Manajemen Dan Kebijakan Di Perpustakaan Perguruan Tinggi

(1)

KARYA ILMIAH

MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN

DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

OLEH

HOTLAN SIAHAAN, S.Sos., M.I.Kom

19780331 200501 2 003

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN

DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

I. PENGERTIAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

Berkembangnya ilmu pengetahuan yang begitu pesat sangat berpengaruh terhadap pendidikan dan pengajaran di perguruan tinggi. Untuk itu pendidikan dan pengajaran harus mempunyai kualitas yang baik sehingga mampu mengikuti perkembangan dunia yang begitu cepat. Pendidikan akan semakin berhasil apabila didukung oleh sarana penunjang yang baik. Salah satu penunjang untuk mencapai hasil pendidikan yang baik adalah memiliki perpustakaan. Perpustakaan yang baik harus dilengkapi berbagai sarana dan prasarana. Seperti koleksi, rak buku, katalog, dll agar pengguna dapat memanfaatkan informasi yang dibutuhkan dengan mudah.

Banyak defenisi yang diberikan para ahli tentang pengertian perpustakaan, namun secara umum pengertian perpustakaan dapat diartikan sebagai unit atau lembaga di dalamnya terdapat kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penyebaran bahan pustaka atau sumber informasi yang tercetak maupun noncetak berdasarkan aturan tertentu guna melayani pengguna. Sulistyo-Basuki (1993) memberi pengertian perpustakaan adalah kumpulan buku atau bangunan fisik tempat buku dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu untuk kepentingan pemakai. Sedangkan Lasa (1990) memberi pengertian bahwa perpustakaan adalah pengumpulan bahan informasi yang terdiri dari bahan buku/book materials dan bahan bukan buku/non book materials disusun dengan sistem diperuntukkan kepada pengguna. Perpustakaan sedikit demi sedikit telah mengalami perubahan seiring dengan perubahan paradigma perpustakaan yang sering disebut hanya sebagai tempat berkumpulnya buku-buku, tetapi perpustakaan merupakan sebuah sistem, yang merupakan suatu organisasi, dimana koleksi atur menurut sistem tertentu sehingga pengguna mudah untuk menemukan informasi. Perpustakaan dapat dibedakan berdasarkan keberadaan dan fungsi perpustakaan itu sendiri. Salah satunya perpustakaan perguruan tinggi.

Perpustakaan perguruan tinggi adalah merupakan salah satu tempat yang terpenting dalam menyediakan berbagai bahan-bahan bacaan maupun informasi yang berguna meningkatkan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan tinggi. Menurut


(3)

Nurhadi (1982 : 9) yang dimaksud dengan perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga perguruan tinggi untuk membantu menunjang pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi. Pengertian perpustakaan perguruan tinggi menurut Sulistyo-Basuki adalah perpustakaan yang berada di bawah pengawasan dan dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapati tujuannya. (Sulistyo-Basuki, 1994 : 65).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keberadaan perpustakaan pada sebuah lembaga pendidikan tinggi merupakan unsur penunjang dari beberapa unsur penunjang lainnya, bersama-sama dengan unsur penunjang lainnya berperan serta dalam melaksanakan tecapainya visi dan misi perguruan tingginya. Dengan kata lain program kerja perpustakaan serta tujuan yang telah dirumuskan harus menunjang pencapaian tujuan lembaga perguruan tinggi yang menaunginya. Demikian juga halnya dengan kedudukan perpustakaan dalam sebuah perguruan tinggi sebagai salah satu unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan misinya, perpustakaan memiliki berbagai fungsi yang tidak kalah dengan unsur penunjang lainnya.

Fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah: 1. Pusat pengajaran

2. Pusat penelitian

3. Pusat penyebaran informasi

4. Pusat pelestarian ilmu pengetahuan

5. Pusat belajar (Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2004 : 5) Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi berfungsi untuk menunjang program pengembangan pendidikan dan civitas akademika.

Dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pada perguruan tinggi yang sesuai dengan Tridharma Perguruan Tinggi yaitu: pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Di bawah ini diuraikan tujuan perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut: 1. Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dengan cara

mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi bagai mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 2. Dharma kedua yaitu penelitian, dilakukan melalui kegiatan mengumpulkan,

mengolah, menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi bagai para peneliti.


(4)

3. Dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat, diselenggarakan melalui kegiatan yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat. (Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2004 : 4).

Peranan perpustakaan dalam suatu universitas adalah sebagai sumberdaya utama produk informasi. Melalui perpustakaan para civitas akademika dapat memperoleh informasi yang dapat menunjang setiap kegiatannya. Sehingga penyelenggaraan perpustakaan sebagai sumber belajar merupakan suatu keharusan dan sangat penting dalam pendidikan. Pendidikan tinggi tidak mungkin terselenggara dengan baik jika para dosen dan mahasiswa tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

II. KEBIJAKAN PERPUSTAKAAN

Untuk menyelenggarakan sebuah perpustakaan yang mandiri dan mampu memberikan layanan yang maksimal kepada masyarakat harus didasarkan pada kebijakan yang tepat. Hal tersebut merupakan modal yang amat penting agar perpustakaan berkembang baik.

Kebijakan biasanya berbentuk dasar hukum seperti undang-undang, keputusan pejabat, pedoman, peraturan perundang-undangan, dan rencana strategic serta arah untuk mencapai tujuan tertentu. (Sutarno NS, 2006 : 15). Kebijakan yang digariskan oleh lembaga yang membawahi perpustakaan merupakan dasar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi, sehingga keberadaan perpustakaan akan menjadi satu kesatuan di dalam sebuah organisasi. Setiap instansi tentunya mempunyai kebijakan tersendiri dalam penyelenggaraan perpustakaan.Kebijakan tersebut akan ikut mewarnai bentuk dan aktivitas perpustakaan yang bersangkutan, sehingga secara langsung atau tidak, ada factor-faktor yang membedakannya dengan perpustakaan lain.

Menurut Claire and Michel Menou (1983 :258) bahwa “Policies are guidelines or general principles which help to express objectives in terms of actions by establishing codes for the taking and implementation of decisions”. (Kebijakan


(5)

atau policy merupakan panduan atau bimbingan umum untuk mencapai tujuan dari tindakan dengan cara menyusun ketentuan yang berkaitan dengan pengambilan dan implementasi keputusan). Jadi, Kebijakan merupakan pedoman bagi tindakan yang akan membantu organisasi dalam mencapai tujuannya.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk melaksanakan semua strategis perpustakaan dalam rangka mencapai tujuan organisasi adalah menetapkan kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu. Kebijakan tersebut sebaiknya ditetapkan sebagai berikut. Pertama, merupakan hasil dari rangkaian proses yang melibatkan unsur-unsur terkait agar setiap anggota terpanggil untuk telibat dan ikut bertanggungjawab secara moral dan teknis operasional untuk melaksanakannya. Kedua, perumusan kebijakan tersebut dilakukan secara berjenjang menurut ruang lingkup wewenang dan tanggungjawabnya. Sifatnya teknis operasional dan administratif. Sementara itu kebijakan dijabarkan sebagai berikut:

1. Setiap langkah kebijakan manajemen adalah untuk menjalankan strategi organisasi yang efektif dan efisien. Kebijakan tersebut sebaiknya yang jelas, tegas, aplikatif, dan praktis.

2. Kebijakan perpustakaan meliputi hal-hal pokok yaitu untuk menghimpun informasi, memelihara dan melestarikan semua sumber informasi; mengemas, memberdayakan dan melayankan informasi; memanfaatkan seluruh aset perpustakaan, dan memberikan kesenangan dan kepuasan pemakai karena keinginannya terpenuhi dengan cepat, tepat, murah dan sederhana.

3. Kebijakan diharapkan dapat memacu dan memicu proses pembinaan dan pengembangan perpustakaan dan mampu berkompetensi dengan pusat informasi lain dikelola secara professional dan lebih bernuansa infotainment. Sementara perpustakaan lebih bernuansa informatif dan ilmiah. Meskipun tidak mengabaikan unsur yang lain.

4. Perpustakaan berusaha menjalin kerjasama dan jaringan informasi yang baik dan saling menguntungkan dngan mitra kerja, baik dengan perpustakaan lain maupun lembaga-lembaga yang mempunyai kedekatan visi dan misinya. 5. Perpustakaan terus berusaha untuk menciptakan K 5 (kebersihan, keamanan,

ketenangan, kesenangan). Tujuannya pengunjung betah dan kerasan berlama-lama di perpustakaan untuk membaca dan belajar atau sekedar mencari hiburan.


