Faktor Fisik Kimia Yang Mempengaruhi Keanekaragaman Plankton Suhu

Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Fitoplankton juga merupakan penyumbang oksigen terbesar di dalam perairan. Pentingnya peranan fitoplankton sebagai pengikat awal energi matahari menjadikan fitoplankton penting bagi kehidupan perairan. Dengan demikian keberadaan fitoplankton dapat dijadikan indikator kualitas perairan yang memberi gambaran tentang banyak atau sedikitnya fitoplankton yang hidup di suatu perairan dan jenis – jenis fitoplankton yang mendominasi, adanya fitoplankton yang dapat hidup karena zat – zat tertentu yang sedang blooming, dapat memberikan gambaran keadaan perairan yang sesungguhnya.

II.7. Faktor Fisik Kimia Yang Mempengaruhi Keanekaragaman Plankton

Menurut Nybakken 1992, sifat fisik kimia perairan sangat penting dalam ekologi. Oleh karena itu selain melakukan pengamatan terhadap faktor biotik seperti plankton, perlu juga dilakukan pengamatan faktor-faktor abiotik perairan. Dengan mempelajari aspek saling ketergantungan antara organisme dengan faktor-faktor abiotiknya akan diperoleh gambaran tentang kualitas suatu perairan. Faktor abiotik fisik kimia perairan yang mempengaruhi kehidupan plankton antara lain :

a. Suhu

Dalam setiap penelitian pada ekosistem akuatik, pengukuran suhu air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis gas di air serta semua aktivitas biologis di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh suhu. Menurut hukum Vant Hoffs kenaikan suhu sebesar 10°C hanya pada kisaran suhu yang masih ditolerir akan meningkat aktivitas fisiologis misalnya respirasi dari organisma sebesar 2-3 kali lipat. Pola suhu ekosistem akuatik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi Universitas Sumatera Utara penutupan oleh vegetasi dari pepohanan yang tumbuh di tepi Brehm Meijering, 1990 dalam Barus, 1996. Hutapea 1990 dalam Azwar 2001, menyatakan bahwa perbedaan suhu pada suatu perairan dipengaruhi oleh 4 faktor, yakni: 1 variasi jumlah panas yang diserap, 2 pengaruh konduksi panas 3 pertukaran tempat massa air secara lateral oleh arus dan 4 pertukaran air secara vertikal. Menurut Soetjipta 1993 dalam Azwar 2001, bahwa suhu yang dapat ditolerir oleh organisme pada suatu perairan berkisar antara 20-30°C, selanjutnya Isnansetyo Kurniastuti 1995 mengatakan suhu yang sesuai dengan fitoplankton berkisar antara 25-30°C, sedangkan suhu untuk pertumbuhan dari zooplankton berkisar antara 15 - 35°C.

b. Penetrasi cahaya