Alasan Katekese Digunakan sebagai Usaha Meningkatkan Penghayatan

maupun bersama mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai Kerajaan Allah Sumarno, 2012: 14. Shared Christian Praxis merupakan salah satu dari model katekese pengalaman hidup. Bagi penulis model Shared Christian Praxis sangat cocok dengan pembahasan tentang penghayatan para Suster Medior SSpS dalam meningkatkan kesetiaan hidup membiara. Model katekese ini lebih mengangkat pengalaman hidup peserta. Peserta dilibatkan secara aktif untuk membagikan pengalaman hidupnya, kemudian diajak berefleksi untuk menemukan suatu aksi konkrit sebagai wujud dari perubahan sikapnya. Dalam realitas hidup setiap hari para Suster medior telah menghayati spiritualitas Maria Helena dengan terlibat dalam berbagai kegiatan dalam komunitas maupun kegiatan yang ditawarkan oleh gereja. Mereka melakukannya dengan penuh kesadaran bahwa Suster Medior baik yang berkarya atau sebagai kepala bagian maupun yang studi bukan karena pandai dalam intelektual semata yang harus dikembangkan namun kehidupan rohani dan sosial juga sangat perlu mendapat perhatian sehingga tidak terjadi kepincangan dalam menjalani panggilan sebagai seorang religius. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kadang ada beberapa dari Suster Medior mengikuti kegiatan tersebut tidak dengan segenap hati sehingga tidak mengherankan akan terjadi berbagai alasan yang dapat mereka berikan sebagai salah satu cara untuk menolak dalam kegiatan tersebut. Ada juga yang kurang menghayati spiritualitas Beata Maria Helena sebagai semangat, kekuatan dan kebutuhan rohani yang mereka rindukan dalam menjawab panggilan Tuhan. Contoh konkret yakni ketika mengikuti kegiatan seminar, pendalaman, retret AJS terkadang ada Suster yang mengantuk, merasa bosan, malas. Melalui Shared Christian Praxis para Suster Medior diajak untuk mengubah hidupnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan melakukan aksi konkrit yang ditemukan dalam refleksi atas kehidupannya. Shared Christian Praxis adalah sebagai model katekese yang kontekstual mampu menemukan pergulatan hidup para Suster Medior dengan kekayaan iman Gereja, sehingga selain iman dan hidup rohani para Suster semakin ditumbuh kembangkan, para Suster Medior SSpS juga menemukan kekuatan, semangat serta usaha hidup jauh lebih baik lagi dan mereka juga lebih termotivasi dalam hidup berkomunitas, menggereja dan masyarakat. Sumarno 2012 memberikan ringkasan tentang langkah-langkah pokok katekese model Shared Christian Praxis yaitu: 1. Langkah 1: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta Dalam langkah pertama ini pendamping berperan sebagai fasilitator yang menciptakan suasana pertemuan yang hangat, penuh persaudaraan agar peserta mau berbagi praxis hidupnya berkaitan dengan tema dasar. Langkah pertama ini lebih menekankan pada pengungkapan pengalaman hidup faktual dari peserta dengan melakukan sharing iman. 2. Langkah 2: Refleksi Kritis atas sharing Pengalaman Hidup Faktual mendalami pengalaman hidup peserta Langkah dua 2 ini merupakan saat untuk memperdalam refleksi atas pengalaman yang telah disharingkan pada langkah 1. Dengan refleksi diharapkan peserta katekese menemukan kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakannya. 3. Langkah 3 : Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih terjangkau Menggali Pengalaman Hidup Kristiani Inti dari langkah 3 adalah mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih terjangkau, lebih dekat dan relevan bagi peserta pada zaman sekarang. Pendamping katekese memberikan perikop bacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja yang dipilih sesuai dengan tema katekese kemudian memulai pengajarannya. Dalam langkah 3 ini pendamping katekese memiliki peran pokok karena membantu peserta untuk mengaitkan pengalaman hidup sehari-hari dengan Tradisi dan Visi Kristiani Sabda Allah. 4. Langkah 4 : Menerapkan Iman Kristiani Dalam Situasi Peserta Langkah 4 ini mengajak peserta supaya dapat meneguhkan, mempertanyakan, memperkembangkan dan menyempurnakan pokok-pokok penting yang telah mereka temukan pada langkah pertama dan kedua. Pokok- pokok penting itu dikonfirmasikan dengan hasil interpretasi Tradisi dan Visi Kristiani dari langkah ketiga. Melalui proses konfrontasi peserta diharapkan menemukan kesadaran baru atau sikap yang baru yang hendak mereka wujudnyatakan dalam hidup selanjutnya, sehingga nilai Kerajaan Allah semakin dapat dirasakan ditengah-tengah kehidupan bersama. 5. Langkah 5 : Keterlibatan baru demi terwujudnya Kerajaan Allah di dunia ini Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit Langkah 5 ini merupakan langkah terakhir yang bertujuan mendorong peserta katekese supaya sampai pada keputusan konkrit bagaimana menghadapi iman Kristiani pada konteks hidup yang telah dianalisis dan dipahami, direfleksikan secara kritis, dinilai secara kreatif dan bertanggungjawab. Inilah tanggapan praktis peserta terhadap situasi konkrit mereka yang telah dikonfrontasikan dengan Tradisi dan nilai Kristiani. Keputusan konkrit dari langkah ini dipahami sebagai puncak dan buah dari metode ini. Tentu saja tanggapan peserta dipengaruhi oleh tema dasar yang sudah direfleksikan, nilai- nilai Kristiani yang diinternalisasi dan konteks kepentingan religius, politis dan ekonomis peserta. Dengan demikian, langkah kelima ini mengajak peserta untuk membuat aksi baru dalam hidupnya sesuai dengan niat atau visi peserta untuk mewujudkan nilai Kerajaan Allah bagi kehidupan sehari-hari.