(6)

6. Perpustakaan berusaha melakukan sosialisasi, publikasi dan promosi secara terus-menerus agar keberadaannya dikenal, dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.

7. Perpustakaan hendaknya berusaha menciptakan kesan yang baik, luwes, ramah bersifat informatif, membimbing, dan dekat dengan masyarakat.

8. Perpustakaan berusaha mengembangkan berbagai kegiatan yang melibatkan dan memfasilitasi kepentingan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung berkunjung ke perpustakaan. Mereka nantinya akan merasa bahwa perpustakaan adalah milik masyarakat dan untuk mereka pula.

9. Dampaknya perpustakaan menjadi ramai pengunjung dan pemakai. Pada gilirannya lebih mampu melakukan proses transaksi dan transformasi ilmu pengetahuan kepada pemakainya. (Sutarno, 2006 : 153-154)

Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa kebijakan biasanya berbentuk dasar hukum seperti undang-undang, landasan hukum yang mengatur penyelanggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi untuk melaksanakan fungsi-fungsi itu, didasari landasan hukum sebagai berikut:

1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 234/U/2003 tentang

Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi.

3. Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya No. 132/KEP/M.Pan/12/2002.

4. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.

5. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi sebagai Badan Hukum Milik Negara.

6. Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Kepala Administrasi Kepegawaian Negara, No. 53649?MPK/1988, No.15/SE/1988. (Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2005 : 5).

III. PENGERTIAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN

Perpustakaan sebagai lembaga pendidikan dan lembaga informasi akan memiliki kinerja yang baik apabila ditunjang dengan manajemen yang memadai.


(7)

Dengan adanya manajemen, seluruh aktivitas lembaga akan mengarah pada upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sehingga seluruh elemen dalam suatu lembaga tersebut akan berusaha memfungsikan diri sesuai ketentuan lembaga/perpustakaan. Keterampilan manajemen dibutuhkan ketika berurusan dengan semua kegiatan terorganisasi dalam semua jenis organisasi.

a. Pengertian manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. (wikipedia).

Pengertian manajemen perpustakaan menurut Sutarno adalah pengelolaan perpustakaan yang didasarkan kepada teori dan prinsip manajemen. (Sutarno NS, 2006 : 20). Manajemen perpustakaan tidak semata-mata berdasarkan teoritis, tetapi yang terpenting adalah bagaimana mengimplementasikan teori tersebut di dalam praktik operasional.

b. Peran Manajemen

Fungsi manajemen diperankan dalam berbagai peran manajemen. Mintzberg telah mempelajari berbagai peran menajerial dan mengidentifikasi sepuluh peran interaktif yang dilakukan oleh manajer. Kesepuluh peran tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu: interpersonal, informational, and decisional.


(8)

PERAN MANAJEMEN PADA PERPUSTAKAAN DAN PUSAT INFORMASI

PERAN DESKRIPSI KEGIATAN

TERIDENTIFIKASI DALAM PERPUSTAKAAN DAN

PUSAT INFORMASI Interpersonal

Figurehead

Kepala simbolis; keharusan melakukan sejumlah tugas rutin yang bersifat social

Kehadiran pada upacara perpisahan seorang staf

Leader Bertanggungjawab terhadap

pemotivasian dan penggiatan bawahannya; bertanggungjawab terhadap susunan kepegawaian, pelatihan dan tugas-tugas terkait.

Diskusi dengan individu atau kelompo berkaitan dengan karir, pelatihan dan pengembangan profesi

Liaison Memelihara jaringan yang

dikembangkan sendiri dengan kontak luar dan pemberi informasi uang memberikan bantuan dan informasi

Bertugas seperti pembawa surat dalam suatu asosiasi professional dan menghadiri pertemuan dimana isu professional dibicarakan Informational

monitor

Mencari dan menerima berbagai informasi khusus (mutakhir)

untuk mengembangkan pemahaman tentang organisasi

dan lingkungannya; tampil sebagai pusat saraf informasi internal dan eksternal

Percakapan telepon dengan pejabat pemerintah, makan siang, bertemu dengan pemasok buku

Decisional Enterpreneur

Mengamati organisasi dan

lingkungannya dan memprakarsai ‘proyek perbaikan’ untuk membawa

perubahan; dan menyelia rancangan proyek tertentu

Memprakarsai pelayanan baru, mengimplementasikan survey pengguna fasilitas dan pelayanan perpustakaan

Disturbance Handler

Bertanggungjawab terhadap tindakan pengalokasian semua jenis sumberdaya organisasi

Mengalokasikan anggaran, personil, peralatan, waktu personil

ke berbagai bagian

Negotiator Bertanggungjawab terhadap

penyajian organisasi pada negoisasi utama

Tawar-menawar dengan pihak lain untuk memperoleh tambahan dana (Siregar, 2004 : 144)


(9)

IV. FUNGSI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN

Secara tradisional, menurut Lasa HS, tugas-tugas manajemen perpustakaan mencakup lima fungsi dasar yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengganggaran, kepemimpinan, pengawasan dan penilaian

1). PERENCANAAN

Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. (Sutarno NS, 2006 : 135).

Perpustakaan sebagai lembaga yang selalu berkembang memerlukan perencanaan dalam pengelolaan meliputi bahan informasi, sumber daya manusia dana, gedung/ruang, sistem, dan perlengkapan (Lasa, 2005 : 57). Tanpa adanya perencanaan yang memadai, maka tidak jelas tujuan yang akan dicapai, tumpang tindihnya pelaksanaan, dan lambannya perkembangan. Langkah awal proses perencanaan perpustakaan antara lain penetapan visi dan misi perpustakaan. Disamping itu perlu perhatian terhadap faktor internal dan eksternal

Dapat dikatakan bahwa perencanaan merupakan aktivitas yang menyangkut pembuatan keputusan tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana cara melaksanakan, kapan pelaksanaannya, dan siapa yang bertanggungjawab atas pelaksanaannya. Dengan demikian, perencanaan merupakan langkah yang mendasari dan mendahului fungsi-fungsi manajemen yang lain.

a. Pengembangan perencanaan

Agar dalam pengembangan perencanaan dapat dicapai tujuan yang baik, perencanaan perlu mempertimbangkan sumber daya manusia, bahan informasi, dana, gedung/ruang, sistem, dan peralatan dengan tetap memperhatikan manajemen dan keahlian. (Lasa HS, 2005 : 62).

1. Sumber Daya Manusia

Karyawan atau staf perpustakaan (Sumber Daya Manusia) merupakan komponen yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan layanan perpustakaan, oleh karena itu staf perpustakaan harus memadai dari segi jumlah dan mutu untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dan program yang dikembangkan di perpustakaan.

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman menyebutkan bahwa: perpustakaan memiliki sejumlah karyawan yang mengelola perpustakaan yang terdiri dari tiga golongan yaitu:


(10)

a. Pustakawan dengan pendidikan kesarjanaan dalam ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau sarjana bidang lain yang memiliki kompetensi teknis perpustakaan, dan asisten pustakawan dengan pendidikan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi tingkat diploma atau yang sederajat. b. Tenaga fungsional lain dengan pendidikan keahlian tingkat perguruan tinggi

termasuk pranata komputer, ahli arsip dan ahli teknologi informasi.

c. Tenaga administrasi perpustakaan, adakalanya perpustakaan merekrut sarjana berbagai bidang ilmu sebagai tenaga ahli subjek untuk ditempatkan di bagian layanan rujukan atau bagian pengolahan bahan perpustakaan. (Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2005 : 13).

Sumber daya manusia ini juga perlu ditingkatkan terus, misalnya dengan pendidikan, pelatihan, magang, kursus dan lainnya. Peningkatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepuasan karyawan (pustakawan, tenaga fungsional, tenaga administrasi), meningkatkan kinerja, mengatasi kekurangan dan meningkatkan kualitas kerja. (Bryson, 1990 : 99 dalam Lasa HS, 2005 :63).

