Universitas Sumatera Utara
paragraf dengan karangan yang menentukan makna konotatif. Pengaruh lingkungan budaya menjadi jelas kalau kita kita meletakkan kata tertentu di dalam lingkungan budaya yang
berbeda. Sobur, 2004: 266 Di dalam semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan
sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiakan dengan ketertutupan makna dan, dengan demikian
sensor atau represi politis. Sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan keharfiahan denotasi bersifat opresif ini, Bathes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya, yang ada
hanyalah konotasi semata-mata. Penolakan ini mungkin terasa berlebihan, namun ia tetap berguna sebagai sebuah koreksi atas kepercayaan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu
yang bersifat ilmiah Budiman dalam Sobur, 2004: 71.
3. Paradigmatik dan Sintagmatik
Ferdinand De Saussure mengatakan bahwa bahasa merupakan sebagai sistem tanda. Untuk bisa mencapai makna yang diharapkan melalui tanda-tanda terdapat semacam main
rulesatau aturan utama yang menjadikan bahasa lebih bermakna. Pada sebuah kajian mengenai strukturalisme dan pasca strukturalisme bahasa, dalam melihat sebuah tanda
terdapat berbagai macam fase lain. Juga tanda tidak dapat dilihat hanya dengan secara individu. Terdapat sebuah relasi dan kombinasinya dengan tanda-tanda lainnya dalam sebuah
sistem. Proses penganalisaan tanda yang berdasarkan sistem atau kombinasi mengikutkan
apa yang disebut aturan pengkombinasian yang terdiri dari dua aksis., yaitu paradigmatik, yaitu cara pemilihan dan pengkombinasian tanda-tanda berdasarkan aturan atau kode tertentu,
sehingga dapat menghasilkan sebuah ekspresi bermakna. Aksis sintagmatik adalah tanda tersusun dalam susunan tertentu jukstaposisi. Barthes 1964 mengembangkan pandangan
ini dengan berbicara tentang sintagme dan sistem sebagai dasar untuk menganalisis gejala kebudayaan sebagai tanda. Sintagme adalah suatu susunan yang didasari hubungan
sintagmatik. Lebih jelas mengenai sintagmatik dan paradigmatik dijabarkan melalui pembahasan
dibawah ini. Contoh dalam hal ini menganalisis dari unsur busana, yaitu a tutup kepala, b pelindung tubuh bagian atas, c pelindung tubuh bagian bawah, dan d alas kaki. Urutan a
sampai d disebut dengan urutan sintagmatis. Setiap bagian atau gabungannya merupakan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sintagme. Keseluruhan urutan itu membentuk satu struktur. Setiap unsur sudah mempunyai tempat sendiri serta saling membedakan sehingga membentuk “makna” fungsi masing –
masing, dan, karenanya, unsur-unsur itu berada dalam suatu relasi paradigmatik. Unsur-unsur itu terjukstaposisi teratur dalam susunan dalam suatu susunan, yang disebut susunan
sintagmatik Hoed, 2011: 12. Konsep sintagmatik dan paradigmatik menyangkut sifat relasi hubungan
antarkomponen dalam struktur dan sistem. Relasi sintagmatik adalah relasi antarkomponen dalam struktur yang sama, sedangkan relasi paradigmatik adalah relasi antara komponen
dalam suatu struktur dan komponen lain di luar struktur itu. Contoh :
1 Anjing mengigigit Ali
2 Ali Mengigigit Anjing
Dalam 1 di atas, relasi antara anjing, menggigit, dan Ali sudah tertentu sesuai dengan urutannya dan mempunyai makna tertentu.Relasi ini disebut sintagmatik. Jika
urutannya berubah lihat contoh 2 di atas maka relasi sintagmatiknyaberubah dan maknanya pun berubah. Komponen anjing, mengigigit, dan Ali berada di dalam sebuah struktur.
Dalam pada itu, secara asosiatif, anjing merupakan sejumlah kata yang berkaitan secara maknawi, seperti kata kucing, harimau, atau ular. Begitu pula menggigit mempunyai
relasi asosiatif dengan memakan, menerkam, atau melukai, dan Ali berkaitan secara relasional asosiatif dengan Ahmad, Munir,atau Johnny. Hubungan in absentia ini disebut
relasi paradigmatik dan terjadi dengan komponen di luar struktur Hoed, 2011: 31. Asosiatif mempunyai pengertian KBBI bersifat asosiasi. Asosiasi mempunyai pengertian tautan,
pembentukan hubungan atau pertalian gagasan, ingatan, atau kegiatan panca indra. Bahasa adalah sebuah struktur yang mempunyai aturan main tertentu. Dalam
bahasa, kita harus mematuhi aturan main bahasa sintaks, grammar untuk menghasilkan sebuah bahasa atau ekspresi yang bermakna.
Menurut semiotika Saussurrean, apapun bentuk pertukaran tanda, ia harus mengikuti model kaitan struktural antara penanda dan petanda yang bersifat stabil dan pasti.
