b. Tujuan penelitian
1 Mengetahui sejauhmana Suster Medior SSpS telah memahami spiritualitas
Maria Helena Stollenwerk. 2
Mengetahui bagaimana Suster Medior SSpS menjalankan kehidupan membiara.
3 Mengetahui sejauhmana Suster Medior SSpS telah mendalami dan menghayati
spiritualitas Maria Helena Stollenwerk. 4
Mengetahui suster mewujudkan buah dari spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk dalam hidup sehari-hari
5 Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dialami Suster
Medior SSpS dalam menghayati spiritualitas Maria Helena Stollenwerk. 6
Mengetahui usaha-usaha macam apa yang perlu dilakuakn oleh Suster Medior SSpS untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas Maria Helena Stollenwerk
untuk meningkatkan kesetiaan hidup membiara. c.
Jenis penelitian Penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulislisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diminati Moleong,
1988:3. Jenis penelitian ini mampu menangkap berbagai informasi karena dilakukan secara intensif, penulis peneliti ikut berpartisipasi langsung di
lapangan, mencatat data-data yang ditemukan dan membuat laporan penelitian secara mendetail Sugiyono, 2012: 10.
d. Instrument pengumpulan data
Instrument utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti penulis itu sendiri. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data:
1 Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu Moleong, 1988:148. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan penulis untuk mewawancarai responden disiapkan terlebih dahulu dan diarahkan
kepada informasi-informasi untuk topik yang digarap yakni penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk untuk meningkatkan kesetiaan hidup
membiara para Suster Medior SSpS Provinsi Jawa, dengan penekanan pada meningkatkan kesetiaan serta faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam
menghayati spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk.
2 Observasi partisipatif
Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi partisipatif yaitu penulis terlibat dengan kegiatan orang-orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian Sugiono, 2008: 64.
e. Responden penelitian
Peneliti memilih responden menggunakan teknik purposif sampling yakni pemilihan responden yang bertujuan untuk memberikan informasi yang
diperlukan peneliti. Kriterianya bagi responden yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini adalah: responden memiliki data yang penulis harapkan dalam penelitian, responden aktif dalam kegiatan yang diteliti, mempunyai waktu untuk
dimintai informasi dan tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya sendiri namun menyampaikan informasi sesuai dengan yang dimintai
penulis Sugiono, 2009: 221. Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah para Suster Medior
SSpS Provinsi Maria Bunda Allah Jawa. Para Suster Medior SSpS berjumlah 68 Suster . Dari Jumlah yang ada penulis mengambil 10 Suster sebagai responden
yang dapat memberikan gambaran atau data yang dibutuhkan. Penulis memilih sendiri ke-10 Suster tersebut.
f. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober – 21 Oktober 2014.
Tempat penelitian di Komunitas Roh Kudus SSpS, Jl. Soedhanco, Blitar dan di Komunitas St Elisabeth SSpS, Jl. A. Yani, Blitar.
g. Variabel penelitian
Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk, faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk. Supaya penelitian mempunyai batas pengertian yang jelas dan mudah diukur,
maka penulis akan menjabarkan arti dari setiap variable dalam definisi operasional.
1 Penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk
Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk adalah pelayanan dan kesalehan Ekaristi menjadi kesatuan yang mendalam bagi Maria Helena
Stollenwerk sebagai Rekan-Pendiri atau Co-Pendiri Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus SSpS. Semakin ia bertumbuh ke dalam panggilan misionernya, semakin
mendalam cintanya terhadap Ekaristi. Penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk dalam penantian adalah kesaksian, sikap, dan perwujudan
atas buah-buah yang Suster Medior SSpS hidupi dalam menghayati spiritualitas Co-Pendiri dalam hidup harian.
2 Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam penghayatan spiritualitas
Beata Maria Helena Stollenwerk Faktor pendukung dan penghambat dalam penghayatan spiritualitas
Beata Maria Helena Stollenwerk adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri maupun luar diri yang mendukung dan menghambat para Suster Medior untuk
menghayati spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk. Variabel yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah penghayatan
spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk yang meliputi: Pemahaman tentang Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk, Kehidupan membiara para Suster,
Pendalaman dan Penghayatan Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk, Sikap dan perwujudan, Faktor pendukung dan Penghambat dalam menghayati
spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk, Usaha meningkatkan kesetiaan hidup rohani mereka.
Tabel 1 Variabel yang Diungkap
No Aspek yang mau diungkap
Item Jumlah
Item 1
Memahami spiritualitas Helena Stollenwerk. 1,2,3,4
4 2
Menjalankan kehidupan membiara. 5,6,7
3 3
Mendalami dan menghayati spiritualitas Maria Helena Stollenwerk.
8,9,10,11, 12,13,14,
15,16 9
4 Mewujudkan buah dari spiritualitas Beata Maria
Helena Stollenwerk dalam hidup sehari-hari 17,18,19
3
5 Faktor-faktor pendukung dan penghambat yang
dalam menghayati spiritualitas Maria Helena Stollenwerk.
20,21 2
6 Usaha untuk meningkatkan kesetiaan hidup
membiara. 22,23
2
h. Metode pembahasan
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pembahasan data dengan langkah-langkah: mereduksi data, display data sajian
data dan kesimpulanverifikasi Sugiyono, 2012: 91. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, mencari tema dan polanya. Penyajian data maksudnya menyajikan data dalam teks yang bersifat naratif. Kesimpulan bisa menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak karena dalam penelitian kualitatif masalah dan rumusan masalah akan berkembang setelah peneliti berada
di lapangan. Aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas. Dalam melaksanakan proses ini
aktivitas peneliti tetap bergerak di antara ketiga langkah tersebut di atas selama proses pengumpulan data berlangsung.
2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Penghayatan Para
Suster Medior SSpS Terhadap Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk Untuk Meningkatkan Kesetiaan Hidup Membiara
a.
