Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

F. Latar Belakang Masalah

Menapaki milenium ketiga ini, Djamarah dalam Solikah, 2008 menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia tidaklah sedikit. Realita ini menuntut sumber daya manusia SDM yang handal untuk menghadapinya. Pendidikan tidak dipungkiri lagi merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kualitas SDM. Berdasarkan Laporan Pembangunan Manusia Badan Program Pembangunan PBB, Indonesia menempati peringkat ke 108 dari 194 negara Klugman, 2010. Kualitas SDM yang rendah tersebut antara lain disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang dan satuan pendidikan Irawan, 2005. Pembaharuan pendidikan dan pembelajaran selalu dilaksanakan dari waktu ke waktu dan tak pernah berhenti. Pendidikan dan pembelajaran berbasis kompetensi merupakan contoh hasil perubahan dimaksud dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan atas Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, model kurikulum untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diterapkan di semua jenjang pendidikan di Indonesia adalah berbasis kompetensi Tantra, 2009. Universitas Sumatera Utara Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, secara umum kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Sedangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai pembelajar, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum. Ranah kompetensi yang terdapat dalam KBK antara lain: kompetensi akademik academic competency, kompetensi kehidupan life competency, dan kompetensi karakter nasional national character competency. Untuk mencapai kompetensi tersebut, maka pembelajaran ditekankan pada bagaimana belajar tentang belajar learning how to learn, bukan pada apa yang harus dipelajari learning what to be learn Tantra, 2009. Salah satu instansi perguruan tinggi yang menerapkan KBK adalah Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara FK UMSU. FK UMSU yang didirikan pada tahun 2008 menyesuaikan tujuan pendidikannya dengan kurikulum lokal fakultas dan Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia KIPDI III tentang KBK Taufiq dkk, 2010. Program pendidikan sarjana kedokteran FK UMSU dalam pelaksanaannya menggunakan metode pembelajaran PBL Problem Based Learning dengan kriteria SPICES Student centred, Problem based, Integrated, Community oriented, Early clinical exposure dan Self directed learning. Proses pendidikan melalui metode ini bertujuan menyiapkan mahasiswa sebagai lifelong learner atau pembelajar sepanjang hayat sehingga di masa mendatang menjadi dokter yang Universitas Sumatera Utara terlatih menghadapi permasalahan dan memecahkannya. Adapun dalam metode PBL, kegiatan belajar mengajarnya meliputi tutorial, kuliah, praktikum, keterampilan klinik Skill’s laboratorium atau Skill’s lab, belajar mandiri, dan diskusi panel Taufiq dkk, 2010. Proses pendidikan di FK UMSU bergerak dari visi dan misi yang telah ditetapkan. Tujuan akhir proses pendidikannya adalah menghasilkan dokter yang islami dan memegang teguh etika kedokteran, menghasilkan dokter yang berkompeten dan profesional sesuai dengan standar kompetensi dokter Indonesia, menghasilkan dokter yang selalu mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan menjalankan praktik kedokteran berbasis data, menghasilkan dokter yang memiliki kesadaran terhadap kebutuhan kesehatan masyarakat, mampu mengayomi masyarakat dalam bidang kesehatan dan punya orientasi pencegahan. Untuk mencapai tujuan akhir seperti tersebut di atas dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap general education, tahap integrasi pada program sarjana kedokteran dan tahap klinik atau profesi pada program pendidikan profesi Taufiq dkk, 2010. Tahap general education pada periode awal pendidikan adalah tahap transisi dimana mahasiswa beralih dari teacher centered di pendidikan menengah atas ke student centred di perguruan tinggi. Tahap integrasi adalah tahap dimana mahasiswa belajar ilmu kedokteran secara terintegrasi baik vertikal maupun horizontal dalam setiap blok. Tahap ini menggunakan laboratorium biomedik, laboratorium keterampilan klinik, rumah sakit dan lapangan untuk tempat praktiknya. Tahap terakhir yaitu tahap klinik atau profesi adalah tahap dimana Universitas Sumatera Utara mahasiswa belajar dan berinteraksi dengan pasien secara langsung di rumah sakit Taufiq dkk, 2010. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang mahasiswa FK UMSU, peneliti memperoleh keterangan bahwa perkuliahan sangat padat dan menuntut mahasiswa untuk belajar mandiri. “Tutorial aja dua kali seminggu, skills lab lagi. Jadi sebenarnya gak bisa gak belajar tiap malam. Bahan banyak kali dari dosen. Harus dicicil tiap hari sebenarnya.” Hutabarat dalam Sukadji dan Salim, 2001 mengemukakan bahwa dalam proses belajar, agar mahasiswa dapat berhasil dalam menempuh studinya, ada beberapa keterampilan dasar yang perlu dimiliki. Keterampilan-keterampilan dasar itu antara lain adalah membaca, menulis, berhitung, dan mendengar. Saat ini telah dikembangkan berbagai strategi belajar yang sangat membantu. Strategi tersebut meliputi strategi mengingat, membaca, menulis, dan membuat catatan dalam bentuk peta pikiran Khoo, 2008. Banyak mahasiswa tidak berhasil di perguruan tinggi karena tidak memiliki strategi belajar yang dibutuhkan untuk mendapatkan nilai yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Niest dan Diehl 1994 yang menunjang hal tersebut; mahasiswa yang menggunakan strategi belajar yang tepat performansinya cenderung lebih baik dibandingkan mahasiswa yang tidak menggunakan strategi yang tepat. Pengalaman mengajarkan bahwa orang yang gagal di sekolah biasanya karena gagal dalam membaca Ahuja dan Ahuja, 2007. Universitas Sumatera Utara Dewasa ini, ilmu dan teknologi berkembang semakin pesat dan tak dapat dibendung lagi kehadirannya Pramuki, 2006. Pesatnya kemajuan mesin cetak saat ini telah memungkinkan penyebaran informasi secara cepat. Hasil-hasil penelitian dan kemajuan sains dan teknologi begitu cepat dilipatgandakan dan disebar Soedarso, 2010. Seiring dengan hal tersebut, setiap orang dituntut untuk selalu cepat dan tepat dalam menafsirkan dan menyerap berbagai informasi bila tidak ingin ketinggalan. Informasi yang berkaitan dengan peristiwa dunia serta pertumbuhan dan perkembangan ilmu dan teknologi tidak cukup hanya diperoleh dari sumber lisan, tetapi juga dari sumber tertulis Pramuki, 2006. Kegiatan membaca merupakan satu-satunya cara untuk menyerap dan menafsirkan informasi tertulis. Itulah sebabnya setiap orang dituntut memiliki keterampilan membaca yang tinggi agar dapat mengikuti laju perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan memiliki keterampilan membaca, seseorang dapat memaparkan kembali peristiwa masa lalu untuk diambil manfaatnya dalam usaha memperbaiki kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Hal tersebut berarti bahwa keterampilan membaca harus dikembangkan dan dikuasai sehingga akan menjadi modal utama dalam kehidupan. Dengan modal tersebut seseorang dapat membuka pintu gerbang ilmu pengetahuan Pramuki, 2006. Ilmu pengetahuan sebagai sumber kekuatan para intelektual berasal dari buku. Oleh sebab itu, siapa yang ingin memiliki kekuatan tersebut harus membaca buku. Pernyataan ini mengarahkan bahwa hanya bangsa yang banyak membaca buku yang akan mempunyai SDM berkualitas dan handal sehingga dapat Universitas Sumatera Utara mempertahankan eksistensinya serta mampu tampil sebagai pemenang dalam persaingan Pelenkahu, 2006. Buku teks merupakan sumber utama dalam dunia pendidikan, baik tingkat sekolah dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Sebelum dapat memulai membuat catatan, mengingat atau memperbaikinya, langkah pertama tentu membaca buku teks dan mencari informasi materi yang dibutuhkan. Namun sangat disayangkan, kebanyakan mahasiswa tidak membaca buku teks atau mencari bahan-bahan dari sumber