Perpustakaan sebagai suatu organisasi tidak terlepas dari masalah yang sama dalam meningkatkan kinerjanya, yakni masalah perlunya kompetensi dan profesionalisme dikalangan pustakawannya. Dalam menyikapi semakin tingginya tuntutan pengguna agar perpustakaan meningkatkan mutu layanannya, maka kompetensi dan profesionalisme pustakawan harus terus menerus ditingkatkan dan disesuaikan dengan tuntutan pengguna. Oleh karena itu staf perpustakaan merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dan berperan, Mereka dapat mengatur alokasi sumber daya bagi perkembangannya, mampu menyajikan pelayanan kepada pengguna sepuas mungkin, mampu memenuhi seluruh sarana-prasarana dan perlengkapan yang diperlukan, dan merekalah sebagai penentu yang dapat mengantisipasi berbagai gambaran dan imajinasi untuk perkembangan perpustakaan yang akan dicapai di masa mendatang. Secara ringkas dapat didinyatakan bahwa dalam suatu perpustakaan, sumber daya manusia merupakan titik sentral dari penyelenggara seluruh fungsi-fungsi manajerial.

2. Bahan informasi

Bahan informasi termasuk dalam jenis-jenis koleksi yang akan disediakan oleh perpustakaan. Koleksi perpustakaan harus lengkap dalam arti beragam subjeknya dan


(11)

memadai besarnya agar dapat menunjang tujuan dan program perguruan tinggi di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Ragam jenis koleksi yang selayaknya tersedia di perpustakaan adalah:

1. Dokumen primer

Dokumen primer adalah dokumen yang berisi informasi informasi mengenai penelitian asli, mengenai aplikasi teori baru maupun penjelasan mengenai sebuah teori dalam semua disiplin ilmu. (Sulistyo, 2004 : 28)

Yang termasuk dalam dokumen primer adalah majalah ilmiah, laporan penelitian, paten, disertasi, prosiding, pracetak (preprint), kartu informasi, terbitan produsen, katalog teknik, standar, perundang-undangan, dokumen primer internal.

2. Dokumen sekunder

Dokumen sekunder ialah dokumen yang memuat informasi tentang dokumen primer. Dengan kata lain dokumen sekunder adalah dokumen rujukan yang berisi informasi mengenai dokumen primer ataupun dokumen berupa bibliografi mengenai dokumen primer. (Sulistyo, 2004 : 39).

Yang termasuk dalam dokumen sekunder adalah ensiklopedia, kamus, buku panduan, tinjauan kemajuan (review of progress), bibliografi, majalah indeks, majalah abstrak.

3. Dokumen tersier

Dokumen tersier adalah dokumen yang berisi informasi mengenai dokumen sekunder. (Sulistyo, 2004 : 61).

Yang termasuk dokumen tersier ialah katalog pusat dokumentasi, buku ajar, direktori, bibliografi dari bibliografi, dokumen elektronik.

Perpustakaan sebagai sumber belajar tidak hanya menghimpun buku, jurnal, dan sejenisnya yang tercetak, tetapi juga menghimpun koleksi pandang dengar seperti film, slaid, kaset video, kaset audio, pustaka renik, serta koleksi media elektronika seperti disket, compact disc, dan online database/basis data akses maya.

Dalam perpustakaan perguruan tinggi besarnya koleksi ditentukan oleh berbagai faktor antara lain jumlah program studi, jumlah mata kuliah, tingkat pendidikan, kegiatan penelitian dan banyaknya buku ajar per mata kuliah. Selain itu jumlah dosen dan mahasiswa juga harus dipertimbangkan untuk menghitung jumlah eksemplar setiap judul. Perpustakaan perguruan tinggi wajib menyediakan 80% dari


(12)

bahan bacaan wajib mata kuliah yang ditawarkan di perguruan tinggi. Masing-masing judul bahan bacaan tersebut disediakan 3 eksemplar untuk tiap 100 mahasiswa, dimana 1 eksemplar untuk penjaman jangka pendek dan 2 eksemplar lainnya untuk pinjaman jangka panjang.

3. Dana

Sebagai suatu organisasi, perpustakaan juga memerlukan dana. Jumlah dana yang memadai harus disediakan agar perpustakaan mampu menunjang tridarma perguruan tinggi. Tugas perpustakaan adalah menyusun rencana anggaran setiap tahun, yang merinci keperluan dana selama tahun anggaran bersangkutan. Penghematan dana pun dapat dilakukan dengan cara membangun satu perpustakaan dalam satu kampus sehingga duplikasi koleksi dapat dihindari dan titik layanan dapat dikurangi. Hal ini berarti efisiensi terhadap sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Penghematan dapat pula dilakukan dengan cara melaksanakan kerjasama antar perpustakaan dalam bidang pengembangan koleksi dan layanan yang akan mengurangi duplikasi pengadaan bahan pustaka di perpustakaan yang menjadi anggota jaringan kerjasama. Kerjasama dapat pula dilakukan dalam hal pengolahan bahan perpustakaan, seperti pembuatan katalog oleh penyalur buku atau pihak lain di luar perpustakaan.

4. Gedung/ruang

Pembangunan perpustakaan perguruan tinggi harus berpedoman pada pola induk (master plan) kampus, dalam arti relatif, lokasinya mudah dicapai dari hampir semua bagian kampus. Kenyamanan dan aspek perilaku pengguna harus diperhatikan dan menjadi dasar pertimbangan utama dalam merencanakan gedung perpustakaan. Disamping itu pada waktu membangun gedung perpustakaan, perlu juga direncanakan sistem informasi manajemen perpustakaan, baik yang berbasis manual maupun terotomasi. Setiap perguruan tinggi sebaiknya memperhatikan aspek pemusatan perpustakaan dan lokasi gedung perpustakaan sangat dianjurkan untuk berada dalam satu kompleks kampus. Beberapa unsur harus diperhatikan dalam merencanakan bangunan dan ruang-ruang perpustakan perguruan tinggi agar berfungsi dengan baik adalah alokasi luas lantai, pembagian ruang menurut fungsi, tata ruang, struktur, dan utilitas, ergonomic ruangan pengamanan ruang-ruang perpustakaan serta


(13)

rambu-rambu. Disamping itu, dalam menghitung luas lantai perlu diperhatikan rencana pperkembangan perpustakaan untuk 10 tahun mendatang.

5. Sistem

Sebagai suatu sistem pengelolaan informasi, perpustakaan memiliki beberapa sistem kegiatan untuk menunjang visi, misi dan tujuan perpustakaan. Sistem ini berupa serangkaian pedoman atau prosedur kerja yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan kegiatan tertentu. Kegiatan ini dapat berupa pengadaan bahan informasi, pencatatan, katalogisasi, klasifikasi dan pelayanan informasi. Untuk mendukung kegiatan ini agar proses kerja dapat dilakukan dengan cepat dan tepat maka perpustakaan dapat mengadopsi teknologi seperti computer untuk membantu tugas pustakawan. Program untuk database atau untuk layanan, katalogisasi dan kegiatan administrasi lainnya dapat dirancang oleh ahli yang berhubungan dengan teknologi, atau dengan mengadopsi software gratis dari UNESCO yaitu CDS/ISIS. Banyak software perpustakaan diperoh dari internet. Dan hal ini bisa menjadi pertimbangan bagi pengambil kebijakan di perpustakaan.

a. Pengadaan bahan informasi 1. Pengadaan

Pengadaan atau akuisisi koleksi bahan pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-sumber informasi. Sebelum proses pengadaan bahan pustaka dilakukan harus disesuaikan dengan jenis perpustakaan.

Dalam buku Manajemen Perpustakaan disebutkan ada beberapa hal-hal pokok

yang harus ditetapkan dengan koleksi adalah 1. Menyusun rencana operasional pengadaan bahan pustaka meliputi:

a. Perumusan kebijakan tentang koleksi, mencakup pedoman, peraturan, penekanan (stressing), penyediaan anggaran.

b. Mempelajari peta dan kondisi masyarakat pemakai

c. Presentasi bidang-bidang pengetahuan bahan pustaka yang akan diadakan d. Seleksi, dengan berpedoman kepada atau bersumber pada kataog terbitan

brosur dan selebaran, bibliografi, daftar tambahan (accession list), permintan pemakai, perkembangan penerbitan, perkembangan informasi, dan lain-lain.


(14)

2. Menghimpun alat seleksi bahan pustaka

Kegiatan ini adalah mengumpulkan semua sumber informasi literatur yang akan dipergunakan dalam proses penyeleksian dan penentuan bahan pustaka. Sumber-sumber informasi ini seperti: katalog penerbit, bibliografi, bulletin, abstrak, brosur terbitan baru, dan lain-lain.

3. survai minat pemakai

Kegiatan ini pada dasarnya adalah membuat instrument, mengumpulkan, mengolah dan menganalis data serta membuat laporan hasil survai untuk mengetahui bidang atau subjek yang diminati pemakai, jenis pustaka yang diperlukan, termasuk jenis layanan yang dikehendakinya.