Laporan Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis melaporkan hasil penelitian yang sudah penulis laksanakan yakni penelitian melalui observatif partisipatif dan penelitian melalui
wawancara terhadap sepuluh Suster Medior SSpS. 1
Laporan hasil penelitian observasi partisipatif Penulis melakukan observasi partisipatif di Komunitas Roh Kudus SSpS,
Jl Soedhanco, Blitar dari tanggal 10 November-15 November 2014 dan Komunitas St Elisabeth SSpS, Jl A. Yani, Blitar dari tanggal 16 November-21
November 2014. Selama proses observasi penulis mengikuti seluruh kegiatan yang terjadi dalam kedua Komunitas tersebut.
2 Laporan hasil penelitian melalui wawancara
a. Responden
Jumlah responden yang diwawancarai ada 10 Suster Medior SSpS. Mereka tinggal di Komunitas Roh Kudus SSpS, Blitar, dan Komunitas St
Elisabeth, Blitar. Penulis melakukan wawancara terhadap kesepuluh Suster
Medior SSpS dari tanggal 10 November sampai dengan tanggal 21 November 2014.
Tabel 2 Identitas Responden N=10
No Nama Usia
Kaul Kekal
Provinsi Asal
Bidang Karya
1 R1
11 Jawa
Kesehatan 2
R2 16
Jawa Keuangan
3 R3
13 Jawa
Pendidikan 4
R4 34
Jawa Pendidikan
5 R5
1 Jawa
Pendidikan 6
R6 9
Jawa Studi
7 R7
16 Jawa
Rumah Tangga
8 R8
13 Jawa
Anggota 9
R9 9
Jawa Pendidikan
10 R10
7 Jawa
Kesehatan
b. Hasil wawancara dengan sepuluh Suster Medior
Dalam penelitian ini penulis mewawancarai 10 responden yang telah disebutkan dalam table 2. Dalam laporan hasil penelitian penulis memilih empat
4 responden dari sepuluh 10 yang telah diwawancarai sebagai titik tolak laporan. Kriteria bagi responden yang ditampilkan hasil wawancaranya yakni
responden mampu memberi data yang diharapkan penulis dalam penelitian ini. Responden lainnya sebagai pendukung guna memperlengkapi dan memperkaya
hasil penelitian ini. Penulis menyusun hasil wawancara sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu: Pemahaman tentang Spiritualitas Beata Maria
Helena, Kehidupan membiara Suster Medior, Pendalaman dan penghayatan Spiritualitas Beata Maria Helena, Sikap dan perwujudan, faktor pendukung dan
penghambat dalam menghayati Spiritualitas Beata Maria Helena, usaha untuk
meningkatkan kesetiaan hidup rohani. Mengenai hasil wawancara dapat dilihat dalam lampiran 3.
a. Penghayatan para Suster Medior terhadap spiritualitas Helena Stollenwerk
untuk meningkatkan kesetiaan hidup membiara 1.
Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk yang dipahami oleh para Suster Medior SSpS adalah:
R3 : “Kata-kata yang saya ingat dari dia: Kemuliaan bagi Allah, keuntungan bagi sesama, dan kurban bagi diri sendiri. Ini yang sering menyemangati,
membuat saya bangkit lagi, komunikasi dengan Tuhan, menginspirasi saya misalnya: minta tolong untuk meminta sesuatu selalu terkabulkan karena
saya tidak berani meminta langsung ke pemimpin salah satu contoh: kursus formator, saya ingin ikut program kursus tersebut, bukan untuk menjadi
formator tapi ingin mengalami proses terapinya karena saya merasa butuh itu untuk diri saya, dan saya melihat kalau saya di luar tidak mungkin dan saya
minta kepada pemimpin secara langsung juga tidak mungkin tapi saya berdoa dengan perantaraan Maria Helena dan saya mengalami benar-benar terjawab
akan keinginan saya itu, dan pemimpin meminta saya untuk mengikuti kursus formator tersebut. Lalu ingin ke misi tapi ini hanya kerinduan dan tentunya
saya yang memutuskan. Saya bawa dalam doa dan tidak lama kemudian saya diutus untuk ke misi meskipun sebentar dan sampai sekarang tidak kembali
meski kerinduan itu selalu membayangi diri saya namun saya sadar bahwa di sinipun saya juga melaksanakan misi
”. Paham dan kagum akan
kesederhanaan, kerendahan hati, kerelaan berkurban untuk sesama, khususnya untuk anak-anak di Cina tanah air misi impiannya.
R4: Yang saya pahami tentang Maria Helena yaitu orangnya pendoa, cinta kasih pada Tuhan Allah, spiritulitasnya misioner, pengalaman harus menunggu
lama di dapur pada zaman itu, spiritualitas yang dihidupi mengalir dari spiritualitas pendiri, kecintaannya pada Ekaristi sejak masa kanak-kanak
menjadi dasar yang kuat. R6 : Yang saya pahami dari spiritualitas Beata Maria Helena adalah: setia
menunggu, gigih berjuang, hidup doa yang luar biasa, mempunyai iman yang luar biasa, memberikan diri secara utuh, totalitas, kesabaran, kebijaksanaan,
dia seorang yang selalu mendengarkan suara Allah dengan kacamata cinta, menjalankan tugasnya dengan senang, dia selalu mengatakan
“Ya Allah Roh Kudus semuanya karena cintaku kepada-Mu
”. Bagi saya ini yang memberi inspirasi kepada saya, dalam menghadapi jatuh bangun dalam menjalankan
tugas saat ini yang bagi saya tidak mudah. Beata Maria Helena telah memberi inspirasi dan kekuatan serta kesadaran bagi saya dalam menghadapi kesulitan
dan tantangan di zaman sekarang ini dan saya merasa itu masih relevan sampai sekarang.
R7 : “Sederhana, pendoa, sabar, pantang menyerah, walaupun memang oleh pendiri kita St Arnoldus di tahan-tahan mulai sebelum masuk Suster sampai
dia masuk Suster apa kerinduannya untuk bermisi tidak tercapai, inilah yang memberi suatu semangat, semangat untuk tetap setia mengabdi kepada Tuhan
melalui panggilan hidupnya, sederhana, rendah hati. ”
Ungkapan 4 responden di atas, didukung oleh 6 responden lainnya yang mengungkapkan bahwa mereka memahami spiritualitas Beata Maria Helena
Stollenwerk dengan mengingat dan terkesan dengan motonya dan bagi mereka merupakan inspirasi dalam menerima tugas perutusan dan perhatian serta
kesabaran, pendoa, pantang menyerah, semangat mengabdi, setia, rendah hati, kesederhanaan, murah hati, bagi mereka menumbuhkan kesadaran baru untuk
menjalankan misi terutama dalam hidup harian.
