Latar Belakang Masalah Penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk untuk meningkatkan kesetiaan hidup membiara para Suster Medior SSpS Provinsi Maria Bunda Allah Jawa.

tugas. Sedangkan, spiritualitas SSpS pada intinya terarah pada Misteri Allah Tritunggal dan secara istimewa kepada Pribadi Roh Kudus. Bagi St Arnoldus Janssen, Allah adalah di atas segala-galanya, satu dalam tiga pribadi, Ia adalah cinta kasih. Sebagai cinta kasih, Ia adalah Satu dan Tritunggal. Allah ini bukan Allah yang jauh, melainkan Allah yang dekat, yang senang berada dan berdiam diantara manusia. Cinta Allah Tritunggal datang kepada manusia dan tinggal dalam hati mereka melalui Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita bdk. Roma 5:5. Semua anggota Kongregasi hendaknya mencintai dan menghormati Roh Kudus secara istimewa. Para Suster Medior SSpS sungguh-sungguh menyadari akan Roh Kudus yang hadir dalam setiap peristiwa. Suster Medior SSpS secara perlahan-lahan mengambil peran sebagai perpanjangan tangan Maria Helena Stollenwerk. Karena sifat keibuannya, kesetiaannya, kerendahan hatinya, para Suster mampu menciptakan suasana kerohanian dan manusiawi bagi kaum pemudi yang bergabung dengan Kongregasi SSpS. Para Suster Medior SSpS berusaha agar di dalam komunitas semangat kasih persaudaraan dirasakan oleh setiap anggota komunitas. Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk ditandai oleh hati yang lapang, oleh kehangatan dan cinta, dan oleh pengalaman akan Allah dalam lubuk hati yang terdalam. Penghormatan terhadap Roh Kudus dan Penghormatan terhadap Hati Terkudus Yesus merupakan isi kehidupan rohani Beata Maria Helena Stollenwerk. Cinta Allah yang menyentuhnya dalam penghormatan Hati Terkudus adalah yang mencinta dan yang manusiawi, Allah yang menunjukkan kepada kita hati-Nya dalam diri Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang sangat dekat dengan kita dalam diri Putera-Nya, yang dipahami dan dapat dilihat. Dia adalah Allah yang dapat kita lukai. Cinta Allah tidak lagi luar biasa tak terjangkau. Cinta itu menunjukkan corak kemanusiaannya dalam hati Yesus yang ditembus tombak. Hati-Nya ditembusi tombak pada salib, supaya cinta-Nya yang mengalir meluap untuk semua orang. Cinta sejati selalu bisa hidup dengan serba penderitaan. Tak ada cinta sejati tanpa penderitaan. Dalam memandang hati Yesus yang tertombak, Beata Maria Helena dapat membiarkan perasaannya berbicara, perasaan cinta keibuannya, kerendahan hatinya dan kesetiaannya yang tanpa pamrih dan yang penuh pengorbanan. Dan di dalamnya dia pun dapat mengalami Allah yang ramah dan penuh kasih, yang dekat dan penuh kebaikan Grün, 1852- 1900: 39. Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk sangat dipengaruhi oleh ekaristi. Hal ini tampak pertama-tama dalam penghormatannya terhadap ekaristi dan penerimaan komuni setiap hari. Dengan menghayati spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk berarti juga bersatu dengan Allah dan dari pengalaman akan Allah di dalam batin secara pribadi setiap orang yang percaya dan memberi warna dan harapan pada-Nya memperoleh semangat, cinta, kekuatan, persaudaraan dalam melayani Tuhan dan sesama Grün, 1852-1900: 41. Cinta dan penghormatannya kepada Allah Tritunggal Mahakudus adalah unsur yang paling menonjol dalam spiritualitas Arnoldus Janssen sebagai pendiri Serikat Sabda Allah SVD. Herman auf der Heide, seorang yang paling dekat dan terpercaya oleh Arnoldus Janssen, ketika menulis dalam album Pesta Perak: Arnoldus Janssen tidak ingin mendirikan kongregasi Suster-suster sampai jari tangan Allah menjadi jelas. Dan jari tangan Bapa telah menunjukkan diri kepada Arnoldus Janssen pada waktu beliau menyerahkan dirinya secara total dan tak bersyarat kepada Allah pada tanggal 3 Oktober 1887. Penyerahan kepada Roh Kudus ini menandai masuknya Arnoldus Janssen dalam tahap ketiga dan terakhir dari perkembangan hidup rohaninya. Hal ini menjadi akar dari spiritualitas SSpS sebagai Kongregasi misi. Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk merupakan dasar bagi pengungkapan iman. Iman tidak hanya diungkapkan lewat doa-doa dan tindakan serta perbuatan setiap hari, tetapi yang diutamakan adalah hubungan dengan Allah dan pengalaman akan Allah di dalam batin sendiri Rehbein, 2000: 13. Para Suster Medior SSpS merupakan pilar Kongregasi. Semangat pelayanan, kesetiaan Beata Maria Helena menjadi semangat hidup para Suster Medior SSpS dalam setiap karya dan pelayanan mereka di mana dan ke manapun mereka diutus. Para Suster Medior SSpS berusaha untuk tetap setia dalam menghidupi spiritualitas dan semangat Beata Maria Helena, sehingga orang-orang yang mereka layani dapat merasakan kebaikan dan kasih Tuhan dalam hidup mereka. Orang-orang terpinggirkan dan tak berdaya yang mereka layani sungguh- sungguh merasakan kehadiran Tuhan. Kesaksian hidup mereka yang penuh dengan kegembiraan, keramahan, kelemahlembutan, kerendahan hati, kesetiaan dan pelayanan yang tulus. Para Suster ini sungguh menyadari bahwa mereka adalah utusan Tuhan sendiri, maka mereka selalu berusaha untuk menyadari bahwa pelayanan yang mereka lakukan hanyalah untuk Tuhan dan mereka juga sangat mengandalkan Tuhan dan tergantung akan penyertaan serta bimbingan Tuhan dalam hidup mereka. Pada zaman sekarang ini dengan perkembangan teknologi yang canggih, mengakibatkan tantangan baru bagi manusia yakni dengan menawarkan pilihan- pilihan yang cukup menarik. Akhirnya manusiapun terlena untuk memilih hidup serba instan, nyaman, dan praktis. Menghadapi tantangan zaman sekarang ini sangatlah sulit, akan tetapi panggilan sebagai religius haruslah tetap setia pada semangat para pendahulu khususnya pada semangat kesetiaan dan spiritualitas Maria Helena Stollenwerk. Menanggapi panggilan Tuhan berarti berani dan rela untuk mengabdi Tuhan sendiri dan menghadirkan-Nya dalam karya kerasulan. Maka para Suster Medior SSpS yang menjalankan karya kerasulan ini haruslah menyadari bahwa pelayanan yang mereka lakukan ialah untuk Tuhan sendiri, sehingga para Suster Medior ini selalu mengkhususkan Tuhan dalam hidupnya. Sebagai seorang religius, meskipun dalam kesibukan apapun harus berani mengambil waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan. Berkomunikasi dengan Tuhan berarti mengisi hidup rohani dan menimba kembali kekuatan dari Tuhan. Dengan demikian setiap tindakan, tutur kata dan perbuatan mereka menjadi cerminan dan pancaran kasih Tuhan sendiri. Penelitian ini bertujuan membantu ke arah pentingnya penghayatan terhadap spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk untuk semakin meningkatkan kesetiaan para Suster Medior SSpS dalam hidup membiara. Keprihatinan tampak dan ditemui dalam komunitas-komunitas karya atau studi yang juga ada para Suster Medior. Para Suster Medior lebih kerasan duduk berjam-jam di depan komputer atau laptop atau sibuk menangani masalah- masalah yang ada pada setiap karya atau untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya daripada duduk di depan tabernakel. Bahkan ada yang di depan komputer tetapi bukan untuk mengerjakan tugas yang dipercayakan padanya, melainkan internetan, fb-an, twiter dan itu dapat membuatnya asyik sendiri dan melupakan lainnya, sehingga tidak mengherankan bila ada yang sering terlambat dalam mengikuti doa di komunitas. Alasan ada tamu, pekerjaan belum selesai sering dijadikan alasan ketidakhadirannya dalam kebersamaan di komunitas. Padahal SSpS sebagai kongregasi misi memiliki kekhasan pada hidup bersama dalam komunitas. Selain itu, kesetiaan dalam hidup rohani dalam komunitas kurang begitu dimaknai oleh para