BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil pembahasan sebagaimana yang diuraikan pada bab-bab terdahulu yang
menjelaskan tentang Kekuatan Mengikat Klausula Syarat Batal Dalam Kontrak
Bisnis Yang Mengesampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267 KUH Perdata, maka ada beberapa kesimpulan dapat diambil yaitu:
1. Klausula syarat batal yang mengesampingkan Pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata
bukanlah klausula eksonerasi karena ditinjau dari unsur kontrak, klausula syarat batal merupakan unsur naturalia di mana syarat batal telah diatur oleh undang-
undang namun karena sifat pengaturan Buku III KUH Perdata yang bersifat melengkapi dan fiksi di mana para pihak belum tentu mengetahui akibat hukum
dari syarat batal berdasarkan Pasal 1266 KUH Perdata sehingga para pihak boleh menyepakati untuk mengesampingkannya. Syarat terpenuhinya klausula syarat
batal adalah wanprestasi dimana pembuktian wanprestasi dengan cara mengajukan somasi bagi debitur kecuali dalam keadaan memaksa. Dalam hal ini
ada perbedaan pembatalan kontrak di luar pengadilan yang dinyatakan dengan somasi dan pembatalan kontrak melalui pengadilan. Para pihak yang telah
menyepakati pembatalan kontrak di luar pengadilan yang dinyatakan dengan somasi akibat hukumnya adalah berlaku kemudian ex nunc. Sedangkan para
Universitas Sumatera Utara
pihak yang tidak menyepakati pembatalan kontrak secara khusus mengikuti aturan Pasal 1266 KUH Perdata yaitu pembatalan kontrak melalui pengadilan
yang akibat hukumnya berlaku surut ex tunc. Kekuatan mengikat klausula syarat batal yang mengesampingkan Pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata
bergantung pada kesepakatan adanya rasa saling percaya para pihak untuk mengesampingkannya yang berlaku sebagai undang-undang bahkan hakim pun
tidak boleh campur tangan terhadapnya berdasarkan asas pacta sund servanda. Namun bila pihak debitur mengajukan exceptio non adimpleti contractus kepada
kreditur atau kreditur beritikad buruk, maka klausula syarat batal yang mengesampingkan Pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata tidak lagi mengikat.
2. Parate executie lebih efisien dari sita jaminan. Parate executie dapat dijalankan
tanpa perlu menunggu putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap sehingga lebih memberikan kepastian hukum jika dibandingkan dengan
pelaksanaan eksekusi sita jaminan yang menempuh berbagai tahapan peradilan. Selain itu parate executie mengenal adanya kreditur preferen yang lebih
memberikan rasa aman kepada kreditur jika dibandingkan dengan proses pelaksanaan sita jaminan dimana kedudukan debitur adalah hanya sebagai
kreditur konkuren. Parate executie atau self help berkaitan dengan klausula syarat batal yang mengesampingkan pembatalan melalui pengadilan karena
pengesampingan pembatalan melalui pengadilan merupakan bagian dari self help dalam sistem common law. Tetapi ada perbedaan pandangan mengenai sifat
Universitas Sumatera Utara
pengaturan Pasal 1266 KUH Perdata yaitu antara aturan yang bersifat memaksa dwingend recht yang dilatarbelakangi oleh konsep kedaulatan kekuasaan
yudisial sehingga para pihak dalam kontrak tidak boleh membatalkan kontrak di luar pengadilan karena dianggap bertentangan dengan asas “tidak boleh main
hakim sendiri”. Sedangkan, pendapat yang menyatakan 1266 KUH Perdata adalah aturan yang bersifat melengkapi aanvulend recht dilatarbelakangi oleh
kenyataan bahwa permintaan pembatalan ke pengadilan tidak sesuai dengan urgensi praktek dalam kenyataan, tidak efisien sehingga para pihak boleh
mengesampingkan permintaan pembatalan ke pengadilan, dan didasarkan atas asas pacta sund servanda di mana semua pihak wajib menghormati menyepakati
pengesampingan Pasal 1266 KUH Perdata dan Pasal 1267 KUH Perdata yang berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak bahkan hakim pun tidak boleh
mencampuri. Tetapi pengadilan dalam Putusan MA-RI Nomor: 3201 KPdt1984 menyatakan bahwa penjualan objek jaminan tanpa melalui pengadilan
merupakan perbuatan melawan hukum. Pengertian parate executie menjadi berubah dan pelaksanaannya menjadi sulit karena para pembentuk undang-
undang dan lembaga peradilan keliru dalam memahami pengertian parate executie dan eksekusi grosse acta dengan mencampuradukkan keduanya.
Namun, Putusan Pengadilan Negeri Makale No. 56PDT.G2010PN.MKL. dan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 70PUU-VIII2010 telah menguatkan
kedudukan lembaga parate executie sebagai pemenuhan prestasi bagi kreditur di
Universitas Sumatera Utara
mana pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri tanpa fiat pengadilan.
B. Saran