2. Spiritualitas yang dimiliki oleh Beata Maria Helena Stollenwerk yaitu:
R1 : Sejauh yang saya tahu yaitu spiritualitas taat pada Kehendak Allah, jadi apa yang menurut dia diyakini bahwa itu dari Allah. Sejak kecil misalnya beliau
yakin bahwa dia diutus Allah untuk misi sehingga dia berusaha untuk menjawabi kehendak Allah dan dia setia, ia taat pada Kehendak Allah apapun
yang terjadi meskipun berat, meskipun lama, kadang tidak masuk akal tapi dia jalani ini nomor satu. Hatinya sangat murah hati, bersumber dari Hati Yesus,
doa ini juga mewarnai saya yaitu: Berilah aku hati sekeping hati yang mengasihi, seperti Ibu Helena, ini yang mengalir dihatinya.
R3 : Memiliki spiritualitas: Kepasrahan pada Tuhan Allah, kerendahan hati, menyesuaikan diri pada Kehendak Allah.
R4 : Saya tahu spiritualitas yang dimiliki yaitu: mencintai Sakramen Ekaristi, Allah Tritunggal, dia belajar dan taat sekali kepada St Arnoldus Janssen,
mencari kehendak Allah.
R10 : Kesabaran dia menunggu bertahun-tahun di rumah misi, kesetiaannya untuk mengikuti kehendak Allah sehingga keinginannya terwujud ketika St Arnoldus
memintanya untuk menjadi Co-Pendiri. Keenam responden lainnya mendukung apa yang sudah diungkapkan
oleh 4 responden di atas. Mereka menambahkan bahwa spiritualitas yang dimiliki oleh Maria Helena yakni spiritualitas penantian, spiritualitas keramahan, keibuan,
bagi Maria Helena misi adalah untuk melakukan sesuatu dengan semangat misi mendoakan misionaris. Dan mereka juga sangat kagum dan juga ingin semakin
memiliki dan menghidupi spiritualitas tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apakah setiap spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk memiliki pengaruh
dalam meningkatkan kehidupan membiara para suster? Contoh konkretnya? R1 : Ya sangat memiliki pengaruh. Contoh konkret: Berusaha untuk setia, belajar
menjadi Suster misi, taat pada kehendak Allah dalam misi ini juga menurut saya menyemangati para Suster. Para Suster kalau diberi tanggungjawab
berusaha untuk setia bahwa itu tugas misi saya meskipun jatuh bangun. Semboyannya Ibu Helena juga mewarnai hidup saya dan para Suster untuk
murah hati, jadi semuanya untuk kemuliaan Allah meskipun mungkin di mulut, tapi kita ringan mengucapkannya. Kemuliaan bagi Allah, keuntungan bagi
sesama dan kurban bagi diri sendiri. Sepertinya ini mewarnai hidup saya dan para Suster meskipun kadang dalam kehidupan ada yang egois termasuk saya.
Menurut saya, saya dan Suster- suster berjuang untuk itu.
R4 : Ya berpengaruh. Contoh: Kemuliaan bagi Allah, keuntungan bagi sesama dan kurban bagi diri sendiri, sehingga kalau saya melakukan sesuatu harus
siap, benar-benar rela, kalau perlu berkorban ya saya berkorban. Contoh: saya diutus saat ini dan saya menerima tugas tersebut walaupun pekerjaannya atau
tugasnya seperti apa, kadang-kadang tidak cocok dengan apa yang saya inginkan ya saya jalani yang penting untuk kemuliaan Allah, bersyukur, ini
pengaruhnya besar. R8 : Ya berpengaruh. Kemuliaan bagi Allah, Keuntungan bagi sesama dan kurban
bagi diri sendiri. Saya alami yaitu kerelaan berkorbannya itu sudah menjadi gaya hidup. Misalnya: Saya atau para Suster punya acara pribadi, kalau ada
acara karya pelayanan berusaha untuk menyesuaikan bagaimana supaya pribadi saya ini juga bisa dilaksanakan dan dua-duanya bisa dilaksanakan.
R10 : Berpengaruh. Dalam menjalankan tugas-tugsanya, kesiapsediaannya beliau, ketika St Arnoldus meminta Maria Helena pindah dari Kongregasi aktif pindah
ke Kontemplatif juga menjadi spiritualitasnya melakukan kehendak Allah itu juga di jiwai oleh para Suster kita sebagai SSpS yang siap sedia untuk diutus
kemana saja sebagai seorang misionaris. Contoh: dalam memberi hormat pada Allah keuntungan bagi sesama dan kurban bagi diri sendiri. Harus menjadi
motivasi dalam cara hidup bersama dalam menekuni dan setia dalam mengikuti panggilan hidup membiara.
Keenam responden lainnya sangat mendukung apa yang sudah diungkapkan oleh 4 responden di atas. Mereka memiliki pengalaman yang sangat
konkret yang sangat membuat mereka bersyukur karena spiritualitas Maria Helena sangat mempengaruhi dalam setiap kehidupan para Suster.
4. Spiritualitas yang lebih berpengaruh dalam meningkatkan kesetiaan hidup
membiara para suster? R1 : Sejauh saya rasakan, alami spiritualitas yang lebih berpengaruh yaitu:
Hubungan relasi intim dengan Allah, hidup doa yang selalu ditekankan oleh Maria Helena sebagai Suster misi itu meningkatkan kesetiaan saya.
R4 : Yang lebih berpengaruh: Karena ada panggilan pribadi, ingin menjadi pewarta kasih Allah yang menyelamatkan. Sehingga dalam hidup saya
terdorong untuk menyelamatkan, melaksanakan kehendak Allah, setia dalam doa.
