Gambaran Penghayatan Kesetiaan Para Suster Medior SSpS

hidup sebagai religius, berkat cintanya yang tanpa pamrih dan kesetiaannya pada panggilannya. Setiap Kongregasi harus terus menerus merenungkan kharisma pendirinya. Dengan melihat akar-akarnya sendiri, akan muncul secara baru sumber kehidupan rohani. Serikat para Suster Misi Abdi Roh Kudus SSpS dan para Suster Adorasi Abadi SSpSAP dapat membarui diri dan menentukan tugasnya ditengah zaman kita secara lebih tepat dengan menengok kembali kharisma Maria Helena. Melalui pendalaman biografinya kita dapat menemukan secara baru apa yang sesungguhnya menopang kita dan dari sumber mana para Suster hidup, agar dapat memberi jawaban yang tepat atas tuntutan zaman. Dengan mendengar suara Allah dalam hatinya sendiri dan melalui cintanya yang hidup dari karunia Roh Kudus, Maria Helena telah meletakkan sebuah dasar di atasnya tidak cuma serikat para Suster SSpS dan para Suster SSpSAP dapat membangun spiritualitasnya, melainkan semua orang yang bersedia mendalami riwayat hidup wanita menarik ini Grün, 1852-1900: 66. Dari hasil observasi dan pengalaman pribadi, penulis akan menguraikan dalam bagian ini: macam-macam kegiatan para Suster Medior SSpS dan penghayatan spiritualitas Maria Helena oleh para Suster Medior SSpS. 1. Macam-macam Kegiatan para Suster Medior SSpS Kehidupan para Suster Medior SSpS sama sekali tidak terlepas dari kegiatan rohani, jasmani dan kegiatan sosial yang mendukung hidup panggilan dan tugas perutusan yang dipercayakan Kongregasi kepada mereka. Di sini penulis akan menguraikan kegiatan-kegiatan tersebut dalam tiga bagian seperti kegiatan rohani, kegiatan komunitas, dan kegiatan sosial sebagai berikut: a. Kegiatan Rohani Kegiatan rohani merupakan kegiatan yang mengarahkan manusia untuk semakin dekat pada Allah. Para Suster Medior SSpS dalam menjalankan tugas prutusan yang dipercayakan Kongregasi kepada mereka selalu berusaha untuk mendekatkan diri pada Allah dengan berbagai kegiatan rohani. Kegiatan rohani tersebut seperti: 1 Ekaristi St Arnoldus Janssen adalah seorang pribadi yang mencintai karisti. Tidak ada hari yang dilaluinya tanpa berlutut di depan Sakramen Mahakudus. Para Suster SSpS meneladani apa yang dicontohkan St Arnoldus Janssen. Bagi mereka Ekarisit memperdalam persatuan hidup dengan Kristus dan menjadi sumber kekudusan apostolik serta tanda persatuan yang ampuh, karena itu mereka mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi setiap hari dan bila tidak memungkinkan untuk diadakan perayaan Ekaristi maka diadakan ibadat sabda disertai komuni kudus. Penyembahan Sakramen Mahakudus mendapat tempat dalam doa pribadi dan komunitas sehingga pentahtaan Sakramen Mahakudus dalam komunitas SSpS minimal dua kali dalam sebulan Konst. 402-402.1. 2 Penghormatan kepada Roh Kudus Sebagai Abdi Roh Kudus para Suster SSpS memuliakan dan mencintai Roh Kudus secara istimewa. Setiap hari para Suster SSpS memuji Allah Roh Kudus dengan menyerukan doa “Veni Creator Spiritus” pada pagi hari dan “Veni Sancte Spiritus” pada siang hari dan sore hari memohon bantuan-Nya untuk Gereja dan karya missioner-Nya dengan berdoa mohon ketujuh karunia Roh Kudus Konst. 