adalah 0-1. Maka dengan
demikian semakin mendekati nilai 1 maka nilainya semakin maksimum, berarti nilai kelimpahannya merata. Sementara semakin medekati nol, maka nilai E semakin
minimum, berarti di dalam sampel ada spesies yang mendominasi dan kelimpahannya tidak samatidak merata.
4.1.3 Indeks Distribusi
Adapun nilai Indeks Distribusi ID serangga air yang diperoleh pada masing- masing stasiun pengamatan adalah seperti pada Tabel 4.4 di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Nilai Indeks Distribusi ID Serangga Air di Danau Lau Kawar Untuk Kedua Periode Musim Pada Setiap Stasiun
Stasiun I Stasiun II
Stasiun III Stasiun IV
Genus Kemarau
Hujan Kemarau
Hujan Kemarau
Hujan Kemarau
Hujan
1. Helichus Id1
- -
- -
- -
- 2. Agabus
Id1 -
- -
- -
- -
3. Laccophilus Id1
- -
- -
- -
- 4. Hydroporus
- Id1
- Id1
- -
- -
5. Enochrus -
Id1 -
- -
- -
- 6. Epimetopus
- -
- Id1
- -
- -
7. Hydrophilus -
Id1 -
- -
- -
Id1 8. Hydroscapha
- Id1
- -
- -
- -
9. Psephenus -
Id1 -
- -
- Id1
- 10. Scirtes
- Id1
- -
- -
Id1 -
11. Bledius Id1
Id1 -
- -
- -
- 12. Chironomus
- -
- -
- -
Id1 -
13. Simulium -
- -
- -
- Id1
- 14. Pedicia
Id1 -
- -
- -
Id1 -
15. Ephemerella Id1
- -
- Id1
- Id1
- 16. Heptagenia
Id1 Id1
- -
- -
- -
17. Belastoma Id1
- Id1
- -
- -
- 18. Tenagobia
- -
- -
Id1 -
- -
19. Gerris -
- -
Id1 -
- Id1
Id1 20. Limnogonus
- -
Id1 -
- -
- -
21. Trepobates Id1
Id1 Id1
- -
- Id1
- 22. Pelocoris
- Id1
Id1 Id1
- -
Id1 -
23. Nepa -
- Id1
- -
- -
- 24. Rhagovelia
Id1 Id1
Id1 -
- -
- -
25. Synclita Id1
- -
- -
- -
- 26. Chauliodes
Id1 -
- -
- -
- -
27. Aeshna -
- Id1
- -
- -
- 28. Coenagrion
Id1 Id1
- -
- -
- -
29. Enalagma Id1
- -
- -
- -
- 30. Ischnura
- Id1
- Id1
- -
- -
31. Ophiogomphus -
Id1 -
- -
- -
- 32. Lestes
Id1 Id1
- -
Id1 -
- -
33. Crocothemis -
- -
Id1 -
- -
- 34. Libellula
- -
Id1 -
- -
- -
35. Plathemis Id1
Id1 Id1
Id1 Id1
- Id1
- 36. Sympetrum
- -
Id1 -
Id1 -
- -
37. Blatta Id1
Id1 Id1
- -
- -
- 38. Textrix
Id1 Id1
Id1 Id1
Id1 Id1
- -
39. Monocephalus Id1
- -
- -
- -
- 40. Eccoptura
Id1 Id1
Id1 -
- -
- -
41. Anisocentropus Id1
Id1 Id1
- -
- -
- 42. Heteroplectron
Id1 Id1
Id1 -
- -
- -
43. Hydropsyche Id1
Id1 -
- -
- Id1
- 44. Lepidostoma
Id1 Id1
Id1 -
- -
- -
45. Cryptochia Id1
- -
- -
- -
- 46. Limnephilus
Id1 -
Id1 -
- -
Id1 -
47. Platycentropus Id1
- -
- Id1
- -
- 48. Pseudostenophylax
- Id1
- -
- -
- -
Ket:
Id=1 = distribusi acak dalam penelitian ini tidak ditemukan Id1 = distribusi beraturan
Id1 = distribusi berkelompok
Dari Tabel Nilai Indeks Distribusi Serangga air pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa berdasarkan perumusan untuk menentukan pola distribusi serangga air yang
ditemukan ada tiga bentuk pola-pola distribusi yaitu acak dimana Id=1, beraturan dimana Id1 dan mengelompok dimana Id1. Dari tabel tersebut dapat dilihat masing-
Universitas Sumatera Utara
masing pola distribusi serangga air baik pada periode musim kemarau dan hujan maupun digunakan dalam penelitian.
Dari data-data tersebut dapat dilihat bahwa kesemua stasiun tidak menunjukkan pola distribusi acak dimana Id=1. Menurut Odum 1993, distribusi acak terjadi apabila
kondisi lingkungan seragam, tidak kompetisi yang kuat antar individu anggota populasi dan masing-masing individu tidak memiliki kecenderungan untuk memisahkan diri.
Pada Stasiun I penyebaran serangga air yang ditemukan memiliki pola penyebarandistribusi beraturan id1 dan distribusi berkelompok id1 secara
keseluruhan pada musim kemarau maupun pada musim hujan. Pada musim kemarau dari 27 genus yang ditemukan, sebanyak 18 genus yang distribusinya berkelompok dan 9
genus yang beraturan. Sedangkan pada musim hujan dari 24 genus yang ditemukan, ada 11 genus yang berkelompok dan 13 genus yang beraturan.
Pada Stasiun II, kesemua genus 17 genus yang ditemukan memiliki pola beraturan pada musim kemarau dan pada musim hujan dari 8 genus yang ditemukan ada 1
genus yang berkelompok dan 7 genus yang beraturan. Pada Stasiun III, dari ketujuh genus yang ditemukan, ada 2 genus berkelompok
dan 5 genus beraturan pada musim kemarau. Sedangkan pada musim hujan ditemukan hanya satu genus dan pola distribusinya beraturan.
Pada Stasiun IV, dari 12 genus yang ditemukan, ada sebanyak 6 genus berkelompok dan 5 genus beraturan pada musim kemarau sedangkan pada musim hujan
ditemukan 1 genus berkelompok dan1 genus beraturan.
Dari keterangan di atas dapat menjelaskan bagaimana pola-pola distribusi setiap genus serangga air yang ditemukan dengan kedua alat pada dua periode musim di Danau
Lau Kawar. Pola penyebaran serangga air sebenarnya tergantung pada tipe habitat Subramanian Sivaramakrishnan, 2005 dan serangga air kebanyakan sangat sensitif
terhadap perubahan fisik dan kimia pada habitatnya Kondratieff, 1984 dalam Siregar,
Universitas Sumatera Utara
1999. Selain itu serangga air menunjukkan kemampuan dan sensitivitas yang berkelanjutan terhadap kehadiran pencemaran di dalam ekosistem perairan yang tidak
dapat atau dapat dipengaruhi oleh faktor lain sepanjang tahun Ward, 1992 dalam Siregar, 1999.
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa pada musim kemarau dan musim hujan terdapat pola-pola distribusi yang berbeda pada beberapa genus. Hal ini dapat
dimengerti bahwa keadaan habitat pada kedua musim ini tentunya berbeda apabila dilihat dari hasil-hasil pengukuran faktor fisik-kimia pada setiap stasiun penelitian. Dari
penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa ada kemungkinan genus yang satu pada musim tertentu menyebar beraturan pada musim yang lain mengelompok atau bahkan tersebar
secara acak.
4.3 Faktor Fisik Kimia Air