R6 : Hidup doa, menjalin relasi dengan Allah serta menjalin relasi dengan sesama Suster di komunitas serta relasi dengan orang sekitar dengan mengunjungi
mereka. R9 : Spiritualitas yang lebih berpengaruh yaitu: Doa, Ekaristi, doa rosario,
meditasi, doa bersama, doa pribadi, itu yang memberi spiritualitas dalam hidup yang memberi semangat, terutama dalam Kitab Suci dari hari kehari tetap
aktual dalam menyemangati hidup walaupun kadang dalam waktu tahu akan berulang-ulang muncul memberi semangat tersendiri untuk hidup. Spiritualitas
doa dan semangat bermisi serta relasi dengan sesama.
Responden 5, 7, dan 10 mendukung apa yang sudah diungkapkan oleh responden 1, 4, 6 dan 9 . Sedangkan responden 2, 3 dan 8 lebih mempertegas lagi
apa yang diungkapkan oleh ketujuh responden di atas.
5. Kehidupan membiara yang dijalankan Suster untuk menjawabi panggilan suci
Tuhan yaitu: R2 : Kehidupan membiara yang saya jalankan yaitu: Saya benar-benar berpegang
pada cinta Yesus sendiri, saya juga merasa jalan saya selalu diterangi oleh Roh Kudus, karena lewat hidup dengan sesama, hidup dalam karya itu tidak mudah
lebih-lebih sebagai Suster Medior diberi tanggungjawab besar dan dipercaya , kalau tidak disertai dengan doa dan kerja sama dengan para suster itu tidak bisa
berjalan. R4 : Menjawabi panggilan dengan berjuang tidak pernah berhenti mau ikut Yesus,
baik jelek tetap jadi SSpS, punya komitmen. Bagi saya pengalaman cinta kasih Allah yang menyelamatkan, Sadar bahwa discerment bisa membedakan Roh
kebenaran, cinta kasih dan Roh jahat menjauhkan diri dari Allah. R7 : Saya berusaha meluangkan waktu untuk Ekaristi, doa pribadi, belajar dari
situasi di sekitar saya terutama dalam karya. Doa, kita tidak lepas dari doa dalam suka dan duka sesuai dengan pengalaman hidup pribadi saya. Tuhan itu
andalan saya dalam suka dan duka. Bagi saya doa itu nomor satu ini yang saya lakukan untuk menjawabi panggilan saya.
R9 : Saya selalu berdoa dan berusaha setia walau jatuh bangun, mottoku Jatuh Bangun Peganganku Gusti. Saya merasa tempat pembelajaran, untuk semakin
mendewasakan, sehingga menjalani hidup ini dengan senang hati, entah itu resikonya karena dasarnya doa kembali ke doa, kadang-kadang tidak mungkin
tidak terjadi peristiwa yang kadang-kadang mempengaruhi panggilan tapi kalau mau kembali kepada Sang pemberi atau yang memanggil pasti akan memberi
jalan. Bagi saya yang menjadi spiritualitas saya adalah doa itu adalah kekuatan untuk mengatasi segala macam permasalahan dan kesetiaan.
Apa yang diungkapkan 4 responden di atas didukung oleh responden lainnya bahwa mereka menjalankan dan menjawab panggilan Tuhan dengan setia
berdoa baik doa pribadi maupun doa bersama, memiliki komitmen dan setia mengikuti Ekaristi setiap hari. Semuanya itu menjadi kekuatan bagi mereka dalam
menjawab panggilan Suci Tuhan.
6. Hal atau aspek yang berpengaruh dalam menumbuhkan kesetiaan suster
menjalani kehidupan membiara meliputi: R1 : Hidup berkomunitas, kedekatan satu sama lain, Suster dan sesama sebagai
teman, sebagai saudara. Berusaha untuk terbuka menjalin relasi dengan siapa saja terutama dengan anggota komunitas, karena disitu letak at homenya.
R2 : Lewat pengalaman-pengalaman, peristiwa-peristiwa baik itu pengalaman pahit, getir, gembira itu saya merasakan menumbuhkan hidup panggilan saya.
Cinta Tuhan sendiri lewat kehadiran sesama, dan alam ciptaan. R6 : Bagi saya yang berpengaruh yaitu kesetiaan saya dalam menumbuhkan,
menjalani hidup membiara adalah hidup doa, menjalin relasi yang erat dengan Allah serta saling mendukung satu sama lain. Hidup doa, sharing setiap hari
Selasa dan Jumat Kitab Suci dan Karya, sharing komunitas ini sungguh menguatkan, mendoakan, mendukung baik dalam karya maupun pekerjaan di
dalam maupun di luar. R9 : Hal yang berpengaruh yaitu hidup doa dan berkomunitas baik komunitas
kecil mapun besar. Hidup doa, hidup komunitas, baik di dalam komunitas kecil membiara maupun di dalam komunitas besar dan di dalam karya juga relasi
baik dengan mitra kerja, sesama Suster maupun dengan sekitar dimana saya berada.
Ungkapan 4 responden di atas di dukung oleh 6 responden lainnya dan setiap dari responden saling memberi penegasan bahwa setia terhadap hidup doa
menjadikan mereka semakin setia menjalankan hidup membiara.
7. Apakah Spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk yang berpengaruh atau
turut andil dalam kehidupan membiara suster? Contoh konkretnya? R5 : Ya berpengaruh. Spiritualitas misi Maria Helena memberi semangat saya
dalam menjalankan kehidupan panggilan dan karya, bahwa misi itu adalah melaksanakan kehendak Allah, rela mengerjakan apa saja meski jatuh bangun.
