Latar Belakang 2015 3408 ped Pedoman Pencacahan Survei Konsumsi Bahan Pokok 2015

1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia.Hal itu tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.Ketahanan pangan juga sering dikaitkan dengan ketersediaan bahan pokok yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Oleh karena itu ketersediaannya sangat diperhatikan pemerintah karena akan menentukan tingkat ketahanan pangan secara umum. Karena dampak sosial dan politik yang tinggi dari komoditas bahan pokok tersebut, pemerintah harus mengambil langkah kebijakan untuk selalu menjaga kestabilan harga.Langkah yang perlu diambil diantaranya tingkat produksi harus dijaga keseimbangannya dengan tingkat konsumsi nasional dan terkendalinya impor bahan pokok. Bahan pokok khususnya beras, jagung, kacang kedelai, daging sapi, daging ayam, bawang merah, bawang putih, cabe, tepung terigu, minyak goreng, gula pasir, dan garam merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Ketersediaan, distribusi dan tingkat harga dari bahan pokok tersebut sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Selain itu, ketersediaan bahan pokok tersebut juga sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi makro, seperti: inflasi, jumlah penduduk miskin, penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, yang akhirnya akan berakumulasi menjadi gangguan stabilitas nasional. Selain dikonsumsi langsung oleh manusia, bahan pokok juga dikonsumsi dalam bentuk hasil olahan, berupa tepung beras, bihun, makanan kering crackers dan lain-lain. Bahan pokok tersebut juga digunakan sebagai bahan baku industri nonmakanan tidak dikonsumsi manusia, seperti untuk industri pakan ternak, industri kosmetik, dan industri bahan kimia. Ketergantungan yang tinggi masyarakat Indonesia terhadap bahan pokok mendorong pemerintah untuk mengetahui secara riil tentang total konsumsi bahan pokok tersebut dalam rangka penyediaan nasional. Konsumsi merupakan faktor yang sangat penting dalam menghitung kebutuhan bahan pokok. Kesalahan dalam penghitungan konsumsi akan BAB 1 2 berdampak pada ketidak tepatan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Selama ini informasi konsumsi bahan pokok per kapita bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas. Namun, konsumsi bahan pokok dalam Susenas hanya konsumsi di dalam rumah tangga yang disiapkan dalam rumah. Meskipun informasi tentang makanan jadi yang mengandung bahan pokok juga telah dikumpulkan, tetapi perkiraan tentang konsumsi bahan pokok dari makanan jadi tidak dapat dilakukan. Pada tahun 2011 Badan Ketahanan Pangan BKP, Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik BPS telah melakukan kajian khusus mengenai konsumsi berasdengan berbagai pendekatan yang didasarkan pada berbagai sumber data yaitu Susenas, Survei Industri, Survei Konsumsi dan Cadangan Beras Nasional, dan Tabel Input- Output. Kemudian pada tahun 2012 BPS melakukan Survei Konsumsi Beras Nasional VKB12 untuk melengkapi data yang masih belum tersedia untuk penghitungan konsumsi beras pada tahun 2011. Berdasarkan hasil kajian tersebut dan berbagai perkembangan beberapa tahun terakhir yang ditandai gejolak beberapa harga bahan pokok seperti cabe merah dan daging sapi, maka dipandang masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut dengan ruang lingkup yang lebih luas dan tidak hanya beras. Hal ini dikarenakan tingkat ketahanan pangan tidak hanya ditentukan oleh beras, tetapi juga komoditas-komoditas lain, seperti cabe, bawang merah, bawang putih, dan daging sapi. Sehingga pada tahun 2014 dilakukan Survei Konsumsi 11 Bahan Pokok VKBP14 untuk memperkirakan jumlah konsumsi beberapa komoditas bahan pokok pada tingkat nasional untuk usaha-usaha yang diperkirakan menggunakan bahan pokok tersebut sebagai bahan baku. Namun, VKBP14 selain hanya mengestimasi pada tingkat nasional juga memiliki tingkat error yang relatif besar untuk beberapa komoditi seperti jagung dan minyak goreng. Untuk itu, pada tahun 2015 akan dilakukan Survei Konsumsi Bahan Pokok VKBP15 dengan jumlah sampel yang lebih besar dan akan dilakukan estimasi pada tingkat provinsi.

1.2. Tujuan