lain untuk mengumpulkan informasi. Mereka berpendapat membaca hanya untuk memahami atau mendapatkan pengetahuan. Mereka akan membaca bahan yang sama berulang-ulang dan berusaha mengingatnya. Jika terus melakukan hal ini, mahasiswa akan merasa waktu ujian terlalu dekat, terlalu banyak yang harus dibaca, terlalu banyak yang harus dilakukan, dan mereka akan kekurangan waktu untuk melakukan semua itu. Untuk itu, diperlukan keterampilan membaca yang akan membantu mahasiswa mendapatkan “sesuatu” seoptimal mungkin. Dengan demikian, keterampilan membaca pemahaman bagi mahasiswa sebagai calon ilmuwan amat diperlukan. Agar dapat membaca buku teks secara efektif dan mengumpulkan informasi, mahasiswa harus belajar bagaimana agar memiliki kekuatan membaca. Membaca cepat adalah sebuah teknik membaca yang dirancang untuk meningkatkan konsentrasi saat membaca dengan pemahaman Khoo, 2008. Kebiasaan membaca cepat sangat besar manfaatnya bagi seorang pembaca. Dengan bidang pengetahuan manusia yang berkembang pesat, muncul tuntutan untuk banyak dan lebih banyak membaca dalam waktu semakin pendek Ahuja Universitas Sumatera Utara dan Ahuja, 2007. Menurut para ahli pengajaran, teknik membaca cepat merupakan salah satu teknik pengajaran yang dapat membuat mahasiswa lebih cepat memahami teks yang dibaca dan dapat mengurangi kesalahan. Hal senada juga dikemukakan oleh Mikulecky dan Jeffries dalam Marhamah, 2004: “Reading faster helps you understand more. This may seem surprising to you, but infact, your brain works better when you read faster. If you read slowly, you read one word at a time, and you must remember many separate words. Soon you get tired or bored.” Nurhadi 1987 mengemukakan bahwa membaca cepat artinya membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya. Mendukung pernyataan tersebut, Soedarso 2010 mengemukakan bahwa dalam membaca cepat terkandung di dalamnya pemahaman yang cepat pula. Theodore Roosevelt membaca tiga buku dalam sehari selama di Gedung Putih. John F. Kennedy mempunyai kecepatan membaca 1.000 kpm kata per menit. Sementara Jimmy Carter, Indira Gandhi, Marshal Mc. Luhan, dan Burt Lancaster hanyalah sedikit dari nama-nama terkenal yang mengakui manfaat membaca cepat bagi kemajuan karier mereka Soedarso, 2010. Banyak orang menghindari membaca cepat karena berpikir akan mengurangi kemampuan konsentrasi, serta mengurangi pemahaman tentang hal- hal yang dibaca. Pada kenyataannya, alasan konsentrasi yang buruk adalah karena membaca terlalu lambat. Kurangnya konsentrasi adalah akibat membayangkan dan memikirkan hal lain. Hal itu terjadi terutama pada otak kanan karena otak tidak sepenuhnya digunakan dan menjadi bosan. Penelitian menunjukkan, mata dan otak mempunyai kemampuan untuk menyerap lebih dari 20.000 kata per Universitas Sumatera Utara menit, tetapi kebanyakan orang membaca hanya dengan kecepatan 200 kata per menit, kurang dari satu persen kemampuan manusia sebenarnya Khoo, 2008. Membaca pada kecepatan sangat tinggi bernilai kurang jika tidak memahami apa yang dibaca. Di sisi lain, membaca dengan tingkat pemahaman tinggi tanpa hirau pada waktu yang digunakan juga kurang bermanfaat. Sedikit yang akan memperselisihkan fakta bahwa pemahaman adalah faktor penting, jika bukan pokok, dalam membaca. Membaca tanpa pemahaman sama artinya dengan tidak membaca. Tetapi ironisnya, membaca dengan pemahaman kurang diperhatikan dan kurang dipahami oleh para peneliti bahkan hingga kini Ahuja dan Ahuja, 2007. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik dan berpikir perlu melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh pelatihan membaca cepat terhadap pemahaman bacaan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen pretest-posttest control group design dengan satu macam perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah pelatihan membaca cepat dan kemudian dilihat dengan menggunakan alat ukur bagaimana pengaruhnya terhadap pemahaman bacaan.

G. Rumusan Masalah