beberapa perpustakaan yang disusun menurut aturan dan sistem tertentu. Ada dua macam kegiatan dalam pembuatan katalog, yaitu katalogisasi deskriptif dan
katalogisasi subjek. Katalogisasi desktiptif merupakan salah satu tahap proses katalogisasi yang mendeskripsikan bahan pustaka secara fisik dan menentukan titik
temu pendekatan. Sedangkan katalogisasi subjek adalah tahap proses katalogisasi lain, yang dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu penandaan tajuk subjek suatu bahan
pustaka secara verbal dan penentuan nomor klasifikasi bahan pustaka secara nonverbal. Pembuatan deskripsi bibliografi untuk bahan pustaka lazimnya
berpedoman pada AACR Anglo American Cataloging Rules dan International Standard Bibliorgaphic Description ISBD. Untuk penentuan tajuk subjek dapat
berpedoman pada Library of Congress Subject Headings LCSH, Sear List Subject Headings,, Pedoman Tajuk Subjek Perpustakaan, dll.
Perpustakaan yang akan mengadopsi teknologi untuk pengatalogan bahan pustaka dapat menggunakan alat bantu pengolah bahan pustaka seperti: Format
MARC INDONESIA INDOMARC atau format Dublin Core.
d. Klasifikasi
Klasifikasi merupakan pengelompokan bahan pustaka berdasarkan subjek. Pedoman yang dapat digunakan dalam mengklasifikasi bahan pustaka adalah Dewey
Decimal Classification DDC, Universal Decimal Classification UDC, Daftar perluasan DDC yang dikembangkan khusus di Indonesia. Pada umumnya Indonesia
banyak menggunakan pedoman DDC sistem persepuluhan. Proses katalogisasi dan klasifikasi untuk mempermudah pengguna
menemukan kembali bahan pustaka yang akan ditempatkan ke rak koleksi. Data-data mengenai bahan pustaka atau identitas bahan pustaka tersebut dimasukkan ke sistem
database, sehingga pengguna dapat mengakses melalui catalog online dengan bantuan komputer OPAC = Online Public Access Catalog. Sebelum bahan pustaka
ditempatkan ke rak, pemberian perlengkapan fisik buku juga dilakukan seperti pemberian slip tanggal kembali, barcode, call number pada punggung buku.
e. Perawatan
Perpustakaan adalah tempat berkumpulnya sumber informasi terekam yang disusun sedemikian rupa, sehingga dapat dimanfaatkan secara berulang-ulang bagi
generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Yusup mengatakan karena
Universitas Sumatera Utara
unsur pemanfaatannya dilakukan secara berulang dan terus-menerus, segi-segi keawetan dam pemerataannya sangat diperhatikan oleh perpustakaan. Oleh karena itu
disini berlaku fungsi pelestari informasi dari perpustakaan, yang kemudian berkembang menjadi fungsi untuk melestarikan hasil budaya bangsa. Yusup, 1995 :
15. Seperti yang dikatakan Yusup, bahwa perpustakaan memiliki fungsi untuk
melestarikan koleksi sebaik-baiknya, diharapkan koleksi tersebut awet dan terhindar dari kerusakan, sehingga dapat dipergunakan oleh seluruh pengguna baik generasi
sekarang maupun generasi selanjutnya. Namun sebelumnya perlu diketahui apa tujuan dari pelestarian bahan pustaka:
1. menyelamatkan nilai informasi dokumen,
2. menyelamatkan fisik dokumen,
3. mengatasi kendala kekurangan ruangan,
4. mempercepat perolehan informasi: dokumen yang tersimpan dalam CD
Compact Disc sangat mudah untuk diakses, baik dari jarak dekat maupun jarak jauh. Sehingga pemakaian dokumen atau bahan pustaka menjadi lebih
optimal. Martoatmodjo, 1993 : 5. Tujuan dari perawatan ini agar setiap bahan pustaka selalu terpelihara atau
terawat sehingga usianya menjadi panjang, daya pakainya lama, dan penempatan di rak selalu teratur dan keadaannya selalu bersih. Staf perpustakaan hendaknya juga
dilatih untuk melakukan perawatan bahan pustaka sesuai dengan aturan yang benar. Diantaranya bagaimana cara yang baik menempatkan buku di rak, cara mengambil
buku yang benar dan lain-lain. Staf perpustakaan hendaknya juga tanggap terhadap hal-hal yang merusak bahan pustaka, hingga sedikit banyak akan memperkecil
kerusakan fisik bahan pustaka.
f. Pelayanan informasi