Pemahaman Bacaan LANDASAN TEORI

menangkap beberapa kata sekaligus dan langsung menyerap idenya daripada melafalkannya.

B. Pemahaman Bacaan

7. Definisi Pemahaman Bacaan

Sebelum 1915, ketika membaca ditekankan pada aspek lisan, pelajaran membaca tidak memiliki sisi pemahaman. Istilah pemahaman jarang ditemukan dalam literatur. Pengajaran membaca pada 1915 sampai 1925 ditekankan pada pengenalan kata. Ketika seorang anak telah belajar dan mampu melafalkan dengan baik kata-kata, maka tujuan membaca dianggap telah tercapai. Selama tahun- tahun terakhir abad ke 19, Romanes dalam Ahuja dan Ahuja, 2007 menyatakan istilah pemahaman dengan “kekuatan asimilasi”. Gray dalam Ahuja dan Ahuja, 2007 menggunakan istilah “kualitas membaca” untuk menunjukkan makna pemahaman. Yoakam dalam Ahuja dan Ahuja, 2007 menggambarkan pemahaman bacaan sebagai memahami materi bacaan yang melibatkan asosiasi yang benar antara makna dan simbol kata, penilaian konteks makna yang diduga ada, pemilihan makna yang benar, organisasi gagasan ketika materi bacaan dibaca, penyimpanan gagasan dan pemakaiannya dalam berbagai aktivitas sekarang atau mendatang. Universitas Sumatera Utara Definisi Macmillan dalam Ahuja dan Ahuja, 2007 boleh jadi lebih tepat dan jelas. Ia mendefinisikan pemahaman bacaan sebagai memahami apa yang tertulis di dalam, di antara dan di luar baris-baris tulisan atau dengan kata lain penafsiran cerdas, yang meliputi: a. membaca untuk mendapatkan gagasan-gagasan utama; b. membaca untuk mendapatkan detail-detail penting; c. membaca untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik; d. membaca untuk mengikuti urutan logis dan pengembangan gagasan; e. membaca untuk menerapkan apa yang dibaca; f. membaca untuk menemukan deduksi dan implikasi; dan g. membaca untuk menilai. Secara singkat, Snow 2002 mendefinisikan pemahaman bacaan sebagai proses simultan menyarikan dan mengkonstruksi makna melalui interaksi dan keterlibatan dengan bahasa tertulis. Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pemahaman bacaan adalah proses simultan menyarikan dan mengkonstruksi makna dari materi bacaan meliputi asosiasi yang benar antara makna dan simbol kata, penilaian konteks makna yang diduga ada, pemilihan makna yang benar, dan organisasi gagasan ketika materi bacaan dibaca, yang semua hal tersebut digunakan untuk mendapatkan gagasan-gagasan utama, mendapatkan detail-detail penting, menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik, mengikuti urutan logis dan pengembangan gagasan, menerapkan apa yang dibaca, menemukan deduksi dan implikasi, dan membaca untuk menilai. Universitas Sumatera Utara