405.3. Salah satu tradisi yang tetap dipertahankan oleh Kongregasi SSpS sampai saat ini adalah pembaharuan penyerahan diri kepada Roh Kudus pada Senin ketiga dalam bulan Konst. 405.2. Hari raya Pentakosta menjadi pesta titular Kongregasi. Titular artinya pribadi Ilahi “Roh Kudus” yang kepadanya Kongregasi dipersembahkan sehingga Titular adalah pelindung dari Kongregasi yang menggunakan nama itu. Karena itu Pentakosta menjadi pesta utama Kongregasi SSpS Konst. 405.1. 3 Penghormatan kepada Hati Kudus Penghormatan kepada Hati Kudus merupakan ungkapan cinta, kekudusan dan semangat apostolik. Ungkapan penghormatan kepada Hati Kudus dilakukan oleh para Suster dengan melakukan adorasi atau biasa disebut acara “jam silih” pada setiap hari Jumat khususnya Jumat pertama dalam bulan, pada pesta Hati Kudus Yesus, hari Kamis menjelang Jumat pertama dan malam menjelang pesta Hati Kudus Yesus dan selama bulan Juni Konst. 406-406.1. 4 Penghormatan kepada Bunda Maria Kongregasi SSpS menghormati Bunda Maria sebagai pelindung utama Kongregasi, karena itu Kongregasi SSpS secara istimewa merayakan pesta-pesta Bunda Maria yakni: hari raya Bunda Maria Allah 1 Januari, Maria menerima kabar dari Malaekat Tuhan 25 Maret, Maria diangkat ke Surga 15 Agustus, Kelahiran St Maria 8 September, Maria dikandung tanpa noda 8 Desember dan Maria ratu para imam pada setiap Sabtu pertama dalam bulan Manuale provinsi SSpS Jawa, 1999:28. 5 Penghormatan kepada Allah Tritunggal Para Suster hendaknya hidup sadar dihadirat Allah Tritunggal Mahakudus, dalam arti hidup aktif dan dinamis menuju kepada kepenuhan dan kesempurnaan hidup. Karena itu, sebagai pelayan cinta-Nya para Suster SSpS harus belajar untuk melihat dimana Allah berkarya dalam diri dan sekitarnya, peka terhadap karya-Nya kemudian melaksanakan kehendak-Nya Konst. 404. Hari raya Tritunggal dirayakan sebagai pesta utama Kongregasi SSpS Konst. 404. Ada satu tradisi doa yang membantu para Suster untuk hidup di hadirat Allah yakni Doa seperempat jam atau doa suku jam, yang berbunyi “ Allah, Engkaulah kebenaran abadi. Kami percaya kepada-Mu. Allah, Engkaulah kekuatan dan selamat kami. Kami harap pada-Mu. Allah, Engkaulah kebaikan tak terhingga. Kami kasihi Dikau dengan segenap hati. Engkau mengutus Sabda Penyelamat Dunia. Jadikanlah kami semua bersatu di dalam-Nya. Curahkanlah Roh Putera-Mu kepada kami. Supaya nama- Mu kami muliakan. Amin”. Doa ini diucapkan setiap seperempat jam pada kapan dan dimana saja para Suster berkarya Konst. 404.2. 6 Membaca Kitab Suci setiap hari Kitab Suci menjadi sumber hidup rohani yang tak kunjung kering. Karena itu setiap anggota Kongregasi dianjurkan untuk membaca Kitab Suci setiap hari sebagai cara atau sarana yang dapat memperkaya dan memperdalam hidup rohani mereka. Sharing Kitab Suci dilakukan para Suster tiap Minggu pada hari yang telah disepakati bersama dalam komunitas Konst. 409. 7 Doa batin Hidup religius kita didukung oleh doa batin Konst. 