C. Program Katekese

1. Pemikiran Dasar Program Katekese Berdasarkan hasil penelitian tentang penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena dalam meningkatkan kesetiaan hidup membiara para Suster Medior provinsi Jawa sudah menghayati spiritualitas tersebut dalam hidup mereka. Dalam setiap ada kegiatan mereka ikut terlibat baik kegiatan intern komunitas maupun kegiatan di luar komunitas. Dalam kegiatan intern para Suster Medior terlibat dalam kegiatan menjadi tim retret AJS, peserta seminar, pendalaman spiritualitas Beata Maria Helena, memimpin ibadat Triduum menjelang pesta Maria Helena atau Co-Pendiri, sharing Kitab Suci, pertemuan komunitas, doa bersama, Ekaristi, Adorasi atau Jam silih, dll. Berkaitan dengan keterlibatan kegiatan tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa kadang juga dari mereka kurang berpartisipasi dikarenakan bosan, mengantuk, malas. Padahal bagi mereka kegiatan tersebut sangat dibutuhkan dan sangat memberikan semangat dan kekuatan dalam menjawab panggilan dan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan yang dari luar komunitas dengan kesadaran bahwa seorang Suster Medior SSpS perlu terlibat dalam kegiatan hidup menggereja dan bermasyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa kadang mereka disibukkan dengan acara pribadi, sehingga ada juga dari mereka yang kurang terlibat dan kalau pun terlibat tidak dengan segenap hati atau pilih-pilih mana yang enak, menguntungkan bagi diri sendiri. Realitas tersebut merupakan suatu keprihatinan yang sedang terjadi dalam suatu komunitas. Menurut penulis Suster Medior SSpS perlu dibantu untuk mendalami penghayatan spiritualitas Maria Helena bagi setiap pribadi untuk memotivasi mereka agar semakin setia dalam penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena dalam hidup hariannya. Dengan demikian diharapkan para Suster Medior SSpS sebagai pewarta kabar gembira, dalam mejalankan tugas perutusan dan kepercayaan yang telah dipercayakan oleh Kongregasi tidak semata-mata mengejar kepandaian secara intelektual, popularitas namun mengembangkan juga hidup rohani dan sosialnya, sehingga ketiganya dapat bertumbuh dan berkembang secara benar. Penulis melihat bahwa program katekese model Shared Christian Praxis ini dikemas dalam bentuk rekoleksi yang dijalankan dalam empat kali rekoleksi bersama seluruh para Suster Medior provinsi Jawa. Penulis memberikan katekese model Shared Christian Praxis kepada para Suster Medior provinsi Jawa dalam bentuk rekoleksi. Alasannya, Pertama, penulis ingin membantu para Suster Medior untuk merefleksikan pengalaman penghayatan mereka dalam meningkatkan kesetiaan hidup membiara, dengan demikian mereka menemukan sikap dan kesadaran baru yang memotivasi mereka untuk membaharui diri menjadi lebih baik. Kedua, bagi penulis program rekoleksi ini cocok bagi para Suster Medior SSpS provinsi Jawa. Bersama program katekese model Shared Christian Praxis yang akan dibawakan dalam rekoleksi ini, maka setiap Suster Medior diajak untuk saling belajar, berhenti sejenak dari kesibukan-kesibukan, berefleksi dan saling berbagi pengalaman sehingga mereka dapat menjadi Suster yang bertumbuh dan berkembang secara utuh. Karena menjadi seorang biarawati jaman ini bukan hanya mengejar kepintaran intelektual dan emosional saja, akan tetapi hidup rohani sangat perlu diperhatikan sehingga bisa berdampak pada kehidupan sosial yang baik dengan orang lain. 2. Usulan Tema Katekese Penulis mengusulkan tema dalam program katekese model Shared Christian Praxis ini adalah Para Suster Medior semakin menghayati spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk dalam hidup setiap hari. Mengapa penulis mengusulkan tema tersebut di atas? Penulis menemukan bahwa selama ini para Suster Medior SSpS telah menghayati spiritualitas Maria Helena dalam hidup harian mereka. Di dalam kesibukan menjalankan tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan oleh Kongregasi mereka berusaha meluangkan waktu untuk terlibat dalam berbagai kegiatan dalam komunitas maupun hidup menggereja dan bermasyarakat. Kegiatan tersebut telah mereka jalankan dengan baik dan gembira.