8. Elemen Pemahaman Bacaan

Pemahaman bacaan terdiri dari tiga elemen, yaitu the reader pembaca, the text teks atau bahan bacaan dan the activity or purpose for reading aktifitas atau tujuan membaca Snow, 2002. a. The Reader Pembaca Untuk memahami, pembaca harus memiliki berbagai kapasitas dan kemampuan. Kapasitas dan kemampuan tersebut meliputi kapasitas kognitif misalnya, perhatian, memori, kemampuan analitis kritis, penelusuran, kemampuan visualisasi, motivasi tujuan membaca, minat terhadap kontenisi yang sedang dibaca, self efficacy sebagai pembaca, dan berbagai jenis pengetahuan kosakata, pengetahuan mengenai topik dan domainbidang, pengetahuan tentang wacana dan linguistik, pengetahuan tentang strategi pemahaman spesifik. Kapasitas kognitif, motivasi, kapasitas bahasa dan pengetahuan dasar yang disebut dalam berbagai tindakan pemahaman bacaan bergantung pada teks yang digunakan dan aktivitas spesifik di mana seorang pembaca terlibat. b. The Text Teks atau Bahan Bacaan Fitur teks memiliki dampak yang besar terhadap pemahaman. Pemahaman tidak terjadi hanya dengan penggalian makna secara sederhana dari teks. Selama membaca, pembaca mengkonstruksi representasi yang berbeda dari teks yang mana penting bagi pemahaman. Representasi tersebut meliputi, surface code kata-kata dalam teks, text base unit-unit gagasan yang Universitas Sumatera Utara merepresentasikan makna, dan representasi dari mental model yang terdapat dalam teks. Perkembangan komputer dan teks elektronik telah membawa para ahli untuk memperluas definisi teks untuk memasukkan teks elektronik dan dokumen multimedia di samping cetakan konvensional. Teks bisa sulit atau mudah, tergantung pada faktor-faktor yang melekat dalam teks, pada hubungan antara teks dan pengetahuan dan kemampuan pembaca, dan pada kegiatan yang pembaca terlibat. c. The Activity or Purpose for Reading Aktifitas atau Tujuan Membaca Membaca dilakukan untuk suatu tujuan. Suatu kegiatan membaca melibatkan satu atau lebih tujuan, beberapa operasi untuk mengolah teks, dan konsekuensi melakukan kegiatan membaca tersebut. Sebelum membaca, pembaca memiliki tujuan yang berasal dari dalam diri maupun luar. Tujuan dipengaruhi oleh variabel motivasi, meliputi minat dan prior knowledge. Aktifitas membaca meliputi satu atau lebih tujuan atau tugas, beberapa operasi untuk memproses teks, dan hasil dari melakukan kegiatan, semua yang terjadi dalam beberapa konteks tertentu. Tujuan awal membaca dapat berubah selama membaca. Hal ini berarti, selama membaca, pembaca mungkin menghadapi berbagai informasi yang menimbulkan pertanyaan baru dan membuat tujuan awal tidak cukup atau tidak relevan lagi. Mengolah teks melibatkan pengkodean teks, tingkat pengolahan linguistik dan semantik yang lebih tinggi, dan self monitoring untuk pemahaman, yang semuanya tergantung pada kemampuan pembaca menghadapi berbagai fitur teks. Universitas Sumatera Utara Akhirnya, konsekuensi dari membaca adalah bagian dari kegiatan tersebut. Beberapa kegiatan membaca menyebabkan peningkatan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca. Konsekuensi lain dari kegiatan membaca adalah mengetahui bagaimana melakukan sesuatu. Aplikasi dari konsekuensi- konsekuensi tersebut sering berhubungan dengan tujuan pembaca. Pengetahuan, aplikasi, dan keterlibatan merupakan konsekuensi langsung dari kegiatan membaca.

9. Unit Pemahaman

Burns, Roe dan Ross 1984 menyatakan bahwa unit-unit dasar pemahaman dalam membaca adalah kata, kalimat, paragraf, dan whole selection. a. Kata Kosakata harus dibangun dari kata-kata yang telah dipahami. Perkembangan kosakata merupakan perkembangan skemata. Untuk memahami sesuatu, individu harus memanggil skemata yang telah dimiliki. Oleh karena itu, perkembangan kosakata merupakan komponen penting keterampilan pemahaman. b. Kalimat Individu mungkin menemukan kalimat kompleks yang sulit dipahami untuk itu individu harus menemukan cara untuk menemukan maknanya. Penelitian telah menunjukkan bahwa instruksi yang sistematis dalam pemahaman kalimat meningkatkan pemahaman membaca. Pendekatan lain menyatakan bahwa Universitas Sumatera Utara untuk menemukan bagian penting dari kalimat adalah dengan menuliskannya dalam format telegram. c. Paragraf Paragraf merupakan kelompok kalimat yang menyajikan suatu fungsi keterangan dalam suatu bagian. Paragraf dibangun oleh suatu ide utama atau topik. Memahami fungsi, organisasi umum, dan hubungan antar kalimat dalam suatu paragraf merupakan hal yang penting dalam pemahaman membaca. d. Whole Selection Keseluruhan bagian terdiri dari kata, kalimat, dan paragraf. Pemahaman keseluruhan bagian tergantung pada pemahaman unit-unit yang lebih kecil.