411. Doa batin yang dimaksud adalah meditasi dan kontemplasi. Meditasi adalah merenung, menalari, menggali dan menganalisis kebenaran atau menggali dan menganalisis Sabda Tuhan sampai pesannya meresap ke dalam hidup dan hati kita, lalu ini diungkapkan dalam doa Rochadi Widagdo, 2003:48. Kontemplasi adalah doa tanpa kata dan tanpa pikiran. Dalam latihan rohani kata kontemplasi memiliki makna memandang suatu objek imajinasi yang konkret: melihat pribadi-pribadi dalam Injil seakan-akan mereka sungguh hadir, mendengarkan apa yang sedang dikatakannya, berelasi dan menanggapi kata-kata dan tindakannya Keating, 2004: 35. Pusat dan fokus kontemplasi adalah Yesus. Dengan doa batin diharapkan para Suster mengetahui betapa Tuhan mencintai dan menerima dirinya, dan semakin berkembang hidup rohaninya. Meditasi harian bagi para Suster SSpS sekurang-kurangnya setengah jam Konst. 411, selain meditasi para Suster juga menggunakan satu jam setiap hari untuk berdoa pribadi dan bacaan rohani Konst. 411.1. 8 Doa Rosario Dalam doa Rosario para Suster merenungkan misteri penyelamatan manusia oleh Yesus, Putera Maria. Karena itu diharapkan agar setiap Suster mendoakan doa Rosario pada setiap hari dan doa Rosario bersama dalam bulan Rosario yakni bulan Mei dan Oktober yang diatur oleh komunitas Manuale prov. SSpS Jawa, 1999:28. 9 Menciptakan ketenangan Untuk menciptakan persatuan yang mesra dengan Allah para Suster SSpS senantiasa mengusahakan ketenangan yang mencakup seluruh pribadi sebagai persiapan untuk berdoa, meditasi dan keterbukaan untuk menerima bisikan dan karya Allah Konst. 413. Karena itu para Suster senantiasa melakukan silentium pada hari Sabtu malam untuk persiapan hari Minggu dan ketenangan sesudah makan. Selain itu ada juga tempat-tempat yang dijadikan klausura seperti ruang doa dan kamar pribadi Manuale prov. SSpS Jawa, 1999:29-30. 10 Doa offisi Gereja Doa Offisi merupakan doa wajib bagi seorang religius sesuai yang ada dalam KHK 1174. Kongregasi SSpS sebagai tarekat religius menjadikan doa offisi sebagai doa bersama dan utama Kongregasi. Bagi para Suster dengan mendoakan doa offisi mereka menggabungkan diri bersama seluruh Gereja berdoa dan membawa sembah sujud, pujian, syukur dan permohonan kepada Allah Konst. 410. Para Suster mendoakan bersama doa offisi, Laudes dan Vesperae pada pagi dan sore hari atau doa-doa lain untuk pengudusan seluruh hari Konst. 410.1. 11 Pembaharuan yang terus menerus dalam Tuhan Para Suster SSpS melakukan pembaharuan diri melalui: pertama, pemeriksaan batin harian, untuk meninjau kembali perjalanan setengah hari atau satu hari yang berlalu, bisa pada siang dan malam hari ketika ibadat penutup atau sebelum tidur malam. Kedua, rekoleksi merupakan saat untuk mengumpulkan kembali pengalaman yang telah dilalui dalam terang Kitab Suci, dengan demikian pengalaman itu menjadi kekuatan bagi langkah selanjutnya. Ketiga, retret adalah suatu kesempatan untuk sejenak mundur meninggalkan segala kesibukan dan untuk sejenak bersama Allah secara khusus dalam keheningan Konst. 