4. Survai bahan pustaka

Kegiatan mengamati langsung keberadaan bahan pustaka di penerbit, toko buku, pameran dan perpustakaan lainnya.

5. Membuat dan menyusun desiderata

Kegiatan ini adalah membuat deskripsi bahan pustaka dalam bentuk kartu atau daftar dan disusun menurut aturan tertentu untuk digunakan sebagai bahan seleksi bahan pustaka untuk pengadaan.

6. Menyeleksi bahan pustaka

Dengan menggunakan daftar desiderata, laporan hasil survai minat pemakai dan laporan hasil survai maka diadakanlah penyeleksian bahan pustaka yang akan diadakan oleh perpustakaan untuk satu periode tahun anggaran atau pengadaan secara insidentil untuk terbitan yang sedang “in” manakala tersedia anggaran, sehingga dapat segera disajikan kepada pengunjung sesegera mungkin.

Menurut Sulistyo-Basuki, metode pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu:

1. Pembelian

Pemesanan langsung dapat dilakukan pada penerbit ataupun pada toko buku

2. Pertukaran

Pustaka tertentu tidak dapat di beli di toko buku, hanya dapat diperoleh melalui pertukaran ataupun hadiah.

3. Hadiah

Perpustakaan dapat menerima pustaka sebagai hadiah. Hadiah hanya diterima bila memenuhi peryaratan yang ditetapkan oleh perpustakaan


(15)

manakala perpustakaan telah meneliti dengan seksama subjek koleksi hadiah tersebut dikaitkan dengan tujuan perpustakaan.

4. Keanggotaan organisasi

Kadang-kadang perpustakaan ataupun badan induk perpustakaan menjadi anggota sebuah perhimpunan atau organisasi. Biasanya, anggota perhimpunan atau organisasi tersebut memperoleh terbitan perhimpunan atau organisasi secara cuma-cuma. Bila tidak cuma-cuma, terbitan organisasi dapat diperoleh oleh anggota dengan harga sangat murah. Sulistyo-Basuki (1993 : 222)

Pengadaan koleksi tidak terlepas dari kebijakan setiap institusi yang menjadi induk perpustakaan (bila perpustakaan merupakan unsur penunjang suatu organisasi). Kebijakan anggaran dan kebijakan pengadaan merupakan landasan utama kegiatan pengadaan koleksi antara lain seleksi. Seleksi dilakukan atas usulan-usulan yang diterima oleh pihak media-media tertentu, baik itu manual ataupun teautomasi atau bahkan online.

b. Pencatatan

Bahan pustaka yang telah dipesan dan diterima, akan dicatat ke buku inventarisasi atau data-data buku dimasukkan ke sistem database. Pada bagian pencatatan ini buku akan diberi nomor induk. Buku-buku yang selesai di catat, kemudian diberi cap stempel milik perpustakaan. Akhirnya, buku-buku tersebut dikirim ke bagian pengolahan.

c. Katalogisasi

Perpustakaan seharusnya mampu menjamin bahwa setiap koleksi atau data apapun harus mudah diakses oleh semua pengguna yang memerlukannya. Agar mudah ditemukan kembali maka bahan pustaka harus dilah terlebih dahulu. Katalogisasi adalah proses pengolahan data-data bibliografi yang terdapat dalam suatu bahan pustaka menjadi katalaog (Qalyubi, 2007 : 130). Dalam pengertian lain, katalogisasi merupakan proses pengorganisasian bahan pustaka dan membuatnya dapat ditemukan kembali oleh pengguna perpustakaan pada saat ia membutuhkan bahan pustaka. Katalog perpustakaan sebagai hasil proses katalogisasi merupakan suatu rekaman atau daftar bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan atau


(16)

beberapa perpustakaan yang disusun menurut aturan dan sistem tertentu. Ada dua macam kegiatan dalam pembuatan katalog, yaitu katalogisasi deskriptif dan katalogisasi subjek. Katalogisasi desktiptif merupakan salah satu tahap proses katalogisasi yang mendeskripsikan bahan pustaka secara fisik dan menentukan titik temu pendekatan. Sedangkan katalogisasi subjek adalah tahap proses katalogisasi lain, yang dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu penandaan tajuk subjek suatu bahan pustaka secara verbal dan penentuan nomor klasifikasi bahan pustaka secara nonverbal. Pembuatan deskripsi bibliografi untuk bahan pustaka lazimnya berpedoman pada AACR (Anglo American Cataloging Rules) dan International Standard Bibliorgaphic Description (ISBD). Untuk penentuan tajuk subjek dapat berpedoman pada Library of Congress Subject Headings (LCSH), Sear List Subject Headings,, Pedoman Tajuk Subjek Perpustakaan, dll.

Perpustakaan yang akan mengadopsi teknologi untuk pengatalogan bahan pustaka dapat menggunakan alat bantu pengolah bahan pustaka seperti: Format MARC INDONESIA (INDOMARC) atau format Dublin Core.

d. Klasifikasi

Klasifikasi merupakan pengelompokan bahan pustaka berdasarkan subjek. Pedoman yang dapat digunakan dalam mengklasifikasi bahan pustaka adalah Dewey Decimal Classification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC), Daftar perluasan DDC yang dikembangkan khusus di Indonesia. Pada umumnya Indonesia banyak menggunakan pedoman DDC (sistem persepuluhan).

Proses katalogisasi dan klasifikasi untuk mempermudah pengguna menemukan kembali bahan pustaka yang akan ditempatkan ke rak koleksi. Data-data mengenai bahan pustaka atau identitas bahan pustaka tersebut dimasukkan ke sistem database, sehingga pengguna dapat mengakses melalui catalog online dengan bantuan komputer (OPAC = Online Public Access Catalog). Sebelum bahan pustaka ditempatkan ke rak, pemberian perlengkapan fisik buku juga dilakukan seperti pemberian slip tanggal kembali, barcode, call number pada punggung buku.

e. Perawatan

Perpustakaan adalah tempat berkumpulnya sumber informasi terekam yang disusun sedemikian rupa, sehingga dapat dimanfaatkan secara berulang-ulang bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Yusup mengatakan karena


(17)

unsur pemanfaatannya dilakukan secara berulang dan terus-menerus, segi-segi keawetan dam pemerataannya sangat diperhatikan oleh perpustakaan. Oleh karena itu disini berlaku fungsi pelestari informasi dari perpustakaan, yang kemudian berkembang menjadi fungsi untuk melestarikan hasil budaya bangsa. (Yusup, 1995 : 15).

Seperti yang dikatakan Yusup, bahwa perpustakaan memiliki fungsi untuk melestarikan koleksi sebaik-baiknya, diharapkan koleksi tersebut awet dan terhindar dari kerusakan, sehingga dapat dipergunakan oleh seluruh pengguna baik generasi sekarang maupun generasi selanjutnya.

Namun sebelumnya perlu diketahui apa tujuan dari pelestarian bahan pustaka: 1. menyelamatkan nilai informasi dokumen,

2. menyelamatkan fisik dokumen,

3. mengatasi kendala kekurangan ruangan,

4. mempercepat perolehan informasi: dokumen yang tersimpan dalam CD (Compact Disc) sangat mudah untuk diakses, baik dari jarak dekat maupun jarak jauh. Sehingga pemakaian dokumen atau bahan pustaka menjadi lebih optimal. (Martoatmodjo, 1993 : 5).

Tujuan dari perawatan ini agar setiap bahan pustaka selalu terpelihara atau terawat sehingga usianya menjadi panjang, daya pakainya lama, dan penempatan di rak selalu teratur dan keadaannya selalu bersih. Staf perpustakaan hendaknya juga dilatih untuk melakukan perawatan bahan pustaka sesuai dengan aturan yang benar. Diantaranya bagaimana cara yang baik menempatkan buku di rak, cara mengambil buku yang benar dan lain-lain. Staf perpustakaan hendaknya juga tanggap terhadap hal-hal yang merusak bahan pustaka, hingga sedikit banyak akan memperkecil kerusakan fisik bahan pustaka.

f. Pelayanan informasi

Menurut Martoatmojo, layanan pembaca terbagi atas: 1. Layanan pada berbagai jenis perpustakaan

2. Layanan ruang baca

3. Layanan sirkulasi bahan pustaka 4. Layanan rujukan

5. Layanan abstrak dan indeks 6. Layanan multi media


(18)

7. Layanan informasi mutakhir 8. Layanan fotokopi

9. Layanan literatur

(Martoatmojo, 1993 : 3).