Contoh: Kesabaran menanti, di sini saya merasa ada sebuah kerinduan untuk mengalami misi ditempat lain, tetapi memang apapun tempatnya karyanya
dengan senang hati saya kerjakan. Kita taat pada pemimpin pasti ada sesuatu yang terbaik pada rencana itu. Spiritualitas misi apapun, pekerjaan yang telah
dipercayakan itu adalah misi yang harus dicintai, misalnya: inginnya kerja di TK karena sudah terbiasa di dunia TK, tapi ketika mendapat perutusan di SD
dengan alasan kebutuhan, saya berusaha menerima meskipun dalam perjalanannya saya butuh belajar banyak, jatuh bangun apa lagi dengan
kurikulum baru, yang sama sekali saya kurang banyak memahami dan menghadapi anak-anak SD sekarang tidak seperti yang saya bayangkan ini
butuh perjuangan, hanya dengan doa ini yang menjadi kekuatan saya. Saya sudah menyerahkan diri apapun yang diberikan pada saya akan saya kerjakan.
R8 : Ya berpengaruh dan ikut andil dalam kehidupan membiara. Spiritualitas senantiasa hidup dihadirat Allah, ketika bertemu dengan sesuatu atau seseorang
langsung saya bawa dalam doa, menghadirkan dia dalam doa, doa suku jam, Salam Maria, Dihadapan Cahaya Saba Allah dan Roh Rahmat tersingkirlah
kegelapan dosa dan kekelaman malam tak beriman dan hiduplah Hati Yesus dalam Hati Umat Manusia , Doa kepada Roh Kudus.
R9 : Ya berpengaruh, bagi saya semangat dan teladannya, seorang yang pendoa dan hidup sederhana, contoh: saya terinpsirasi dengan ketekunan, kesabaran
dia dalam menunggu, mengingatkan diri saya. Semangat dan teladan hidupnya sebagai seorang yang pendoa dan hidup sederhana.
R10 : Ya berpengaruh. Para Suster kalau membantu orang miskin sungguh total, bila diminta untuk berkorban mereka akan memberikan diri seutuhnya.
Dari keempat responden di atas, keenam responden yang lainnya mengungkapkan hal yang sama meski dilihat dari pengalaman yang berbeda
namun pada intinya bahwa spiritualitas Beata Maria Helena sangat berpengaruh dan turut andil dalam kehidupan membiara. Mereka sangat setia dan
bertanggungjawab dalam pengabdian mereka.
8. Kegiatan yang membantu atau mendukung suster dalam mendalami dan
menghayati spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk yaitu: R2 : Seminar, retret AJS, rekoleksi, tapi akhir-akhir ini jarang, sekarang tinggal
mengingat. R3 : Retret AJS bersama tim AJS yang sering mendampingi termasuk saya ikut di
dalamnya sebagai pendamping. Saya merasa diundang untuk mendalami, semakin mencintai, animasi rohani semakin mencintai, ikut berproses dengan
mereka dan lebih mencintai dan mendukung peserta. R5 : Bagi saya kegiatan: Lokakarya, Retret AJS, Triduum, Rekoleksi, Seminar,
membaca buku referensi tentang Maria Helena, bacaan rohani, waktu retret atau pendalaman AJS sangat jelas dan sangat dibantu untuk mendalami dan
menghayati spiritualitas Beata Maria Helena. R8 : Kegiatan yang membantu saya dalam mendalami spiritualitas Beata Maria
Helena adalah: Seminar, retret AJS, Offisi, Konstitusi Kongregasi. Selain yang sudah diungkapkan oleh 4 responden di atas, 6 responden
lainnya juga mendukung mereka bahwa kegiatan retret AJS, seminar, pendalaman, membaca buku sejarah kongregasi dan spiritualitas Beata Maria
Helena sangat membantu dalam melaksanakan misi yang saat ini dipercayakan oleh pemimpin dan semangat juang mereka dengan setia melaksanakan tugas
dengan bertanggungjawab.
9. Apakah suster pernah mengikuti kegiatan-kegiatan konkret untuk
meningkatkan penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk?
R3 : Kegiatan yang pernah saya ikuti: Seminar program pembinaan untuk pendamping retret, lokakarya atau workshop, tugas sebagai pendamping para
Suster Novis dan sebagai tim AJS dari Provinsi juga sangat membantu dan semakin menghidupi spiritualitas Beata Maria Helena.
R4 : Ya pernah: Saya ikut kegiatan: Rekoleksi, Seminar, AJS, bahkan menjadi tim AJS ini sebuah pengalaman yang luar biasa bagi saya dan saya merasa semakin
meningkat penghayatan spiritualitas Maria Helena dalam diri saya. R5 : Ya pernah. Dengan mengikuti: Lokakarya, retret AJS, Triduum Beata Maria
Helana saya merasa semakin membantu meningkatkan penghayatan tentang spiritualitas Beata Maria Helena.
R6 : Ya pernah. Saya mengikuti: Retret AJS, Pendalaman, Seminar Spiritualitas Beata Maria Helena dan tetap saya mencoba untuk menghayati dalam hidup
sehari-hari. Responden 1, 2, 7, 8, 9 dan 10 mendukung apa yang diungkapkan oleh 4
responden di atas bahwa mereka pernah mengikuti kegiatan-kegiatan konkret dalam untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas Maria Helena melalui retret
AJS, seminar dan pendalaman, membaca buku tentang spiritualitas Maria Helena.
10. Dalam satu kegiatan untuk mendalami spiritualitas Beata Maria Helena
Stollenwerk ialah seminar, retret spiritualitas. Bagaimana tanggapan suster mengenai kegiatan ini?
R2 : Yang saya alami kegiatan untuk mendalami spiritualitas Beata Maria Helena sangat menyenangkan dan memberi hidup, karena saya merasakan itu sebagai
bekal dan menjadi pijakan, tonggak hidup membiara, melalui AJS ditumbuhkan hidup panggilan saya.
R3 : Menurut pendapat saya sangat positif, sangat membantu spiritualitas saya sebagai Suster SSpS dan menumbuhkan rasa bangga bahwa saya dipanggil
sebagai SSpS. R5 : Kegiatan ini baik karena dapat menambah semangat dan pengetahuan dari
sudut pandang yang berbeda-beda dan sangat perlu, karena Maria Helena adalah Co-Pendiri dan dibalik itu kita tahu akan akarnya.