414-414.4. selain itu para Suster SSpS mengadakan pembaharuan komunitas menjelang hari raya Natal, Paskah dan pesta komunitaspesta family. Acara pembaharuan komunitas dipimpin oleh Suster yang bertugas. Untuk susunan acara pembaharuan tergantung dari kreatifitas Suster yang memimpin, dengan tidak melupakan inti dari acara tersebut yakni mengakui kelemahan diri di hadapan Tuhan dan seluruh anggota komunitas dan berniat untuk memperbaharuinya. Jadi hidup rohani pendiri dan Co-pendiri sangatlah berpengaruh pada hidup rohani puteri-puteri penerus Kongregasi. Hidup rohani pendiri dan Co- pendiri Kongregasi menjadi sumber kekayaan rohani Kongregasi. Kongregasi SSpS harus bersyukur karena memiliki begitu banyak kekayaan rohani yang diwariskan oleh pendiri dan Co-pendiri kepada mereka. Dengan warisan rohani dari bapa pendiri dan Co-Pendiri diharapakan membantu para Suster untuk meningkatkan kesetiaan hidup rohani dan membiara mereka. Kegiatan-kegiatan rohani tersebut di atas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup para Suster SSpS. Hal ini tampak dari kerinduan para Suster studi untuk senantiasa hidup dihadirat Allah melalui berbagai kegiatan rohani tersebut. Mereka menyediakan waktu, seluruh hati dan keberadaan diri untuk berada selalu bersama Tuhan, karena menyadari bahwa tujuan hidup ini adalah mendekatkan diri pada Tuhan, percaya dan mengasihi-Nya, bukan menyibukkan diri dengan kegiatan lainnya. Dari berbagai kegiatan rohani tersebut yang mendapat perhatian utama adalah perayaan Ekaristi, karena Ekaristi merupakan sumber dan pusat hidup komunitas. Sebagai sumber hidup komunitas, Ekaristi mengalirkan rahmat yang dibutuhkan para Suster Medior untuk menjalani hidup dan panggilan mereka sebagai biarawati. b. Kegiatan Komunitas Komunitas adalah hidup bersama yang ditandai oleh kesiapsediaan untuk saling mendukung dan kritis terhadap diri sendiri. Komunitas bukan hanya sarana untuk mencapai damai, namun sekaligus juga menjadi tempat di mana damai yang kita cari sungguh-sungguh dialami Nouwen, 2007:132. Para Suster Medior SSpS dalam hidup bersama di komunitas menyatakan kesiapsediaan mereka untuk saling mendukung dan bersikap kritis dengan berusaha terlibat dan aktif dalam berbagai kegiatan komunitas: 1 Pertemuan Komunitas Pertemuan komunitas diadakan para Suster tiap Minggu pada hari yang telah disepakati bersama dalam komunitas. Topik pembicaraan bervariasi: bacaan rohani, membaca surat-surat dari pemimpin general atau provinsi maupun evaluasi komunitas. Pertemuan dilaksanakan selama ± 30 menit, namun terkadang disesuaikan dengan kebutuhan komunitas saat itu. 2 Makan bersama Para Suster mengadakan makan bersama secara komunitas pada setiap malam, namun ada pula yang mengadakan makan bersama pagi, siang dan malam, dan ada juga yang mengadakan pagi dan malam, masing-masing komunitas mengatur jadwal sesuai dengan keadaan setempat. Hari Minggu menjadi hari keluarga sebagai satu komunitas sehingga waktu sepenuhnya pagi, siang, malam diadakan makan bersama. Para Suster mengawali makan bersama dengan berdoa dan membaca Konstitusi Kongregasi SSpS khususnya pada malam hari. 3 Rekreasi Bersama Para Suster mengadakan rekreasi bersama setiap hari selama satu jam setelah makan malam kecuali pada hari yang yang telah disepakati sebagai hari privatim dan untuk berdoa Rosario. c. Kegiatan Sosial Sebagai Suster Medior SSpS yang tinggal ditengah masyarakat yang majemuk karena itu mereka juga bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya. Mereka melaksanakan kegiatan tersebut sebagai bentuk dari kepedulian mereka akan realitas hidup dalam masyarakat seperti: kunjungan keluarga. Kunjungan keluarga ini sekaligus silahturahmi pada moment-moment tertentu seperti Natal, Tahun Baru, Paskah, dan Idulfitri. Kunjungan ini bukan hanya kunjungan bagi yang seiman tetapi juga bagi non Katolik untuk mempererat hubungan kekeluargaan di lingkungan dan masyarakat sekitar 2. Penghayatan Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk Dengan melihat akar-akar Pendiri dan Co-Pendiri SSpS akan muncul secara baru sumber kehidupan rohani. Kongregasi SSpS dan SSpSAP dapat membaharui diri dan menentukan tugasnya di tengah zaman ini secara lebih tepat dengan menengok kembali charisma Maria Helena Stollenwerk. Lewat pendalaman biografinya Kongregasi SSpS dan SSpSAP dapat menemukan secara baru apa yang sesungguhnya menopang Kongregasi SSpS dan SSpSAP dan dari sumber mana mereka hidup, agar dapat memberi jawaban yang tepat atas tuntutan zaman. Dengan mendengarkan suara Allah dalam hatinya sendiri dan melalui cintanya yang hidup dari karunia Roh Kudus, Beata Maria Helena Stollenwerk telah meletakkan sebuah dasar diatasnya tidak cuma Kongregasi SSpS dan SSpSAP dapat membangun dan menghayati spiritualitasnya, melainkan semua orang yang bersedia mendalami dan menghayati riwayat hidup wanita menarik ini Grün, 1852-1900: 67. Demikian juga panggilan untuk pelayanan missioner dan kesalehan Ekaristi menjadi kesatuan yang mendalam. Semakin ia bertumbuh ke dalam panggilan misionernya, semakin mendalam cintanya terhadap Ekaristi. Demikian juga, devosi Ekaristinya merupakan sumber kekuatan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghadang di jalan panggilan misionernya dan kemudian devosi itu membuatnya mampu memenuhi tugas pribadi dalam pelayanan misi universal Stegmaier, 1852-1900: 6. Tiga sikap yang sangat menentukan dalam menghayati spiritualitas Beata Helena Stollenwerk yaitu: a. Mendengarkan Allah Mengembangkan sebuah sikap untuk menangkap apa yang dikehendaki Allah dari diri kita. Percaya bahwa Allah bukanlah Allah yang jauh, melainkan Allah yang berbicara kepada kita. Contoh: Maria Helena melihat karya Allah dalam minatnya yang besar akan berita-berita di dalam laporan tahunan perkumpulan Kanak-Kanak Yesus. Allah sendirilah yang membuatnya tertarik pada misi Cina dan hendak memanggilnya untuk karya misi. Apabila dia membaca tentang anak-anak di Cina, maka dia selalu merasa sangat terkesan, kerinduannya kian bernyala. Di dalam perasaan tertarik dan rindu, perasaan terkesan dan tersentuh karena penderitaa anak-anak di Cina, dia mendengar suara Kristus sendiri yang berkata kepadanya “Mari, ikutilah Aku” dia percaya pada perasaannya bahwa di sini Allah sendiri bekerja. Hal ini tidak hanya mencerminkan kedekatannya dengan Allah, melainkan juga mengungkapkan kepercayaan dirinya sendiri, kepercayaan yang sangat kokoh pada perasaan dan bisikan hatinya. Dia bersedia belajar mendengar dari Allah sampai dia sendiri merasa pasti, apa yang sesungguhnya dikehendaki Allah darinya bahwa dia tidak menghendaki karyanya melainkan