Bola Langit Posisi Bintang di Langit

Bab II Posisi Bintang di Langit

II.1. Bola Langit

Selama perjalanan malam, bintang-bintang atau konstelasi tampak bergerak dengan sangat pelan sekali tidak bisa terdeteksi dengan pengamatan mata telanjang dalam rentang waktu yang singkat sepanjang langit dari Timur ke Barat. Tetapi pengamat langit zaman dulu pun sangat sadar bahwa posisi relatif antara bintang yang satu dengan bintang lainnya tetap tidak berubah sepanjang pergerakan malam itu. Sangat alamiah kalau pengamat zaman dulu itu menyimpulkan bahwa bintang-bintang haruslah menempel ketat pada bola langit bagian dalam, ibarat sebuah kanopi yang mengelilingi Bumi. Untuk titik pandangan modern, gerakan semu bintang-bintang di langit adalah hasil dari rotasi dari Bumi pada porosnya, bukan rotasi bola langit. Walaupun kita tahu bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta, untuk menerangkan gerak langit yang kita saksikan, kita e ga ggap seolah-olah Bumi menjadi pusat bola langit. Titik-titik tempat sumbu rotasi Bumi memotong langit disebut sebagai Kutub Langit. Pada belahan langit Utara, Kutub Langit Utara KLU terletak di atas Kutub Utara Bumi. Perpanjangan sumbu rotasi Bumi pada arah yang berlawanan menentukan Kutub Langit Selatan KLS. Persis ditengah-tengah antara KLU dan KLS terletak ekuator langit, yang merupakan perpotongan antara bidang ekuator Bumi dengan bola langit. Gambar II.1. Bola Langit Ketika kita membicarakan lokasi bintang di langit, astronom berbicara dalam istilah atau besaran posisi sudut atau perbedaan sudut, bukan jarak bintang dari Bumi, karena yang kita lihat adalah proyeksi bintang pada langit. Bintang-bintang itu sendiri mempunyai jarak yang berbeda satu dengan lainnya. II.2. Ukuran Sudut Besar dan skala sering dinyatakan dengan mengukur panjang dan sudut. Konsep pengukuran panjang sudah sangat akrab kepada kita semua. Tetapi konsep pengukuran sudut mungkin masih kurang akrab. Tapi kita coba ingat beberapa fakta sederhana di bawah ini: i. Sebuah lingkaran penuh besarnya 360 derajat 360. Jadi, setengah lingkaran yang merentang dari horizon ke horizon, melintasi titik tepat di atas kepala dan merangkum bagian langit yang tampak pada seseorang pada suatu saat, besarnya 180 . ii. Setiap bagian 1 lebih jauh dapat dibagi-bagi lagi ke dalam bagian dari derajat, yang disebut menit busur. Ada 60 menit busur ditulis 60  dalam satu derajat. Terminologi menit usur digunakan untuk membedakan satuan sudut ini dengan satuan menit waktu. Matahari dan Bulan tampak sebagai benda bulat yang besarnya 30 menit busur 30  atau setengah derajat di langit. iii. Satu menit busur 1 dapat dibagi menjadi 60 detik busur 60. Dengan kata lain, kalau satu menit busur 1  adalah 160, maka satu detik busur 1 adalah 160160 = 13.600 . Satu detik busur 1 adalah satuan ukuran sudut yang sangat kecil – besarnya sudut dari sebuah benda dengan panjang 1 centimeter dilihat dari jarak 2 kilometer. Gambar II.2 melukiskan besaran sudut. Gambar II.2 Besaran sudut. Jangan dicampuradukkan satuan yang digunakan untuk mengukur sudut ini. Menit busur dan detik busur tidak ada hubungannya dengan pengukuran waktu, dan derajat tidak ada hubungannya dengan temperatur. Derajat, menit busur, dan detik busur adalah semata-mata cara untuk mengukur besarnya dan menentukan posisi benda langit pada bola langit. Ukuran atau besarnya sudut dari sebuah benda bergantung kepada ukuran fisis yang sebenarnya dan jaraknya dari kita. Sebagai contoh, Bulan, pada jaraknya yang sekarang dari Bumi, mempunyai diameter sudut 0,5  atau 30. Jika Bulan ditempatkan pada jarak 2 kali lebih jauh, ia akan tampak setengahnya – 15 – walaupun besar fisis sebenarnya tetap sama. Jadi, besar sudut saja tidak cukup untuk menentukan diameter yang sebenarnya dari benda itu. Jarak ke benda tersebut harus harus juga diketahui.

II.3. Koordinat Langit