Selain layanan yang telah disebutkan di atas, masih ada berbagai layanan yang disediakan oleh perpustakaan, layanan perpustakaan juga tergantung dari jenis perpustakaannya dan siapa yang dilayani ataupun pengguna perpustakaan itu sendiri.

Menurut Sutarno, tugas-tugas layanan perpustakaan merupakan kelanjutan kegiatan pengadaan, dan pengolahan, yakni setelah koleksi bahan pustaka selesai diolah (diproses). Ketika kita membahas tentang layanan perpustakaan, ada beberapa pertanyaan yang harus diperhatikan antara lain:

(a). Siapa yang melayani?

Pekerjaan melayani pengunjung dan pemakai dilakukan oleh staf layanan perpustakaan. Agar staf bagian layanan tersebut dapat melakukan pekerjaannya dengan baik, maka mereka harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Persiapan itu antara lain meliputi penampilan fisik dan mental seperti kemampuan, wawasan dan keterampilan teknis admnistratif dan operasional, menguasai teknis berkomunikasi serta kepribadian seperti ramah, luwes, dan menarik.

(b). Apa yang dilayankan?

Sebagai salah satu pusat jasa infomasi, maka yang dilaksanakan di perpustakaan adalah melayani kebutuhan pemakai. Yakni kebutuhan informasi, yang dilengkapi dengan fasilitas membaca, belajar, meneliti, berekreasi, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Informasi tersebut dikemas dalam berbagai jenis dan bentuk bahan pustaka seperti buku, monograf, majalah, Koran, film, kaset, compact disk, dan lain sebagainya.

(c). Siapa yang dilayani?

Pemakai yang menjadi objek layanan adalah masyarakat pemakai perpustakaan. Adapun kelompok pemakai tersebut, adalah yang sesuai dengan tugas dan fungsi perpustakaan yang bersangkutan. Kecuali perpustakaan umum yang memang harus melayani pemakai dari semua lapisan masyarakat.


(19)

Oleh karena layanan perpustakaan untuk memenuhi keinginan masyarakat, maka kapan waktu yang cocok adalah yang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, dan disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya.

(e) Mengapa perlu dilaksanakan layanan?

Layanan dibuka dalam rangka memenuhi kebutuhan pemakai. Sementara itu informasi yang tersusun diperpustakaan tidak ada artinya tanpa ada yang menggunakannya. Jasa layanan perpustakaan memang sangat perlu untuk dilakukan dalam rangka menyebarluaskan informasi, meningkatkan kegemaran dan kebiasaan membaca masyarakat serta ikut menunjang program membangun masyarakat informasi atau mencerdaskan kehidupan masyarakat.

(f). Bagaimana pelaksanaannya?

Kebijakan dalam sistem layanan itu misalnya (1) terbuka atau tertutup. (2) dengan kartu anggota atau tidak, (3) untuk umum atau terbatas bagi orang-orang tertentu saja, (4) boleh meminjam ke luar perpustakaan atau hanya dibaca di tempat, (5) harus membayar atau cuma-cuma, sarana dan perlengkapan yang diperlukan, dan lain sebagainya.(Sutarno, 2006:190-195)

KEMAMPUAN STAF DALAM LAYANAN PERPUSTAKAAN

Agar dapat memberikan layanan yang baik sesuai dengan fungsinya perpustakaan memerlukan staf yang memadai baik dari jumlah dan kualitas yang harus dimilikinya. Jumlah dan kualitas staf perpustakaan atau mereka yang bekerja di lingkungan perpustakaan sangat tergantung dari jenis perpustakaan serta cakupan tugas yang harus dilaksanakannya.

Seorang staf harus memiliki keterampilan berupa kecepatan, ketepatan dalam pemberian informasi kepada penggunanya. Bila staf telah dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh pengguna maka dia telah berhasil dalam pencarian informasi. Pencarian informasi oleh staf meliputi kecepatan dan ketepatan dalam menemukan kembali informasi.

Oleh karena itu staf atau pustakawan perlu melakukan pendekatan professional yaitu pustakawan harus mengetahui informasi mengenai:

(1). Yang diminta oleh pemakai

(2). Berapa cepat penyediaan informasi (3). Dalam bentuk apa


(20)

(5). Dari sumber mana saja (Sulistyo-Basuki, 1993 : 134)

Sedangkan kompetensi individu yang harus dipenuhi pustakawan meliputi: 1. Memiliki komitmen untuk memberikan layanan yang terbaik

2. Mampu mencari peluang dan melihat kesempatan baru baik di dalam maupun di luar perpustakaan

3. Berpandangan luas

4. Mampu mencari mitra kerja

5. Mampu menciptakan lingkungan kerja yang dihargai dan dipercaya 6. Memiliki keterampilan berkomunikasi yang efektif

7. Dapat bekerjasama secara baik dalam suatu tim kerja 8. Memiliki sifat kepemimpinan

9. Mampu merencanakan, memprioritaskan dan memusatkan pada suatu hal yang kritis

10.Memiliki sifat positif dan fleksibel dalam menghadapi perubahan. (Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2004 : 28).

KUALITAS LAYANAN PERPUSTAKAAN

Berbicara mengenai kualitas layanan, ukurannya bukan hanya ditentukan oleh pihak yang melayani saja tetapi lebih banyak ditentukan oleh pihak yang dilayani, karena merekalah yang menikmati layanan sehingga dapat mengukur kualitas pelayanan berdasarkan harapan-harapan memerka dalam memenuhi kepuasannya.

Sebagai akhir dari kegiatan dari pelayanan pada intinya adalah bagaimana kualitas layanan yang telah dilakukan. Dan bagaimana sikap pengguna dari bahan-bahan koleksi perpustakaan yang telah digunakan. Apakah layanan yang diberikan perpustakaan dapat memberikan kepuasan kepada pengguna. Kepuasan pengguna dewasa ini semakin mendapat prioritas dan merupakan hal yang selalu menjadi perhatian bagi lembaga penyedia jasa seperti perpustakaan. Kepuasan pengguna yang terwujud merupakan efek yang timbul dari para pengguna jasa dengan terpenuhi kebutuhan yang diinginkan, sehingga akan kembali menggunakan produk atau jasa tersebut.

Sesuai dengan sifatnya sebagai usaha layanan, perpustakaan juga dibatasi oleh empat karateristik khusus, antara lain seperti berikut:


(21)

1. Intangibility, yaitu layanan bersifat tidak terwujud sehingga tidak dirasakan. namun, konsumen menemukan tanda yang memastikan bahwa layanan tersebut memiliki kualitas yang baik.

2. Inseparability, yaitu layanan perpustakaan yang diproduksi dan dikonsumsi

pada saat bersamaan sehingga interaksi antara produsen (pegawai perpustakaan) dan konsumen (pemakai perpustakaan) memainkan peran paling penting dalam menghasilkan kualitas layanan yang baik.

3. Variability, yaitu kualitas layanan yang diberikan oleh seseorang berbeda

dengan yang diberikan orang lain. Yang perlu ditekankan adalah membuat sistem pemantauan melalui penyediaan formulir serta kotak saran dan komentar, mengadakan penelitian konsumen secara berkala, dan sebagainya.

4. Perishability, yaitu layanan yang tidak dapat disimpan untuk digunakan

apabila diperlukan. Kadang-kadang tidak dapat dihindari situasi ketika banyak pengunjung, sementara itu pegawai masih sibuk. Dalam kasus seperti ini, layanan seperti hotline sungguh diperlukan. (Qalyubi, 2007 : 215).

Menurut Zeithmal (1990) dalam Arief (2006: 129) dijelaskan sepuluh dimensi kualitas layanan yaitu:

1. Tangibles: Penampilan dari fasilitas fisik, peralatan, personalia, dan sarana komunikasi.

2. Reliability: Kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya

3. Responsiveness: Kesediaan untuk membantu nasabah dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap.

4. Competence: Menguasasi pengetahuan dan kemampuan sesuai yang disyaratkan dalam memberikan pelayanan

5. Courtesy: Kesopanan, rasa hormat, bijaksana, dan bersahabat, sebagai orang yang dihubungi/dikontrak

6. Credibility: Layak dipercaya dan kejujuran dari pemberi layanan 7. Security: Bebas dari segala bahaya, risiko, ataupun, kekecewaan 8. Access: Mudah didekati dan ditemui/dihubungi

9. Communication: Memberi informasi pada nasabah dengan bahasa yang mudah dimengerti dan didengar


(22)

10. Understanding the customer : berusaha untuk mengetahui nasabah dan kebutuhannya.

Dari berbagai pendapat di atas, perpustakaan dalam hal ini pustakawan harus mampu memenuhi kriteria-kriteria agar kualitas layanan di perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan pengguna sehingga pengguna merasa puas dengan layanan perpustakaan. Layanan yang berkualitas tidak akan berhenti begitu saja setelah pengunjung meninggalkan perpustakaan tetapi harus tetap selalu ditingkatkan dan dievaluasi agar pengguna merasa nyaman menggunakan perpustakaan.