hatinya. b. Doa kepada Allah Bagi Maria Helena doa adalah penyembahan. Karena di dalam penyembahan kita berlutut di depan Allah karena Dia adalah Allah. Di sini yang penting bukanlah kita dan persoalan kita, tapi kita berusaha untuk melupakan diri sendiri, agar sepenuhnya berada di hadirat-Nya. Maria Helena sangat bahagia hidup bersama Kristus di bawah satu atap. Ini merupakan bentuk doa dan bentuk hidupnya. Doa telah mengubah dirinya sendiri dan telah menciptakan dunia sekitarnya menjadi sebuah suasana yang baik. Lewat doa kita mewakili orang- orang lain yang tidak mempunyai cukup waktu untuk berdoa dan mereka yang tidak dapat berdoa lagi karena mereka tidak dapat berbicara lagi di depan Allah. Hal ini merupakan tugas yang amat penting bagi biarawanwati. Sebuah komunitas yang menghadirkan seluruh jagad di depan Allah pada kesempatan doa brevirnya, akan dapat menentukan prioritas untuk aktivitasnya, yang pasti bermakna untuk seluruh dunia. Dari doa yang intensif untuk dunia akan muncul gagasan untuk karya yang membawa berkat bagi dunia. c. Perjuangan dengan Allah Sebagai orang modern kita mungkin tidak dapat lagi memahami kesetiaan serupa yang di lakukan oleh Maria Helena. Di mana sejak kecil dia sudah merasakan panggilannya untuk melayani anak-anak di Cina sebagai misionaris. Dia tetap setia pada panggilannya ini. Duapuluh tahun lamanya tetap setia, kendati secara lahiriah tak ada sesuatu pun yang mendukung kesetiaan itu, hal ini tak lain dari tanda iman yang dalam. Maria Helena percaya pada Tuhan bahwa Tuhan tidak akan membiarkannya gagal, dia percaya bahwa Tuhan pun tetap setia kepadanya. Didukung oleh kesetiaan Tuhan itu dia dapat setia kepada panggilannya dan dirinya sendiri. Kesetiaan merupakan ungkapan hubungannya dengan Allah. Maria Helena tidak setia kepada prinsip-prinsipnya, tetapi kepada hubungannya dengan Allah yang sudah dipeliharanya sejak kecil. Dia setia kepada Allah karena dia yakin akan kesetiaan-Nya kepadanya. Sebagai seorang biarawanwati Medior jatuh cinta, mereka hampir tidak lagi bertanya, apakah mereka mau tetap setia pada jalannya atau tidak. Yang mereka tanyakan adalah bagaimana mereka dapat hidup baik dan jujur hari ini. Tetapi bagaimanapun kesetiaan adalah suatu unsur penting dalam perwujudan diri manusia. Karena di dalam kesetiaan terdapat kerinduan agar hidup kita mendapat kepenuhan, dapat mengatasi semua pertentangan, pemisahan dan pembagian waktu serta pengalaman, bahwa di dalam diri kita ada sesuatu yang mangatasi waktu, sesuatu yang abadi. Lewat kesetiaan kepada panggilannya Maria Helena berhasil menemukan kesatuan hidup dan dirinya. Dia tidak terpecah dalam banyak penampilan dan peran dalam banyak pengalaman yang dibuatnya. Dalam kesetiaan kepada Allah yang memanggilnya dia dapat menemukan jati dirinya, dapat menemukan gambar yang telah dibuat Allah untuknya, gambar yang asli dan benar. Kesetiaan kepada panggilan yang dirasakan oleh setiap orang dapat juga menjadi sumber kekuatan untuk kita semua. Sebaliknya keraguan, apakah Allah sungguh memanggil kita, akan melumpuhkan dan menghalangi kita untuk mengembangkan bakat dan kemampuan kita Grün, 1852-1900: 68-76.