Suster Medior sehingga setiap hari dalam mengikuti kegiatan di komunitas, para Suster Medior cenderung mengikutinya bukan karena kesadaran pribadi namun hanya sebagai rutinitas dan demi aturan harian yang berlaku serta tuntutan hidup bersama dalam sebuah komunitas. Dan kalaupun sempat untuk mengikuti kegiatan para Suster menjadi kurang konsentrasi dan inginnya cepat selesai supaya pergi dan melanjutkan tugasnya yang belum sempat terselesaikan. Dalam banyak hal secara perlahan para Suster mulai meninggalkan kebutuhan rohaninya. Kesetiaan dalam, doa, refleksi, makan bersama, rekreasi bersama dan sharing Kitab Suci menjadi kurang begitu diminati. Sebaliknya acara televisi seperti sinetron dan Kian Santan, Jodha, Mahabarata, Navya, yang terkenal dengan para pemainnya yang selalu menarik minat para Suster untuk terus mengikuti acara tersebut sampai selesai. Keprihatinan ini mengundang pertanyaan “Kapan ada waktu untuk mengisi diri dengan hal-hal rohani?” Para Suster sebagai pribadi yang dipercayai kongregasi untuk melaksanakan perutusan perlu mengintegrasikan antara hidup karya dan hidup rohaninya. Hidup rohani juga sangat penting bagi seorang religius terutama dalam zaman sekarang yang semakin banyak tantangan oleh berbagai persoalan hidup manusia. Apa artinya menjadi seorang religius yang hanya memiliki kekayaan pengetahuanintelektual sementara itu miskin dalam hidup rohaninya, sehingga sebagai religius perlu mengintegrasikan antara hidup karya dengan hidup rohani. Hidup rohani itu sendiri dapat membentuk seseorang menjadi pribadi yang kuat, tangguh dan dewasa dalam iman, sehingga alangkah baiknya bila para Suster Medior menyadari identitas diri dan panggilannya sebagai seorang religius yang dipecaya oleh kongregasi, dengan demikian mereka mampu membuat prioritas dalam hidup dan panggilannya. Hidup rohani dapat ditingkatkan melalui Ekaristi dan berbagai kegiatan rohani lainnya seperti: meditasi, kontemplasi, refleksi, rekoleksi, retret, doa harian bersama, bacaan tata biara dan bacaan- bacaan rohani lainnya. Seperti yang diteladankan oleh bapa Pendiri yaitu St Arnoldus Janssen dan Co-pendiri yakni Beata Maria Helena Stollenwerk dan Beata Yosepha Hendrina Stenmans, mereka adalah pribadi-pribadi yang setia, pendoa dan rendah hati. Arnoldus Janssen, dalam usaha mendirikan ketiga Kongregasi SVD, SSpS dan SSpS-AP, menjadikan Yesus yang hadir dalam Ekaristi sebagai sumber kekuatan dalam menghadapi setiap tantangan yang ia hadapi. Siang malam, ia berdoa tiada henti-hentinya di depan Sakramen Mahakudus karena ia mempercayai Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus akan membantunya dalam usaha pendirian ketiga Kongregasi tersebut. Begitu juga Co-pendiri: Beata Maria Helena dan Beata Hendrina, mereka menghormati dan berbakti kepada Ekaristi secara istimewa. Setiap hari, bila waktu mengizinkan mereka dapat berlutut lama di dalam kapela, penuh kesalehan. Penghormatan yang sama mereka nyatakan terhadap perayaan Misa Kudus setiap hari Stegmaier, 2000:31-32. Teladan hidup yang dicerminkan oleh Bapa Pendiri St Arnoldus Janssen dan kedua rekan pendiri yaitu Beata Maria Helena Stollenwerk dan Beata Yosepha Stenmans seharusnya menjadi teladan bagi para Suster Medior dalam menjalani panggilannya sebagai seorang religius medior di zaman yang serba canggih dan modern ini. Tidak dapat dipungkiri sampai saat ini memang ada para Suster Medior yang sungguh menghayati spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk dan menjadikan spiritualitas sebagai kekuatan dalam menjalani panggilannya sebagai seorang religius, tetapi juga ada yang merasa biasa-biasa saja terhadap penghayatan spiritualitas, sehingga ia menghayati spiritualitas karena rutinitas saja. Dari keprihatinan di atas penulis menemukan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan guna meningkatkan pemahaman para Suster Medior tentang spiritualitas Maria Helena Stollenwerk dan penghayatannya demi perkembangan hidup rohani dengan melaksanakan program katekese model Shared Christian Praxis . Isi rekoleksi bertolak dari realitas hidup para Suster yang direfleksikan dalam terang Sabda Allah dengan memakai dinamika yang disebut dinamika bunga teratai. Menurut penulis program rekoleksi ini sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman para Suster Medior tentang penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk dalam meningkatkan kesetiaan hidup membiara. Dengan melihat kenyataan di atas, maka penulis memilih judul skripsi: PENGHAYATAN SPIRITUALITAS BEATA MARIA HELENA STOLLENWERK UNTUK MENINGKATKAN KESETIAAN HIDUP MEMBIARA PARA SUSTER MEDIOR SSpS PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH JAWA. Melihat dan menemui situasi di atas, penulis terdorong dan berharap melalui pemaparan skripsi ini para Suster Medior semakin memahami dan menghayati Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk demi meningkatkan kesetiaan hidup membiara.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan Spiritualitas Beata Maria Helena Stolenwerk dan kesetiaan dalam hidup membiara? 2. Bagaimana penghayatan Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk dalam membantu para Suster Medior SSpS Provinsi Maria Bunda Allah untuk meningkatkan kesetiaan hidup membiara? 3. Usaha-usaha apa yang dilakukan para Suster Medior SSpS dalam penghayatan Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk untuk dapat meningkatkan kesetiaan hidup membiara

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah: 1. Menguraikan pengertian Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk dan kesetiaan para Suster Medior SSpS dalam hidup membiara? 2. Mengetahui bagaimana penghayatan Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk terhadap kesetiaan hidup membiara para Suster Medior SSpS. 3. Memberikan sumbangan pemahaman Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk yang dapat semakin meningkatkan kesetiaan dalam hidup membiara.

D. Manfaat Penulisan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memiliki manfaat bagi: 1. Bagi Kongregasi Suster Misi Abdi Roh Kudus SSpS a. Memberi sumbangan bagi Kongregasi SSpS dalam membantu para Suster Medior SSpS untuk memahami arti dan makna dari spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk. b. Membantu Kongregasi dalam memberi perhatian kepada para Suster Medior SSpS dalam hal meningkatkan kesetiaannya. 2. Bagi penulis a. Memperkaya pengetahuan dan wawasan penulis tentang Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk. b. Menambah pemahaman penulis tentang Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini penulis akan menggunakan metode deskriptif analisis dan kualitatif. Artinya penulis memaparkan gambaran umum makna spiritualitas. Penulis juga memaparkan gambaran para Suster Medior SSpS dalam menghayati spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk demi perkembangan kesetiaan dalam hidup membiara. Penulisan disertai penelitian kualitatif melalui wawancara dengan para Suster Medior Kongregasi SSpS Provinsi Maria Bunda Allah Jawa dengan panduan pertanyaan penuntun guna memperoleh gambaran nyata tentang “Bagaimana penghayatan terhadap spiritualitas Beata Maria Helena Stolenwerk dapat semakin meningkatkan kesetiaan hidup membiara para Suster Medior SSpS Provinsi Maria Bunda Allah Jawa .”

F. Sistematika Penulisan

Supaya memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan ini: BAB I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II menguraikan kajian pustaka mengenai spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk dan kesetiaan hidup membiara para Suster Medior SSpS.