R9 : Bagi saya kegiatan ini sangat bagus dan memberi semangat untuk tetap setia dalam panggilan, menguatkan dan memberi motivasi, menumbuhkan semangat
lagi dalam hidup panggilan ini karena memberikan spirit, yang loyo menjadi kuat.
Keenam responden lainnya mendukung apa yang sudah diungkapkan oleh 4 responden di atas. Mereka mengungkapkan bahwa kegiatan retret AJS,
seminar, pendalaman tentang spiritualitas Maria Helena sangat bagus dan bahkan mereka merasa semakin dikuatkan, semakin memurnikan motivasi dan
memberikan semangat lagi dalam hidup panggilan sebagai SSpS.
11. Apakah suster setia mengikuti pendalaman, seminar tentang spiritualitas?
Mengapa? R1 : Ya saya setia mengikuti pendalaman, seminar tersebut karena itu teladan
hidup saya, tidak pernah bosan meskipun diperankan beberapa kali.
R3 : Saya mencoba untuk selalu berusaha, karena saya tertarik, pokoknya klob dengan diri saya. Contoh: Spiritualitas sumur Yakob, kita SSpS wajib
mengirimkan seorang Suster atau beberapa Suster untuk mengikuti program tersebut.
R5 : Saya cukup setia, karena saya ingin mendapatkan hal dan semangat baru serta memperoleh apa yang sudah saya ketahui, miliki. Setia karena menarik
dan pasti ada hal yang baru jadi ingin tahu. R8 : Saya setia mengikuti karena auranya berbeda apalagi berkumpul dengan para
Suster dan SVD merasa ini keluarga Arnoldus yang sesungguhnya. Dari 4 responden di atas di dukung oleh 6 responden lainnya bahwa
mereka setia dalam mengikuti pendalaman, seminar tentang spiritualitas Beata Maria Helena karena mereka mengalami sesuatu perubahan dalam diri mereka
dan semakin dikuatkan dan merasa semakin menarik dan kreatif dalam penyampaiannya.
12. Apa yang menjadi motivasi suster dalam mengikuti pendalaman, seminar
spiritualitas? R1 : Yang menjadi motivasi saya karena saya ingin seperti Maria Helena,
orangnya sabar. R3 : Bagi saya spiritualitas ini dinamis dan selalu ada hal baru, perubahan yang
didapatkan. Aspek mengolah diri, perlu mengenal diri, diperkaya dari sharing orang lain, semangatnya Trinitaris.
Mengenal lebih dalam pribadi Beata Maria Helena.
R5 : Agar dapat menghayati hidup secara benar sesuai dengan semangat yang diwariskan, untuk menambah pengetahuan dan semangat baru. Ingin seperti
mereka, Suster yang sejati itu seperti apa? Ternyata tidak muluk-muluk. Contoh: sederhana mereka yang mendahului itu Suster yang sejati dalam hidup
sehari-hari. R9 : Ingin mendalami dan menyegarkan spiritualitas hidup panggilan, karena itu
sangat dirindukan diharapkan bagi seorang religius, sebab kalau tidak ada itu kita akan terperosok dengan karya, maka kesempatan untuk mengikuti retret,
seminar, rekoleksi, itu memberikan semangat, spiritualitas lagi dengan kata lain mengisi bensin lagi.
Responden 1, 3, 5,dan 9 didukung oleh responden 2, 4, 6, 7, 8, dan 10 bahwa yang menjadi motivasi mereka dalam mengikuti seminar, pendalaman
spiritualitas Beata Maria Helena adalah ingin menjadi seperti Beata Maria Helena dan semakin memberikan kekuatan, semangat dan motivasi untuk membaharui
diri dan mereka ingin mendalami, mencintai dan menjadi penyalur akan kerinduan Beata Maria Helena yaitu menjadi misionaris yang setia.
13. Apa saja yang suster lakukan untuk mempersiapkan diri sebelum mengikuti
pendalaman, seminar tentang spiritualitas? R1 : Saya biasanya membawa buku sejarah, riwayat Maria Helena, Konstitusi
Kongregasi, buku doa-doa Maria Helena itu yang saya persiapkan dan yang penting persiapan hati.
R7 : Persiapan batin, pengosongan diri, dan saya merasa dibaharui lagi. Saya akan terbuka dengan kemauan untuk berproses meski jatuh bangun.
R8 : Yang saya persiapkan melepaskan pikiran negatif, membebaskan batin, pandangan-pandangan menjasmen orang lain atau diri sendiri.
R9 : Mempersiapkan hati, terbuka akan kekuatan dan rahmat Allah serta karya Roh Kudus, kesediaan, karena apapun yang akan diberikan diluar dugaan saya,
justru itu menjadi tanda tanya mau diberi apa ya? Keenam responden lainnya mendukung 4 responden di atas bahwa
persiapan pribadi itu penting sebelum mengikuti seminar, pendalaman spiritualitas Maria Helena. Persiapan pribadi bisa dilakukan dengan membuka hati , membaca
buku-buku tentang, sejarah, Beata Maria Helena, mengikuti semua proses dengan penuh semangat supaya apa yang akan diterimanya dapat mengikuti penuh
semangat dan setia.
14. Bagaimana cara suster mengungkapkan keterlibatan suster dalam
seminarpendalaman tentang spiritualitas? R2 : Saya mengungkapkan keterlibatan saya dengan antusias, ikut roleplay, aktif
terlibat, karena menambah semangat dan pencerahan, dan kalau diberi waktu untuk meditasi saya betul-betul menjalankan, menggunakan waktu sebaik-
baiknya. R3 : Dengan rela dan berani untuk sharing, mengikuti proses yang diberikan, itu
cara saya mengungkapkan keterlibatan saya. R4 : Saya ikut terlibat, aktif tanya jawab, sharing-sharing dengan terbuka.
R7 : Yang saya lakukan dengan bertanya, menulis, doa mohon bantuan dari Ibu Maria Helena dalam kehidupan sehari-hari, setia untuk berusaha terus menerus
untuk mendengarkan, mencoba untuk mengolah diri. Enam 6 responden lainnya mendukung sekaligus lebih mempertegas
apa yang diungkapkan 4 responden di atas bahwa keterlibatan itu sangat penting karena dapat menjadikan suatu seminar, pendalaman semakin guyub dan suasana
semakin semangat dan gembira.