B. Penelitian Penghayatan Spiritualitas Para Suster Medior Untuk

Meningkatkan Kesetiaan Hidup Membiara 1. Desain Penelitian a. Latar belakang penelitian Dalam bab I penulis menguraikan bahwa para Suster Medior SSpS menanggapi panggilan Tuhan dengan berani dan rela untuk mewartakan kabar gembira dengan cara melayani dalam berbagai bidang karya kerasulan. Suster Medior SSpS melaksanakan karya-karya kerasulan sebagai bukti tanda kehadiran Allah yang mendamaikan, membebaskan dan mempersatukan. Mereka memiliki tugas utama mewartakan kerajaan Allah melalui berbagai karya misi Kongregasi. Karya misi ini akan menjadi maksimal dan berbuah bila setiap anggota mendapat kesempatan untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan ketrampilan sesuai kebutuhan Kongregasi dan dunia. Suster Medior adalah Suster yang mendapat kepercayaan dari Kongregasi untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan ketrampilan dimana mereka diutus. Secara ke dalam, secara rohaniah, komunitas dibentuk oleh semangat mencari Allah dan cinta persaudaraan. Mereka dipanggil untuk terlibat dalam berbagai karya kerasulan Kongregasi. Dalam segala hal mereka adalah suster-suster yang setia, berjiwa muda, penuh semangat, bertanggungjawab, kreatif, dan dapat mengambil keputusan, diharapkan agar dengan apa yang telah mereka miliki itu tidak terbatas pada intelektual saja, artinya karena mereka dipercaya menjalankan tugas perutusannya maka Suster Medior tidak hanya mengutamakan kerjakarya saja tanpa mempedulikan lainnya. Suster Medior perlu hidup dalam semangat kegembiraan, bertanggungjawab, kreatif juga dalam meningkatkan kesetiaannya melalui doa, refleksi, disermen, meditasi-kontemplasi, rekoleksi, retret, terutama adalah penghayatan terhadap Spiritualitas Maria Helena Stollenwerk. Mereka perlu mengintegrasikan hidup karya dan hidup rohani agar tidak terjadi kepincangan dan mereka pun tetap kuat dan setia dalam panggilan membiara dan tidak mudah terseret dalam arus globalisasi. Suster Medior menjalani tugas perutusan diberbagai bidang karya kerasulan yang dipercayakan Kongregasi dengan setia, tekun, tanggungjawab dan gembira berkat kekuatan yang mereka terima melalui pendalaman spiritualitas Helena Stollenwerk dan Ekaristi dan berbagai kegiatan rohani lainnya seperti: meditasi, kontemplasi, refleksi, rekoleksi, retret, doa harian bersama, bacaan tata biara dan bacaan-bacaan rohani lainnya. Tidak dapat dipungkiri sampai saat ini memang ada para Suster Medior yang sungguh menghayati Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk dan menjadikan Spiritualitas sebagai kekuatan dalam menjalani panggilannya sebagai seorang religius, tetapi juga ada yang merasa biasa-biasa saja, kurang semangat, bahkan mengantuk sehingga tidak secara penuh terlibat aktif terhadap pendalaman dan penghayatan Spiritualitas, sehingga ia menghayati spiritualitas karena rutinitas saja. Keprihatinan di atas menggerakkan penulis untuk melakukan penelitian ini. Penulis ingin mengetahui sejauhmana Suster Medior SSpS memahami spiritualitas Maria Helena Stollenwerk untuk meningkatkan kesetiaan hidup membiara dan usaha yang perlu dilakukan dalam menghayati spiritualitas Maria Helena Stollenwerk untuk meningkatkan kesetiaan hidup membiara. b. Tujuan penelitian 1 Mengetahui sejauhmana Suster Medior SSpS telah memahami spiritualitas Maria Helena Stollenwerk. 2 Mengetahui bagaimana Suster Medior SSpS menjalankan kehidupan membiara. 3 Mengetahui sejauhmana Suster Medior SSpS telah mendalami dan menghayati spiritualitas Maria Helena Stollenwerk. 4 Mengetahui suster mewujudkan buah dari spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk dalam hidup sehari-hari 5 Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dialami Suster Medior SSpS dalam menghayati spiritualitas Maria Helena Stollenwerk. 6 Mengetahui usaha-usaha macam apa yang perlu dilakuakn oleh Suster Medior SSpS untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas Maria Helena Stollenwerk untuk meningkatkan kesetiaan hidup membiara. c. Jenis penelitian Penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulislisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diminati Moleong, 1988:3. Jenis penelitian ini mampu menangkap berbagai informasi karena dilakukan secara intensif, penulis peneliti ikut berpartisipasi langsung di lapangan, mencatat data-data yang ditemukan dan membuat laporan penelitian secara mendetail Sugiyono, 2012: 10.