Universitas Sumatera Utara
ga salah alamat. Itu analoginya.” suara kegeraman, suara kemarahan.Transkrip Wawancara Jitet, Hal 181 - 182
2. Kode Proairetik
Sebuah ilustrasi kurungan merupakan gambaran dari kotak suara bukanlah hal yang harus dihargai kembali. Kotak suara mendapatkan posisi terendah dalam perkembangan
konstitusi Indonesia, dalam hal ini demokrasi. Kurungan merupakan sebuah perumpamaan dari tempat tinggal dari hewan, makhluk hidup yang tidak memiliki logika dan hanya
menggunakan insting semata. Seperti layaknya seekor burung, kotak suara dikungkung agar bisa ‘didiamkan’, tidak berisik, dan ‘bisa diatur’. Ketika sebuah proses demokrasi hanya
melibatkan pejabat dan individu yang terpilih, itu sama halnya dengan mengunci ‘suara rakyat yang ribut’ ke dalam kandang. Demokrasi merupakan proses politik, di mana proses
tersebut melibatkan partisipasi rakyat sebagai partisipan politik. Suasana latar yang memerah merupakan sebuah gambaran kekacauan yang terjadi
pada masyarakat. “Warna merah di sini sangat bermacam-macam. Bisa diartikan sebagai sesuatu yang
menyala dan bisa juga sesuatu yang mengerikan. Karena merah kan bisa berarti darah juga. Juga berarti keberanian.” Transkrip Wawancara Jitet, Hal 182
“Berani melawan penjara itu. Berani melawan kekuasaan atau kungkungan itu.” Transkrip Wawancara Jitet, Hal 182
Masyarakat yang marah akan melakukan yang namanya pemberontakan. Pemberontakan di Indonesia sudah terjadi dengan lahirnya gerakan 30-S-PKI, revolusi 1998, dan lainnya. Tan
Malaka 1968:01 dalam bukunya Aksi Massa mengatakan, Revolusi itu bukan sebuah ide yang luar biasa, dan istimewa, serta bukan lahir atas perintah seorang manusia yang luar
biasa. Kecakapan dan sifat luar biasa dari seseorang dalam membangun revolusi, melaksanakan atau memimpinnya menuju kemenangan, tak dapat diciptakan dengan otaknya
sendiri. Pendeknya semakin besar jurang antara kelas yang memerintah dengan kelas yang diperintah semakin besarlah hantu revolusi. Tujuan sebuah revolusi ialah menentukan kelas
mana yang akan memegang kekuasaan negeri, politik dan ekonomi, dan revolusi itu dijalankan dengan kekerasan. Dari ilustrasi ini, lembaga legislatif mempunyai sebuah
program kerja untuk membuat kekacauan dalam masyarakat, sehingga terjadi kembali revolusi. Sebuah kaum borjuis yang menghisap terus menerus kehidupan kaum proletar, akan
menghasilkan sebuah pemikiran-pemikiran radikal demi terbebas dalam himpitan tangan yang mencekik.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Pesannya adalah kenapa suara rakyat lu kurung. Kenapa suara rakyat terkurung dengan UU itu. Kenapa lu ga ngasih kebebasan. Itu tanggung jawab kamu yang aktif.
Tapi sekarang kenapa lu kurung, lu penjara. Itu panas, merah itu tanah. Seperti yang panas menyala.” Transkrip Wawancara Jitet, Hal 181
Kotak suara tersebut merupakan sebuah simbol dari ketidakberdayaan masyarakat menghadapi konstitusi. Dikarenakan konstitusi merupakan sebuah dasar hukum yang telah
menjadi dasar tata aturan dalam bertindak. Konstitusi Indonesia yaitu UUD merupakan sebuah falsafah hukum tempat rakyat Indonesia berpijak. Ketika konstitusi itu mencerabut
hak-hak politis rakyat Indonesia, masyarakat hanya bisa terdiam, membeku, dan apatis dalam kungkungan konstitusi. Konstitusi merupakan dasar hukum yang berlaku sewenang-wenang.
Dalam ilustrasi ini, ilustrator bercerita tentang kengerian akibat dari tersahkannya konstitusi RUU Pilkada tersebut. Konstitusi tersebut mencengkram demokrasi hingga tidak
berdaya, dan teronggok terdiam di sebuah kungkungan kerangkeng. Efek lain dari RUU Pilkada tersebut menjadikan rakyat marah dan terciptanya sebuah kekacauan yang telah
diharapkan oleh petinggi tersebut.
3. Kode Simbolik