6. Peralatan

Perabot dan perlengkapan

Peralatan atau fasilitas perpustakaan adalah perabotan dan peralatan yang harus ada di perpustakaan. Perabotan adalah perlengkapan fisik yang diperlukan didalam ruang perpustakaan sebagai penunjang fungsi perpustakaan. Perabot dan perlengkapan bergerak mencakup barang-barang untuk keperluan umum, ruang kerja, pemberian jasa, serta barang tambahan lainnya. Barang untuk keperluan umum artinya barang yang akan digunakan pengunjung termasuk meja, kursi, rak buku, laci catalog, meja sirkulasi, bangku, sofa, filing cabinet, dan meja pameran. Perabot dan perlengkapan untuk ruang kerja meliputi mesin perkantoran (mesin ketik dan mesin stensil), meja kerja, meja, kursi, rak, lemari, kereta buku, laci pencatatan majalah, laci katalog, telepon, teleks, dan facsimile.Peralatan untuk memberikan jasa pada paemakai mencakup microfilm reader dan printer, kaset dan piringan hitam beserta alatnya, proyektor film, video-tape, mesin cetak, dan perlengkapan fotografis termasuk mesin fotokopi. Perlengkapan tambahan tergantung pada permintaan perpustakaan, misalnya fasilitas telepon dan mesin fotokopi untuk umum. (Sulistyo-Basuki, 1993 : 309).

Keterlibatan pustakawan dan tenaga administrasi sangat menetukan pengadaan fasilitas perpustakaan perguruan tinggi ini, sehingga ketersediaan koleksi perpustakaan menjadi bermakna karena dukungan fasilitas yang dirancang dengan baik.


(23)

2). PENGORGANISASIAN

Fungsi manajemen terpenting yang kedua adalah pengorganisasian, yakni fungsi yang dijalankan oleh semua manajer dari semua tingkatan. Fungsi pengorganisasian sangat menentukan kelancaran jalannya pelaksanaan berupa pewadahan atau pengaturan lebih lanjut mengenai kekuasan, pekerjaan, tanggungjawab dan orang-orang yang harus ditata dan dihubungkan satu sama lain demikian rupa.

Pengorganisasian merupakan penyatuan langkah dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh elemen-elemen dalam suatu lembaga. Penyatuan langkah ini penting agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.

Karena itu perlu adanya status perpustakaan dalam struktur organisasi secara makro dan mikro yang diharapkan akan sangat mempengaruhi kinerja dan penyediaan fasilitas perpustakaan. Untuk lebih meningkatkan peran dan kinerja perpustakaan perguruan tinggi, perlu ditinjau kembali penataan struktur organisasi dan statusnya dalam organisasi induknya. Hal ini disebabkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan bagian integral dari perguruan tinggi yang bersangkutan.

Pembagian tugas, wewenang, kekuasaan dan tanggungjawab dalam organisasi perpustakaan akan tampak jelas apabila disusun suatu bagan formal organisasi. Melalui bagan tersebut akan memperlihatkan fungsi-fungsi, pembagian unit, dan posisi organisasi serta ditunjukkan hubungan antara unit-unit tersebut.

3). PENGANGGARAN

Penganggaran adalah suatu rencana yang membuat penerimaan dan pengeluaran yang sudah dinyatakan dalam jumlah uang (Lasa, 2005 : 290). Salah satu syarat penting dalam penyelenggaraan perpustakaan adalah anggaran yang memadai. Tanpa anggaran yang pasti, perjalanan perpustakaan akan tersendat-sendat. Anggaran erat hubungannya dengan proses perencanaan lembaga, karena seluruh sumber daya dan kegiatan akan memerlukan anggaran untuk mencapai tujuan perpustakaan atau pusat informasi.

Anggaran yang dibutuhkan perpustakaan perguruan tinggi diperoleh dari lembaga induknya. Namun perpustakaan dapat menggali dana sendiri dengan cara berwirausaha. Banyak peluang untuk berwirausaha bagi perpustakaan. Menurut Lasa beberapa usaha yang dapat dijadikan sebagai sumber pemasukan suatu perpustakaan antara lain:


(24)

1. Penyediaan jasa fotokopi dan penjilidan 2. Penyewaan komputer

3. Penyewaan wartel dan warnet 4. Penyediaan kafetaria

5. Penyediaan jasa penelusuran literature 6. Kerjasama dengan penerbit dan percetakan 7. Keanggotaan, denda, kartu baca, dan lainnya. 8. Jasa parkir kendaraan bermotor

9. Jasa terjemahan

10.Penyediaan gedung/ruang temu ilmiah pada saat tertentu dapat menghadirkan tokoh-tokoh terkenal sebagai narasumber (Lasa, 2005 : 295).

Dari orientasi ini akan diperoleh keuntungan, baik material dan immaterial yang dapat meningkatkan citra serta profesi pustakawan.

4). KEPEMIMPINAN

Dalam melaksanakan aktivitas perpustakaan diperlukan kepemimpinan untuk memberikan arah dan menggerakkan elemen-elemen terkait guna mencapai tujuan. Dalam kepemimpinan terjadi proses saling mempengaruhi antara pemimpin dan yang dipimpin. Pemimpin harus mampu menggerakkan anggotanya mencapai tujuan organisasi. Efektivitas kepemimpinan dipengaruhi banyak faktor, antara lain kemampuan memotivasi, mengendalikan situasi, bertanggungjawab, adil, dan percaya diri. Oleh karena itu, tidak semua kepala yang memimpin mampu melaksanakan kepemimpinan dengan efektif dan tidak semua orang yang berpendidikan tinggi mampu memimpin dengan baik.

Siregar menjabarkan tingkatan manajemen di perpustakaan sebagai berikut:  Tingkatan Manajemen

Manajer mempunyai kegiatan dan keterampilan yang berbeda dalam suatu organisasi tergantung pada kedudukannya dalam hirarki. Secara umum manajer terdiri dari: manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer garis pertama. Perlu disadari bahwa biasanya terdapat dua hirarki manajemen perpustakaan yaitu pada perpustakaan itu sendiri dan dalam organisasi induknya Sebagai contoh seorang


(25)

kepala perpustakaan universitas merupakan manajemen puncak di dalam perpustakaan, tetapi merupakan manajemen tingkat menengah di dalam infrastruktur universitas.

1. Manajemen Puncak

Manajemen puncak bertanggungjawab terhadap perencanaan masa depan dan pengamatan lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi perubahan potensial yang mungkin mengancam atau memberikan peluang terhadap organiasasi. Di perpustakaan atau pusat informasi, manajemen puncak merupakan peran interaksi dengan organisasi eksternal dalam tugas lobbying atau politik, dan mempresentasikan perpustakaan kepada masayarakat, kegiatan bisnis, dan negoisasi dengan pemerintah. Manajer pada tingkat ini menghabiskan banyak waktunya dengan sejawat, rekan dari organisasi sejenis dan dengan bawahannya.

Dalam perencanaan masa depan, manajer puncak membuat catatan informasi yang diperoleh dari kontak mereka dari catatan informasi yang diperoleh dalam bentuk laporan dari bawahannya (manajemen tingkat menengah) dalam lingkungan organisasi internal. Dalam pembuatan kebijakan, manajer puncak mengambil sudut pandang holistic, bertanggungjawab pada pemantauan keseluruhan organisasi, dan sebagai bagian dari proses tersebut manajer puncak mengidentifikasi sasaran yang akan dicapai oleh bawahannya.

2. Manajemen Tingkat Menengah

Manajer tingkat menengah menerima strategi menyeluruh dan kebijakan-kebijakan dari manajemen puncak dan menerjemahkannya ke dalam program aksi yang dapat diimplementasikan oleh manajer garis-pertama. Manajer tingkat menengah juga menghabiskan waktu untuk menganalisis datam seperti statistic yang disiapkan oleh manajer garis-pertama, dan meringkaskannya dalam bentuk laporan untuk manajemen puncak, Dalam bertindak sebagai suatu penyangga diantara manajemen puncak dan garis-pertama, manajer tingkat menengah menghabiskan banyak waktunya menggunakan keterampilam komunikasi dalam berbicar melalui telepon, menghadiri rapat dan menyiapkan laporan. Untuk melakukan fungsi koordinasi, manajer tingkat menengah pada perpustakaan atau pusat informasi harus memiliki cabang dan hubungannya dengan bagian atau cabang lainnya.