15. Bagaimana suasana seminarpendalaman spiritualitas Beata Maria Helena
Stollenwerk dalam provinsi Jawa? R2 : Suasananya hidup dan para Suster benar-benar rela membagi dan menerima,
Semua aktif berperan serta, terbuka mendengarkan dan terbuka untuk sharing. R5 : Suasana yang saya rasakan semangat, kreatif, seminar spiritualitas tersebut
dikenal dalam seminar AJS, para Suster antusias mengikutinya. R6 : Berjalan dengan baik terutama dengan adanya Tim AJS. Ada kerja sama
antara Tim AJS antara SVD dan SSpS dan diberikan secara berjenjang dan semua Suster ikut terlibat.
R7 : Sejauh ini Aktif, banyak kreasi yang reflektif sehingga makin hidup, makin menarik, makin semangat untuk menunggu apa lagi yang akan diberikan , ada
yang diminta untuk memerankan. Responden 1, 3, 4, 8, 9 dan 10 mendukung apa yang diungkapkan oleh 4
responden di atas bahwa mereka merasakan semangat, gembira, hening, bahkan semua peserta terlibat aktif dan ambil bagian serta ada suasana persaudaraan.
16. Pernahkah suster merasa bosan dan mengantuk dalam mengikuti seminar,
pendalaman tentang spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk? R4 : Sejauh ini saya tidak pernah mengantuk, karena saya membutuhkan untuk
mendalami spiritualitas Beata Maria Helena dan saya sudah siapkan hati dan fisik saya. Kalau bosan kadang menjelang siang hari dan tidak ada selingan
dalam menyampaikan materi dan Romo atau Susternya selalu mengulang kata atau kalimat yang sama atau itu-itu saja dan kurang menarik.
R5 : Pernah, saat suasana seminar cara Romonya menyampaikan materi menonton, kita hanya sebagai pendengar saja dan kurang animasi.
R6 : Sebagai manusia lemah ya pernah, karena setelah makan acara dilanjutkan lagi , namun saya mencoba untuk mengatasinya, misalnya makan permen, atau
keluar sebentar, atau tim animasi membuat animasi untuk peserta sehingga ngantuknya hilang.
R9 : Sebagai manusia kadang saya secara pribadi merasa ada saat tertentu saya tidak bersemangat juga pernah saya alami, karena badan capek. Soal
mengantuk ……..… saya pernah karena kondisi tubuh kurang stabil sehingga itupun secara tiba-tiba namun cepat sadar. Sangat jarang kecuali kondisi tubuh
tidak stabil. Apa yang diungkapkan oleh 4 responden di atas di dukung oleh 6
responden lainnya bahwa merasa bosan dan mengantuk dalam mengikuti seminar, pendalaman spiritualitas Beata Maria Helena karena beban tugas yang belum
selesai, selain itu karena kondisi badan yang sedang tidak stabil dan cara
penyampaian Romo, Suster, tim yang panjang dan bertele-tele, kurang kreatif, membuat bosan dan mengantuk saat mengikutinya.
17. Bagaimana suster mewujudkan buah dari spiritualitas Beata Maria Helena
Stollenwerk dalam hidup sehari-hari, baik dengan Tuhan maupun dengan sesama?
R1 : Belajar setia seperti Maria Helena, teladan hidup doa, memberi perhatian di komunitas, hidup sederhana, kalau ditengah karya berusaha tidak mengambil
keuntungan bagi diri sendiri. Menyediakan waktu untuk doa pribadi maupun bersama; menghargai sesama dalam komunitas dan berusaha menerima apa
adanya. R6 : Saya mewujudkan dengan saling menghargai, memperhatikan dan
mendukung satu sama lain. Dengan Tuhan: dalam hidup doa, dalam doa-doa saya mendoakan situasi dunia, karena saya sebagai Suster misionaris,
bagaimana saya berelasi dengan para Suster di komunitas dan juga dalam karya. Kesetiaan dalam mengikuti kehendak Allah; kesiapsediaan untuk diutus.
R7 : Dengan Tuhan: saya wujudkan melalui Doa , Ekaristi, dan dengan sesama: mengasihi sesama, membina anak-anak sehingga menjadi pribadi yang lebih
baik dan sukses. R9 : Doa-doa yang memancarkan dalam berbuat dengan sesama yang diwujudkan
dengan sikap sederhana, sabar, pendoa, setia dalam relasi dengan Tuhan dan sesama.
Keenam responden lainnya mendukung apa yang diungkapkan oleh 4 responden di atas. Mereka juga menambahkan bahwa mewujudkan buah dari
spiritualitas Beata Maria Helena dengan Tuhan merupakan nafas hidup yang memberi kekuatan melalui doa pribadi, berelasi dengan sesama Suster di
komunitas dan juga berelasi dengan mitra kerja dan orang lain.
18. Apakah buah dari pendalaman dan penghayatan spiritualitas Beata Maria
Helena Stollenwerk tercermin dalam kehidupan membiara para suster? Contoh konkretnya?
R1 : Cukup tercermin. Contoh: Para Suster berpihak pada orang kecil, semangat misi, siap sedia memberi pertolongan atau terbuka untuk menerima misi,
sederhana, berusaha untuk apa adanya. R5 : Para Suster memiliki semangat misi yang tinggi, kesabaran dan kekuatan. Ya
tercermin. Contoh: Para Suster rela melakukan apapun meskipun itu bukan bidangnya di jalaninya, misalnya: sebagai Formator, Guru, di Rumah Sakit,
menanggapi kebutuhan karena ketaatan. R7 : Ya tercermin. Contoh : Semua Suster selalu merindukan Ekaristi, hidup doa.
Contoh: Bisa menerima kelebihan dan kekurangan sesama dalam komunitas R9 : Ya tercermin. Teladan hidupnya mendorong semangat dalam melayani dan
relasi dengan sesama. contoh: dalam hidup sederhana, pelayanan, doa-doanya yang memberikan kekuatan dengan melalui itu semua terlaksana.
