Konstelasi di Langit Pendahuluan

menghitung mulai dari angka 1 sampai dengan 1.000 dalam waktu 1.000 detik atau sekitar 16 menit. Akan tetapi, jika kita ingin menghitung sampai dengan 1.000.000, kita perlu waktu lebih dari dua minggu untuk menghitung dengan kecepatan 1 angka per detik, 16 jam per hari kalau 8 jam diperlukan untuk tidur. Untuk menghitung dari 1 sampai dengan satu miliar dengan kecepatan yang sama, 1 angka per detik, dan 16 jam per hari diperlukan hampir 50 tahun Dalam kemasan materi ini, kita tidak hanya berbicara ruang dengan besar milyaran kilometer, tetapi milyaran tahun cahaya; atau benda yang mengandung hanya triliunan atom, tetapi triliunan bintang, dan interval waktu yang hanya milyaran detik atau jam, tetapi milyaran tahun. Kita perlu menjadi akrab – dan nyaman – dengan bilangan-bilangan besar tersebut. Salah satu cara yang baik adalah mulai dengan belajar seberapa kali lebih besar satu juta dari satu ribu, dan berapa kali lebih besar satu miliar dari satu ribu. Dengan kekurang-pahaman tentang obyek-obyek astronomi yang mereka amati, pengamat langit zaman kuno merangkum cerita untuk menerangkannya. Misalnya dikatakan, Matahari dibawa ke langit dengan kereta perang yang ditarik kuda terbang. Pola konstelasi bintang dicerminkan sebagai jagoan atau pahlawan mereka atau sebagai binatang yang mereka anggap sakti yang ditempatkan di langit oleh para dewa. Sekarang, tentu saja kita mempunyai konsepsi jagat raya yang sangat berbeda. Bintang yang kita lihat letaknya sangat jauh, adalah benda bundar yang bersinar yang mungkin kuat sinarnya sama atau ratusan kali kuat sinar Matahari kita.

I.3. Konstelasi di Langit

Antara Matahari terbenam dan Matahari terbit pada sebuah malam yang cerah, kita akan bisa melihat sekitar 3.000 titik cahaya di langit. Jika kita masukkan pemandangan langit dari muka Bumi sebaliknya, hampir 6.000 bintang tampak pada mata telanjang. Kecenderungan alamiah manusia adalah melihat pola dan hubungan antar benda-benda langit itu, walaupun pada kenyataannya tidak ada hubungan apapun sebenarnya, dan orang dulu menghubungkan bintang-bintang terang ke dalam konfigurasi yang disebut konstelasi atau rasi, yang orang zaman kuno menamakannya dengan makhluk mitos, jagoan atau pahlawan, dan binatang yang dirasakan penting untuk mereka. Gambar I.2 memperlihatkan sebuah konstelasi yang menonjol pada langit malam dari Oktober sampai Maret, yaitu si Pemburu dengan nama Orion. Orion adalah pahlawan berdasar mitos Yunani. Gambar 1.2. Konstelasi Orion Mungkin tidak begitu mengejutkan, pembentukan pola konstelasi bintang dipengaruhi oleh latar belakang budaya etnik masing-masing. Orang Cina zaman dulu melihat tokoh mitos berbeda dengan orang Yunani, orang Babilonia, dan juga orang Indonesia. Konstelasi yang disebut oleh orang Yunani sebagai Orion, di Indonesia dikenal dengan nama Waluku atau Wuluku, yang berarti alat bajak sawah. Astronom zaman dulu mempunyai alasan yang praktis untuk mempelajari astronomi. Beberapa konstelasi bisa digunakan untuk petunjuk navigasi. Bintang Polaris menunjukkan arah Utara, dan lokasinya yang hampir tetap di langit, dari jam ke jam, dari malam ke malam, telah membantu penjelajah selama berabad-abad. Konstelasi lain digunakan sebagai kalender primitif untuk meramalkan musim menanam dan musim panen. Sebagai contoh, kenampakan bintang WalukuWuluku di langit Timur pada awal malam dianggap sebagai tanda dimulainya musim hujan, dan masa pertanian segera tiba. Dalam banyak kelompok masyarakat, orang percaya bahwa ada manfaat lain dalam menelusuri secara terus menerus posisi benda langit yang berubah dari waktu ke waktu. Posisi relatif antara bintang-bintang dan planet-planet pada hari kelahiran seseorang dipelajari dengan seksama oleh ahli astrologi, yang menggunakan data untuk membuat ramalan tentang nasib orang tersebut. Jadi, dalam hal faedah , astronomi dan astrologi muncul dari desakan keperluan dasar yang sama yaitu kei gi a u tuk elihat asa depa . Dan, sesungguhnya, untuk waktu yang lama keduanya tidak bisa dipisahkan antara satu dari yang lainnya. Sekarang, kebanyakan orang mengenal bahwa astrologi tidak lebih dari sekadar hiburan semata, meski jutaan orang masih mempercayai horoskop dalam koran-koran setiap harinya. Walaupun begitu, terminologi astrologi lama – nama-nama dari konstelasi dan istilah-istilah yang digunakan untuk menggambarkan lokasi dan gerakan planet  masih digunakan dalam dunia astronomi modern sekarang untuk memudahkan pengenalan daerah langit tertentu. Secara umum dapat dikatakan, bahwa seperti ditunjukkan dalam Gambar I.3, bintang-bintang yang membentuk konstelasi tertentu sebenarnya tidak berdekatan antara satu dengan lainnya di langit, bahkan dengan standar astronomi sekali pun. Mereka semata-mata hanya cukup terang untuk diamati dengan mata telanjang dan kebetulan terletak kira-kira dalam arah yang sama di langit dilihat dari Bumi. Tetapi, konstelasi juga menyediakan cara yang cocok untuk para astronom untuk pengenalan daerah yang luas di langit, seperti halnya ahli geologi menggunakan benua atau seorang Presiden mengenal nama-nama provinsi dalam negaranya. Total ada 88 buah kontelasi di seluruh langit, tetapi hanya ada 12 yang berada pada atau sekitar ekliptika lingkaran tahunan Matahari yang disebut sebagai zodiak. Gambar I.3. Orion dengan dilengkapi jarak yang berbeda

Bab II Posisi Bintang di Langit