(26)

3. Manajemen Garis-Pertama

Manajer garis-pertama bertanggungjawab langsung terhadap administrasi sehari-hari dari sumberdaya untuk memenuhi tujuan jangka pendek. Manajer garis-pertama terutama bertindak sebagai penyelia dan bertugas menangani keluhan yang memerlukan keterampilan interpersonal dan teknis yang memadai. Manajer tingkat ini menghabiskan sedikit waktunya dengan menajer puncak atau manajer dari organisasi lain, berurusan terutama dengan dengan bawahan dan pelanggannnya. Di perpustakaan dan pusat informasi manajer garis-pertama memimpin kegiatan rutin sehari-hari. Menghabiskan sebagian besar waktunya dalam pemecahan masalah dan berkomunikasi dengan semua bawahannya. Manajer ini juga bertugas untuk memelihara sandar mutu, dan pada perpustakaan dan pusat informasi kegiatan ini dapat berarti memastikan bahwa permintaan informasi terjawab dengan cepat dan sesegera mungkin, prosedur keterlambatan dilakukan dengan benar, atau bahan pustaka disusun di rak dengan benar. Pemahaman tentang tingkatan manajemen adalah penting untuk memastikan setiap tingkat manajemen melakukan fungsi dan tugasnya dengan tepat. Merupakan kegagalan ekonomis bagi manajemen puncak jika terlibat dalam operasi sehari-hari perpustakaan yang dapat mengorbankan kegiatan perencanaan dimana manajemen garis-pertama tidak dapat diharapkan untuk melakukannya. (Siregar, 2004 : 145-146)

5). PENGAWASAN DAN PENILAIAN

Pengawasan adalah kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan criteria, norma-norma, standar, atau rencana-rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya. (Sutarno NS, 2006 : 155). Selanjutnya Sutarno menjelaskan bahwa pengawasan dapat dilakukan berdasarkan (1) suatu perangkat criteria yang harus ditetapkan sebelumnya guna mengukur pelaksanaan, dan (2) suatu sistem yang dapat membuat kesalahan-kesalahan daan penyimpangan menjadi nampak jelas.

Fungsi pengawasan adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dalam suatu perpustakaan perlu pengawasan agar dapat diperoleh hasil bagaimana yang diharapkan, selain itu untuk memperoleh peningkatan kualitas. Dalam menjalankan fungsi pengawasan, hal yang diperhatikan adalah konsep perencanaan, standar evaluasi, dan sistem pengawasan. Oleh karena


(27)

itu, kesesuaian perencanaan kegiatan, sumber daya manusia, sumber informasi, sistem, anggaran dan sarana prasarana perpustakaan dan realisasi pada waktu tertentu perlu diperhatikan.

Dalam penilaian perpustakaan maka dapat dibuatkan evaluasi kinerja. Evaluasi kinerja merupakan suatu proses umpan balik atas kinerja masa lalu yang berguna untuk meningkatkan produktivitas. Evaluasi adalah pengawasan yang dilakukan dengan mengadakan pengukuran terhadap keseluruhan proses penyelenggaran, terutama setelah semuanya selesai (complete accomplishment). (Sutarno NS, 2006 157). Suatu kegiatan dinilai berhasil atau mengalami kegagalan dapat diukur dengan menghitung perbandingan antara rencan yang ditetapkan dengan hasil riil yang dicapai. Guna mempertanggungjawabkan dana yang telah dialokasikan kepada perpustakaan dan menjamin kualitas layanan perpustakaan harus melakukan evaluasi seluruh kegiatannya. Aspek yang dievaluasi adalah aspek masukan, proses, dan luaran, bahkan dimungkinkan perpustakaan juga mengevaluasi aspek dampak. (Depdiknas, 2005 : 149). Indikator tersebut merupakan alat yang dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan pembinaan perpustakaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

V. PENUTUP

Perpustakaan sebagai penyedia jasa layanan informasi harus didukung oleh kelengkapan informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.

Sesuai dengan fungsinya perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian suatu perguruan tinggi dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyediakan, menyebarluaskan dn melestarikan informasi yang diperlukan oleh pengguna delam kegiatan belajar dan mengajar. Maka sesuai dengan fungsinya, perpustakaan perguruan tinggi dituntut untuk memberikan layanan yang berkualitas jasa tinggi yaitu layanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna.

Untuk itu, perpustakaan perguruan tinggi dituntut mempunyai prinsip-prinsip manajemen dan kebijakan perpustakaan, sehingga dapat membuat perencanaan yang benar-benar matang agar tujuan perpustakaan sesuai dengan yang ditetapkan. Kemampuan manajemen juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan tujuan-tujuan yang berbeda dan mampu dilaksanakan secara efisien dan efektif. Pengetahuan dasar


(28)

dalam mengelola perpustakaan agar berjalan dengan baik adalah ilmu manajemen karena manajemen diperlukan adanya proses perencanaan, pengorganisasian, pengganggaran, pengkoordinasian, kepemimpinan, pengawasan dan pengendalian. Di samping itu manajemen juga dimaksudkan agar mereka yang terlibat dalam suatu perpustakaan melakukan tugas dan pekerjaan yang benar dengan cara yang benar.

Dengan adanya kebijakan dan manajemen yang baik dalam perpustakaan, diharapkan perpustakaan perguruan tinggi mampu memberikan layanan prima kepada pengguna.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Muhtosim. 2006. Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan: Bagaimana Mengelola Kualitas Pelayanan agar Memuaskan Pelanggan. Malang: Bayumedia.

Lasa HS. 2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta : Gama Media.

Martoatmojo, Karmidi. 1993. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta : Depdikbud. Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman. 2005. Jakarta : Depdiknas RI.

Qalyubi, Syiabuddin, dkk. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan Dan Informasi. 2007. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga.

Siregar, A. Ridwan. 2004. Perpustakaan Energi Pembangunan Bangsa. Medan : USU Press.

Sulistyo-Basuki. 2004. Pengantar Dokumentasi. Bandung : Rekayasa Sains.

……… 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.

………. 1994. Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sutarno NS. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Edisi revisi. Jakarta : Sagung Seto.

………….. 2006. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto.

Yusup. Pawit. 1995. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Bandung : Remadja Rosdakarya.


(1)

1. Penyediaan jasa fotokopi dan penjilidan 2. Penyewaan komputer

3. Penyewaan wartel dan warnet 4. Penyediaan kafetaria

5. Penyediaan jasa penelusuran literature 6. Kerjasama dengan penerbit dan percetakan 7. Keanggotaan, denda, kartu baca, dan lainnya. 8. Jasa parkir kendaraan bermotor

9. Jasa terjemahan

10. Penyediaan gedung/ruang temu ilmiah pada saat tertentu dapat menghadirkan tokoh-tokoh terkenal sebagai narasumber (Lasa, 2005 : 295).

Dari orientasi ini akan diperoleh keuntungan, baik material dan immaterial yang dapat meningkatkan citra serta profesi pustakawan.

4). KEPEMIMPINAN

Dalam melaksanakan aktivitas perpustakaan diperlukan kepemimpinan untuk memberikan arah dan menggerakkan elemen-elemen terkait guna mencapai tujuan. Dalam kepemimpinan terjadi proses saling mempengaruhi antara pemimpin dan yang dipimpin. Pemimpin harus mampu menggerakkan anggotanya mencapai tujuan organisasi. Efektivitas kepemimpinan dipengaruhi banyak faktor, antara lain kemampuan memotivasi, mengendalikan situasi, bertanggungjawab, adil, dan percaya diri. Oleh karena itu, tidak semua kepala yang memimpin mampu melaksanakan kepemimpinan dengan efektif dan tidak semua orang yang berpendidikan tinggi mampu memimpin dengan baik.

Siregar menjabarkan tingkatan manajemen di perpustakaan sebagai berikut:  Tingkatan Manajemen

Manajer mempunyai kegiatan dan keterampilan yang berbeda dalam suatu organisasi tergantung pada kedudukannya dalam hirarki. Secara umum manajer terdiri dari: manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer garis pertama. Perlu disadari bahwa biasanya terdapat dua hirarki manajemen perpustakaan yaitu pada perpustakaan itu sendiri dan dalam organisasi induknya Sebagai contoh seorang


(2)

kepala perpustakaan universitas merupakan manajemen puncak di dalam perpustakaan, tetapi merupakan manajemen tingkat menengah di dalam infrastruktur universitas.