10. Tingkatan Pemahaman

Burns dkk. 1984 menyatakan bahwa ada empat tingkatan pemahaman dan pembaca mampu memahami bacaan pada sejumlah tingkatan yang berbeda. Empat tingkatan tersebut adalah sebagai berikut: a. Pemahaman Literal Membaca pada tingkatan pemahaman literal meliputi memperoleh informasi dalam suatu bagian yang dinyatakan secara langsung. Pemahaman pada tingkatan ini merupakan prasyarat untuk tingkatan pemahaman yang lebih tinggi. Menemukan ide utama yang telah dinyatakan, detail-detail, sebab- akibat, dan runtutan sequence merupakan dasar pemahaman tingkat literal. Contoh keterampilan pemahaman pada tingkat ini meliputi kemampuan untuk mengikuti petunjuk dan kemampuan untuk menyatakan kembali suatu ide Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan kata-kata yang berbeda. Pemahaman pada tingkat literal didefinisikan sebagai pengertian secara eksplisit informasi yang dinyatakan dengan mengenyampingkan medium yang menghadirkannya. Contohnya, simbol-simbol bahasa lisan atau tulisan. Ini merupakan fokus utama pada tingkat pemahaman literal. Tujuan khusus dari pemahaman tingkat literal adalah sebagai berikut: 1 rinci; 2 runtut kejadian-kejadian; 3 ciri-ciri karakter; dan 4 hubungan sebab akibat. b. Pemahaman Interpretatif Pemahaman tingkat interpretatif didefinisikan sebagai pengertian dari pernyataan informasi yang dinyatakan secara implisit. Membaca interpretatif meliputi membaca antara baris atau menarik kesimpulan, merupakan proses memperoleh ide yang dinyatakan secara tidak langsung daripada yang dinyatakan secara langsung. Keterampilan membaca interpretatif meliputi menyimpulkan ide utama dimana ide tersebut tidak secara langsung dinyatakan, menyimpulkan hubungan sebab- akibat yang tidak dinyatakan secara langsung, menyimpulkan keterangan atau penjelasan dari kata ganti, menyimpulkan keterangan atau penjelasan dari kata keterangan, menyimpulkan kata-kata yang diabaikan, mendeteksi mood, mendeteksi tujuan pengarang dalam menulis, dan menarik kesimpulan. c. Pemahaman Kritis Membaca kritis adalah mengevaluasi materi tertulis, membandingkan ide yang ditemukan dalam materi dengan standar-standar yang diketahui dan menarik kesimpulan mengenai keakuratan, ketepatan, dan waktu yang tepat. Pembaca Universitas Sumatera Utara kritis pasti merupakan pembaca yang aktif, mempertanyakan, mencari fakta, dan menunda penilaian sampai mereka telah mempertimbangkan semua materi. Membaca kritis tergantung pada pemahaman literal dan interpretatif, dan memahami ide yang tidak dinyatakan secara langsung merupakan hal yang penting. Pemahaman pada tingkat kritikal dijelaskan sebagai pengertian dari informasi yang akan membuat seseorang mampu menentukan nilai tentang informasi yang diterimanya. d. Pemahaman Kreatif Membaca kreatif meliputi memahami materi melebihi yang disampaikan oleh pengarang. Hal ini menuntut pembaca untuk berpikir selama membaca, sama seperti membaca kritis, dan hal ini juga menuntut pembaca untuk menggunakan imajinasi mereka. Pemahaman tingkat kreatif melibatkan membuat respon secara personal terhadap pengertian yang kompleks dari penerimaan pesan. Personal response, didasari pada suatu pengertian penuh dari pesan yang diekspresikan, hal ini merupakan jantung dari pemahaman tingkat kreatif.

11. Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Bacaan

Nurhadi 1987 mengemukakan bahwa membaca merupakan proses yang kompleks dan rumit karena dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan eksternal pembaca. Faktor internal berupa intelegensi, minat, sikap, motivasi dan tujuan membaca. Faktor eksternal dalam bentuk sarana membaca, Universitas Sumatera Utara tingkat kesulitan teks bacaan, faktor lingkungan, faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan dan tradisi membaca. Membaca pada hakikatnya adalah proses berpikir. Dalam proses membaca terlibat aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami, membeda-bedakan, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasi, dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan. Aspek-aspek tersebut melibatkan tipe-tipe berpikir divergen induktif, berpikir konvergen deduktif, dan tipe berpikir abstrak. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam membaca diperlukan kemampuan intelektual. Hasil dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara minat terhadap bacaan dan kemampuan membacanya. Demikian pula penelitian hubungan antara tujuan membaca dan perubahan gerak mata pada waktu membaca. Dalam penelitian terlihat bahwa perubahan tujuan membaca berakibat terjadinya perubahan dalam gerak mata berlangsung. Di sini terbukti bahwa ada faktor tujuan membaca yang mempengaruhi proses membaca. Faktor eksternal penerangan atau pencahayaan yang kurang baik akan mempengaruhi hasil membaca. Demikian juga faktor sosial ekonomi dimana status sosial ekonomi yang tinggi cenderung dilimpahi kemudahan sarana membaca yang memadai, sehingga terbentuk tradisi atau kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca ini yang akan mempengaruhi kemampuan dan latihan membaca. Kebiasaan membaca akan berpengaruh pada kecepatan dan keefektifan membaca seseorang. Faktor internal dan eksternal tersebut saling berhubungan membentuk semacam koordinasi untuk menunjang pemahaman bacaan Nurhadi, 1987. Universitas Sumatera Utara Secara spesifik, faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan membaca dan pemahaman bacaan dikemukakan oleh Shores dalam Ahuja dan Ahuja, 2007, antara lain ukuran huruf, model huruf, kehitaman dan ketajaman cetakan, mutu dan sifat kertas, ukuran halaman, organisasi bahan, banyaknya ruang kosong, jenis dan penempatan ilustrasi gambarfoto, judul dan sub judul, kejelasan tulisan, bidang pengetahuan, kompleksitas gagasan, gaya menulis pengarang, jenis tulisan puisi, narasi, atau deskriptifpaparan, kepribadian penulis, perasaan pembaca mengantuk, waspada, tenang, gelisah, kemampuan mental pembaca, keterampilan membaca, lingkungan tempat membaca, latar pengalaman membaca, tujuan dan minat pada bidang atau ranah karya bahan yang sedang dibaca, dan keakrabannya dengan kekhasan gaya pengarang dan pengalimatannya. Teori Chomsky dalam Matlin, 2005 tentang transformational grammar telah menimbulkan ketertarikan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman kalimat. Para psikolog telah melakukan penelitian terhadap hal ini. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman terhadap kalimat adalah sebagai berikut: a. Kata Negatif Williams dalam Matlin, 2005 mengemukakan bahwa kalimat yang memuat kata negatif, seperti tidak dan bukan, atau kata negatif yang tersirat seperti ditolak, hampir selalu membutuhkan lebih banyak waktu pemrosesan dibandingkan kalimat afirmatif. Universitas Sumatera Utara b. Bentuk Pasif Chomsky dalam Matlin, 2005 menunjukkan bahwa bentuk kalimat aktif dan kalimat pasif mungkin memiliki surface structure yang berbeda, meskipun memiliki deep structure yang sama. Transformasi dari bentuk aktif ke bentuk pasif membutuhkan tambahan kata. c. Nested Structure Struktur Bertingkat Struktur bertingkat adalah frase yang melekat di dalam kalimat lain. Pembaca mengalami cost memory ketika membaca kalimat yang memuat struktur bertingkat. Memory cost menjadi berlebihan jika suatu kalimat memuat lebih dari satu struktur bertingkat. d. Ambiguitas Kalimat menjadi lebih sulit untuk dipahami jika memuat kata yang ambigu atau memiliki struktur kalimat yang ambigu. Pembaca secara khusus berhenti lebih lama ketika mereka memproses kata yang ambigu. Rueckl dalam Matlin, 2005 menyatakan bahwa pembaca dapat memahami kalimat yang ambigu, sama seperti pembaca dapat memahami kalimat negatif, kalimat yang menggunakan bentuk pasif, dan kalimat dengan struktur bertingkat yang kompleks. Meskipun demikian, pembaca merespon lebih cepat dan lebih akurat jika bahasa yang dihadapi lebih mudah. Universitas Sumatera Utara Wainwright 2006 mengemukakan bahwa faktor terpenting yang bisa mempengaruhi pemahaman terhadap materi bacaan adalah sebagai berikut: a. Kecepatan membaca Kecepatan membaca jika melampaui batas-batas tertentu, bisa memberikan efek merugikan terhadap pemahaman. Batas-batas tersebut sangat bervariasi, tergantung orang dan waktunya. b. Tujuan membaca Tujuan berkaitan erat dengan motivasi dalam membaca dan minat terhadap materi bacaan. Menetapkan tujuan membaca dapat membantu meningkatkan motivasi dan minat membaca. c. Sifat materi bacaan d. Tata letak materi bacaan e. Lingkungan tempat membaca Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman bacaan terbagi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal pembaca yang mempengaruhi pemahaman bacaan adalah sebagai berikut: a. Intelegensi b. Tujuan membaca c. Kecepatan membaca d. Perasaan pembaca e. Keterampilan membaca Universitas Sumatera Utara f. Latar pengalaman membaca Adapun faktor eksternal pembaca yang mempengaruhi pemahaman bacaan adalah sebagai berikut: a. Tingkat kesulitan teks bacaan b. Lingkungan c. Latar belakang sosial ekonomi d. Format bahan bacaan e. Gaya penulisan f. Jenis tulisan