Perbedaan dalam bahasa, menurut Saussure, hanya dimungkinkan lewat beroperasinya dua aksis bahasa yang disebutnya aksis paradigma dan aksis sintagma. Aksis paradigma adalah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
satu perangkat tanda yang melaluinya pilihan-pilihan dibuat, dan hanya satu unit dari pilihan tersebut dapat dipilih. Sintagma adalah kombinasi tanda dengan tanda lainnya dari perangkat
tertentu yang ada berdasarkan aturan tertentu, sehingga menghasilkan ungkapan bermakna Pilliang, 2012: 302 – 303.
Sintagma adalah kombinasi tanda-tanda, yang didukung oleh aspek ruang. Ruang itu bersifat linear. Aktivitas analitik yang berlaku bagi proses sintagmatik ialah proses
menguraikan. Satuan-satuan yang memiliki kesamaan berasosiasi di dalam memori sehingga membentuk kelompok-kelompok yang mengandung ragam relasi atau pertautan. Aktivitas
analitik yang berlaku bagi paradigmatik adalah klasifikasi. Barthes, 2012: 56
Gambar 2.9 Poros Paradigma dan Sintagma
Sintagma
Paradigma Sumber : Piliang, Yasraf Amir. Semiotika dan Hipersemiotika : Kode, Gaya, dan Matinya
Makna 2012, hlm. 303 Aturan main pertama dalam bahasa, menurut Saussure adalah bahwa di dalam
bahsanya hanya ada prinsip perbedaan. Misanya, tidak ada hubungan keharusan antara kata topi dan sebuah benda yang kita pakai sebgai penutup kepala kita: apa yang memungkinkan
terjadinya hubungan adalah perbedaan antara “topi”, “tapi”, “tepi”, “kopi”, dan seterusnya. Kata-kata mempunyai makna disebabkan mereka berada di dalam relasi perbedaan . jadi yang
pertama dilihat di dalam strukturalisme bahasa adalah relasi, bukan hakikat tanda itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambaran 2.10 Sintagmatik dan Paradigmatik Kalimat
Kebahagiaan Ani Menggerakkan Mainan Beriringan Anak
Luapan emosi senang Nita Membuat hidup Replika Berdampingan berbarengan perempuan
Keterangan : sintagmatik Paradigmatik
sumber : Hoed, 2011: 162 Di dalam konteks strukturalisme bahasa, tanda tidak dapat dilihat hanya secara
individu, tetapi tanda dilihat dalam relasi dan kombinasinya dengan tanda-tanda lainnya di dalam sebuah sistem Christomy, 2004: 91. Analisis tanda berdasarkan sistem atau
kombinasi yang lebih besar ini melibatkan apa yang disebut aturan pengkombinasian the rule of combination, yang tediri dari dua aksis poros yaitu, aksis paradigmatik
paradigmatic, yaitu perbendaharaan tanda atau kata seperti kamus, serta aksis sintagmatik syntagmatic, yaitu cara pemilihan dan pengkombinasian tanda-tanda, berdasarkan aturan
rule atau kode tertentu sehingga dapat menghasilkan sebuah ekspresi bermakna. Cara pengkombinasian tanda-tanda biasanya dilandasi oleh kode code tertentu
yang berlaku di dalam sebuah komunitas bahasa. “Kode” adalah seperangkat aturan atau konvensi persetujuan bersama yang di dalamnya tanda-tanda dapat dikombinasikan
sehingga memungkinkan pesan dikomunikasikan dari seseorang kepada orang lain. Kode menurut Umberto Eco dalam Christomy, 2004: 91 adalah “. . . aturan yang menghasilkan
tanda-tanda sebagai penampilan konkretnya di dalam hubungan komunikasi.” Tersirat dari penjelasan tersebut adanya sebuah pengerti “kesepakatan sosial” di antara anggota komunitas
bahasa tentang kombinasi seperangkat tanda-tanda dan maknanya. Bahasa adalah struktur yang dikendalikan oleh aturan main tertentu, semacam mesin untuk memproduksi makna.
Berdasarkan aksis poros bahasa yang dikembangkan oleh Saussure tersebut, Roland Barthes mengembangkan sebuah ‘model relasi’ antara apa yang disebutnya dengan
Keceriaan Rina
Memainkan Boneka
Bersama Kakak
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sistem, yaitu perbendaharaan tanda kata, visual, gambar, dan benda dan sintagma, yaitu cara pengkombinasian tanda berdasarkan aturan main tertentu.
Diagram 2.2 Struktur Relasi Bahasa Barthes Sistem paradigmatik
Sintagma Sistem Pakaian
Elemen-elemen pakaian yang tidak dapat
sekaligus pada waktu yang sama : jas, jaket, rompi.
Penjajaran elemen-elemen pakaian yang berbeda di
dalam satu setelan pakaian, jas-baju-celana.
Sistem Makanan Elemen makanan yang tidak
lazim dimakan pada waktu bersamaan : nasi, lontong,
dan kentang. Menu makanan
Sistem Furnitur Beragam gaya untuk jenis
furnitur yang sama : Baroq, Rococo, Art Deco, dan
Pascamodern. Penataan, penjajaran, dan
peletakan furnitur yang berbeda di dalam ruangan
yang sama, meja-kursi, sofa.
Sistem Arsitektur Beragam gaya pada elemen
arsitektur yang : Corintia, Ionia, dan Mediterania.
Sebuah penggambaran detail dalam sebuah ruangan.
Dikutip dari Roland Barthes dalam Christomy, 2004: 93
4. Mitos dan Pembacaan