1. Manajemen Puncak

Manajemen puncak bertanggungjawab terhadap perencanaan masa depan dan pengamatan lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi perubahan potensial yang mungkin mengancam atau memberikan peluang terhadap organiasasi. Di perpustakaan atau pusat informasi, manajemen puncak merupakan peran interaksi dengan organisasi eksternal dalam tugas lobbying atau politik, dan mempresentasikan perpustakaan kepada masayarakat, kegiatan bisnis, dan negoisasi dengan pemerintah. Manajer pada tingkat ini menghabiskan banyak waktunya dengan sejawat, rekan dari organisasi sejenis dan dengan bawahannya.

Dalam perencanaan masa depan, manajer puncak membuat catatan informasi yang diperoleh dari kontak mereka dari catatan informasi yang diperoleh dalam bentuk laporan dari bawahannya (manajemen tingkat menengah) dalam lingkungan organisasi internal. Dalam pembuatan kebijakan, manajer puncak mengambil sudut pandang holistic, bertanggungjawab pada pemantauan keseluruhan organisasi, dan sebagai bagian dari proses tersebut manajer puncak mengidentifikasi sasaran yang akan dicapai oleh bawahannya.

2. Manajemen Tingkat Menengah

Manajer tingkat menengah menerima strategi menyeluruh dan kebijakan-kebijakan dari manajemen puncak dan menerjemahkannya ke dalam program aksi yang dapat diimplementasikan oleh manajer garis-pertama. Manajer tingkat menengah juga menghabiskan waktu untuk menganalisis datam seperti statistic yang disiapkan oleh manajer garis-pertama, dan meringkaskannya dalam bentuk laporan untuk manajemen puncak, Dalam bertindak sebagai suatu penyangga diantara manajemen puncak dan garis-pertama, manajer tingkat menengah menghabiskan banyak waktunya menggunakan keterampilam komunikasi dalam berbicar melalui telepon, menghadiri rapat dan menyiapkan laporan. Untuk melakukan fungsi koordinasi, manajer tingkat menengah pada perpustakaan atau pusat informasi harus memiliki cabang dan hubungannya dengan bagian atau cabang lainnya.


(3)

3. Manajemen Garis-Pertama

Manajer garis-pertama bertanggungjawab langsung terhadap administrasi sehari-hari dari sumberdaya untuk memenuhi tujuan jangka pendek. Manajer garis-pertama terutama bertindak sebagai penyelia dan bertugas menangani keluhan yang memerlukan keterampilan interpersonal dan teknis yang memadai. Manajer tingkat ini menghabiskan sedikit waktunya dengan menajer puncak atau manajer dari organisasi lain, berurusan terutama dengan dengan bawahan dan pelanggannnya. Di perpustakaan dan pusat informasi manajer garis-pertama memimpin kegiatan rutin sehari-hari. Menghabiskan sebagian besar waktunya dalam pemecahan masalah dan berkomunikasi dengan semua bawahannya. Manajer ini juga bertugas untuk memelihara sandar mutu, dan pada perpustakaan dan pusat informasi kegiatan ini dapat berarti memastikan bahwa permintaan informasi terjawab dengan cepat dan sesegera mungkin, prosedur keterlambatan dilakukan dengan benar, atau bahan pustaka disusun di rak dengan benar. Pemahaman tentang tingkatan manajemen adalah penting untuk memastikan setiap tingkat manajemen melakukan fungsi dan tugasnya dengan tepat. Merupakan kegagalan ekonomis bagi manajemen puncak jika terlibat dalam operasi sehari-hari perpustakaan yang dapat mengorbankan kegiatan perencanaan dimana manajemen garis-pertama tidak dapat diharapkan untuk melakukannya. (Siregar, 2004 : 145-146)

5). PENGAWASAN DAN PENILAIAN

Pengawasan adalah kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan criteria, norma-norma, standar, atau rencana-rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya. (Sutarno NS, 2006 : 155). Selanjutnya Sutarno menjelaskan bahwa pengawasan dapat dilakukan berdasarkan (1) suatu perangkat criteria yang harus ditetapkan sebelumnya guna mengukur pelaksanaan, dan (2) suatu sistem yang dapat membuat kesalahan-kesalahan daan penyimpangan menjadi nampak jelas.

Fungsi pengawasan adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dalam suatu perpustakaan perlu pengawasan agar dapat diperoleh hasil bagaimana yang diharapkan, selain itu untuk memperoleh peningkatan kualitas. Dalam menjalankan fungsi pengawasan, hal yang diperhatikan


(4)

itu, kesesuaian perencanaan kegiatan, sumber daya manusia, sumber informasi, sistem, anggaran dan sarana prasarana perpustakaan dan realisasi pada waktu tertentu perlu diperhatikan.

Dalam penilaian perpustakaan maka dapat dibuatkan evaluasi kinerja. Evaluasi kinerja merupakan suatu proses umpan balik atas kinerja masa lalu yang berguna untuk meningkatkan produktivitas. Evaluasi adalah pengawasan yang dilakukan dengan mengadakan pengukuran terhadap keseluruhan proses penyelenggaran, terutama setelah semuanya selesai (complete accomplishment). (Sutarno NS, 2006 157). Suatu kegiatan dinilai berhasil atau mengalami kegagalan dapat diukur dengan menghitung perbandingan antara rencan yang ditetapkan dengan hasil riil yang dicapai. Guna mempertanggungjawabkan dana yang telah dialokasikan kepada perpustakaan dan menjamin kualitas layanan perpustakaan harus melakukan evaluasi seluruh kegiatannya. Aspek yang dievaluasi adalah aspek masukan, proses, dan luaran, bahkan dimungkinkan perpustakaan juga mengevaluasi aspek dampak. (Depdiknas, 2005 : 149). Indikator tersebut merupakan alat yang dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan pembinaan perpustakaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

V. PENUTUP

Perpustakaan sebagai penyedia jasa layanan informasi harus didukung oleh kelengkapan informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.

Sesuai dengan fungsinya perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian suatu perguruan tinggi dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyediakan, menyebarluaskan dn melestarikan informasi yang diperlukan oleh pengguna delam kegiatan belajar dan mengajar. Maka sesuai dengan fungsinya, perpustakaan perguruan tinggi dituntut untuk memberikan layanan yang berkualitas jasa tinggi yaitu layanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna.

Untuk itu, perpustakaan perguruan tinggi dituntut mempunyai prinsip-prinsip manajemen dan kebijakan perpustakaan, sehingga dapat membuat perencanaan yang benar-benar matang agar tujuan perpustakaan sesuai dengan yang ditetapkan. Kemampuan manajemen juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan tujuan-tujuan yang berbeda dan mampu dilaksanakan secara efisien dan efektif. Pengetahuan dasar


(5)

dalam mengelola perpustakaan agar berjalan dengan baik adalah ilmu manajemen karena manajemen diperlukan adanya proses perencanaan, pengorganisasian, pengganggaran, pengkoordinasian, kepemimpinan, pengawasan dan pengendalian. Di samping itu manajemen juga dimaksudkan agar mereka yang terlibat dalam suatu perpustakaan melakukan tugas dan pekerjaan yang benar dengan cara yang benar.

Dengan adanya kebijakan dan manajemen yang baik dalam perpustakaan, diharapkan perpustakaan perguruan tinggi mampu memberikan layanan prima kepada pengguna.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Muhtosim. 2006. Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan: Bagaimana Mengelola Kualitas Pelayanan agar Memuaskan Pelanggan. Malang: Bayumedia.

Lasa HS. 2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta : Gama Media.

Martoatmojo, Karmidi. 1993. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta : Depdikbud.

Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman. 2005. Jakarta : Depdiknas RI.

Qalyubi, Syiabuddin, dkk. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan Dan Informasi. 2007. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga.

Siregar, A. Ridwan. 2004. Perpustakaan Energi Pembangunan Bangsa. Medan : USU Press.

Sulistyo-Basuki. 2004. Pengantar Dokumentasi. Bandung : Rekayasa Sains.

……… 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.

………. 1994. Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sutarno NS. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Edisi revisi. Jakarta : Sagung Seto.

………….. 2006. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto.

Yusup. Pawit. 1995. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Bandung : Remadja Rosdakarya.