6. Pengukuran Pemahaman bacaan

Ivor Davies dalam Nurgiyantoro, 2001 mengemukakan bahwa Bloom membedakan keluaran belajar ke dalam tiga kategori atau biasa dikenal dengan ranah atau domain, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Taksonomi bloom untuk tugas membaca juga mencakup ketiga ranah tersebut. Tugas kognitif berupa aktivitas kognitif memahami bacaan secara tepat dan kritis, atau berupa kemampuan membaca. Tugas afektif berhubungan dengan sikap dan kemauan siswa untuk membaca, sedangkan tugas psikomotor berupa aktivitas fisik siswa sewaktu membaca Nurgiyantoro, 2001. Pemahaman bacaan yang merupakan ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, dari aspek kognitif yang hanya menuntut aktivitas intelektual sederhana ke yang menuntut kerja intelektual tingkat tinggi. Keenam tingkatan yang dimaksud adalah ingatan, pemahaman, Universitas Sumatera Utara penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu, penilaian yang dilakukan untuk mengukur keberhasilannya juga mencakup enam tingkatan tersebut melalui tes kemampuan membaca. Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan Nurgiyantoro, 2001. Bahan bacaan untuk tes kemampuan membaca hendaklah yang mengandung informasi yang menuntut untuk dipahami. Menurut Nurgiyantoro 2001, pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari segi: a. Tingkat Kesulitan Tingkat kesulitan wacana terutama ditentukan oleh kekompleksan kosa kata dan struktur. Secara umum, wacana yang baik untuk bahan tes kemampuan membaca adalah wacana yang tingkat kesulitannya sedang, atau sesuai dengan tingkat kemampuan individu yang dites. Salah satu prosedur memperkirakan tingkat kesulitan wacana adalah dengan teknik cloze. Wacana yang akan diketahui tingkat kesulitannya, diteskan dalam bentuk cloze test. Jika rata-rata jawaban betul lebih dari 75, wacana yang bersangkutan dinyatakan mudah. Sebaliknya, jika rata-rata betul kurang dari 20, wacana tersebut tergolong sulit. b. Isi Wacana Bacaan yang baik adalah yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa, minat, kebutuhan atau menarik perhatian siswa. Walaupun demikian, tidak mudah untuk mengoperasionalkan pengertian-pengertian abstrak tersebut. Tujuan kegiatan membaca, khususnya yang berkaitan dengan pemahaman Universitas Sumatera Utara bacaan, adalah untuk memperluas dunia dan horizon individu. Di pihak lain, pemilihan isi wacana perlu selektif untuk menghindari bacaan yang bersifat kontra atau masih bersifat kontroversial. c. Panjang Pendek Wacana Wacana yang diteskan sebaiknya tidak terlalu panjang. d. Jenis atau Bentuk Wacana Wacana yang digunakan sebagai bahan tes kemampuan membaca dapat berbentuk prosa, dialog, ataupun puisi. Pada umumnya, yang banyak dipergunakan adalah wacana yang berbentuk prosa. Bentuk tes kemampuan membaca secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes subjektif dan tes objektif. Bentuk tes yang pertama sering juga disebut tes bentuk esai. Tes objektif disebut juga sebagai tes jawaban singkat. Ada empat macam tes objektif, yaitu tes jawaban benar-salah true-false, pilihan ganda multiple choice, isian completion, dan penjodohan matching Nurgiyantoro, 2001. Tes pilihan ganda merupakan suatu bentuk tes yang paling banyak dipergunakan dalam dunia pendidikan. Tes pilihan ganda terdiri dari sebuah pernyataan atau kalimat yang belum lengkap yang kemudian diikuti oleh sejumlah pernyataan atau bentuk yang dapat untuk melengkapinya. Dari sejumlah “pelengkap” tersebut, hanya satu yang tepat sedang yang lain merupakan pengecoh distractors Nurgiyantoro, 2001. Universitas Sumatera Utara Tes bentuk pilihan ganda tepat sekali untuk mengukur hasil belajar aspek kognitif dalam tingkatan sederhana, seperti ingatan, pemahaman, dan penerapan. Untuk mengukur tingkatan yang lebih kompleks, tes bentuk pilihan ganda disusun secara bervariasi, misalnya tes yang berupa tinjauan kasus, analisis hubungan sebab-akibat, melengkapi berganda, dan membaca diagram atau tabel. Butir soal yang berupa melengkapi berganda, merupakan tingkat analisis. Butir soal yang berupa analisis hubungan sebab akibat menuntut siswa untuk menghubungkan dua hal, merupakan tingkatan sintesis. Butir soal yang berupa tinjauan kasus menuntut siswa untuk mampu menilai, merupakan tingkatan evaluasi Nurgiyantoro, 2001. Jawaban terhadap tes objektif bersifat pasti dan dikotomis, hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar. Cara menentukan skor dapat dilakukan dengan menggunakan dua rumus, yaitu rumus tanpa tebakan dan rumus dengan tebakan Nurgiyantoro, 2001. a. Rumus Tanpa Tebakan Rumus: S = R Keterangan: S : skor R : jawaban yang benar b. Rumus dengan Tebakan Rumus: S = R x W n-1 Keterangan S : Skor R : Jawaban yang benar Universitas Sumatera Utara W : Jawaban yang salah n : Jumlah alternatif jawaban

C. Pengaruh Pelatihan Membaca Cepat Terhadap Pemahaman Bacaan