Apa yang diungkapkan 4 responden di atas, didukung oleh 6 responden lainnya yang mengungkapkan bahwa buah dari seminar, pendalaman spiritualitas
Beata Maria Helena sangat tercermin dalam kehidupan membiara, karena ada sikap dan keteladan dari mereka sebagai Suster misi dan dapat menjawabi
kebutuhan zaman serta mempu menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.
19. Bagaimana suster mengatasi setiap krisis dalam hidup membiara dengan
berorientasi pada spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk? R1 : Saya belajar untuk setia terhadap komitmen kita ikut Tuhan Yesus seperti
Maria Helena, sabar. R2 : Cara saya mengatasi ketika mengalami krisis dengan naik sepeda dan
berhenti di sekitar pemandangan sawah dan mencoba untuk merefleksikan dari pengalaman tersebut, setelah itu sharing dengan para Suster dan juga Romo.
R4 : Saya lakukan discerment. R10 : Saya mencoba untuk diam dan mencoba untuk kembali ke motivasi diri, doa
dengan perantaraan Maria Helena meminta untuk membantu saya , karena semuanya itu untuk kemuliaan Allah pasti dia akan membantu.
Enam 6 responden lainnya mendukung sekaligus lebih mempertegas apa yang diungkapkan oleh 4 responden di atas bahwa untuk mengatasi krisis
dalam hidup membiara mereka berorientasi dengan berserah diri hanya bersama Tuhan dan belajar dari cara dan spiritualitas Beata Maria Helena, diam di hadirat
Allah dan terbuka kepada sesama Suster atau pemimpin ini yang menguatkan dan membangkitkan motivasi pribadi dan panggilan.
20. Hal-hal apa saja yang mendukung suster dalam menghayati spiritualitas Beata
Maria Helena Stollenwerk? R1 : Hal-hal yang mendukung saya alami: dari buku doa makan, membaca
Konstitusi, buku-buku tentang Maria Helena karena buku sejarah itu sangat
mendukung. R2 : Saya senang sharing hidup sungguh sangat memperkaya, bisa belajar dari
sharing itu sehingga saya merasa didukung atau dikuatkan. Membaca dan
mendalami sejarah Kongregasi dan biografi pendiri dan Co-Pendiri ini bagi saya merupakan dukungan juga.
R5 : Bacaan rohani, rekoleksi, retret. Banyaknya referensi, surat-surat Maria Helena, cerita dari Suster-suster yang sudah tua atau lanjut usia, misionris dari
Jerman, para Suster yang sudah pernah mengunjungi tempatnya. Tersedianya fasilitas yang mudah setiap hari merayakan Ekaristi dan juga ada Kapel
Adorasi, mencintai Ekaristi. R10 : Dukungan yang saya dapatkan melalui sikap kesetiaan Beata Maria Helena
itu dan tidak pernah berhenti untuk berharap, tidak pernah berhenti untuk mewujudkan mimpinya itu dan juga kerendahan hatinya, sabar menunggu.
Keteladanan para Suster dalam hidup berkomunitas baik dalam hidup doa dan karya.
Selain yang sudah diungkapkan oleh 4 responden di atas, responden 4, 6, dan 7 menemukan beberapa hal lain yang mendukung mereka untuk menghayati
spiritualitas Beata Maria Helena yakni kemauan menumbuhkan rasa memiliki, berpikir positif terhadap sesama, Ibadat Sabda dan setia dan mengasihi Tuhan.
21. Hambatan-hambatan apa yang suster alami dalam menghayati spiritualitas
Beata Maria Helena Stollenwerk? R1 : Secara pribadi hambatan yang saya alami dari diri sendiri, dari kebersamaan :
Tim AJS perlu digalakkan kadang kita menerima saja, kadang kita juga tidak memberi usulan.
R2 : Saya kadang merasa malas, jenuh dari diri sendiri, kurang sabar, lebih mengutamakan pekerjaan daripada membaca, berdoa.
R3 : Yang saya alami hambatan diri sendiri, Contoh: malas. Hidup malas atau instan tanpa usaha, ingin bekerja cepat selesai atau tanpa berproses, dsb.
Kurang tabah; kecenderungan ingin tahu sebelum bisa menerima sebuah realitas.
R10 : Yang saya rasakan hambatannya keegoisan dari diri saya, kerapuan- kerapuan diri saya yang kadang mendominasi ketika saya berhadapan dengan
hal-hal negatif yang ada dalam diri saya, yang menjadi rendah diri menghambat saya untuk makin berelasi dengan Tuhan Allah, misalnya: kalau
ada konflik dengan orang lain, saya cenderung menarik diri, tidak mau bicara, namun saya mencoba untuk sadar bahwa itu ego saya jadi pelan-pelan untuk
berproses. Enam 6 responden lainnya mendukung apa yang diungkapkan oleh 4
responden di atas bahwa yang menjadi hambatan mereka untuk menghayati spiritualitas Beata Maria Helena adalah dari dalam diri yakni ada rasa malas,
jenuh, kurang sabar, kecenderungan ingin tahu sebelum bisa menerima realitas, mengantuk saat berdoa, kebosanan dari rutinitas, cenderung menarik diri dan ego.
22. Usaha apa yang suster lakukan untuk semakin meningkatkan hidup rohani?
R3 : Usaha saya untuk semakin meluangkan waktu untuk berelasi dengan Tuhan Allah secara pribadi. Pengolahan hidup batin, merenungkan Kitab Suci,
refleksi. R4 : Saya berusaha doa pribadi, membaca renungan-renungan, kontemplatif.
Tekun dalam doa dan bersyukur, setia pada komitmen, berusaha melaksanakan kehendak-Nya bukan kehendak sendiri.
R7 : Yang pasti usaha saya yaitu doa pribadi, meditasi, kedisiplinan diri untuk terus menjalin relasi yang akrab pada Tuhan, ambil bagian dalam misi Yesus,
mencoba untuk mengerti sesama dan mengolah diri terus menerus. Berusaha bertekun, belajar setia, discerment, hening, komitmen, bacaan rohani,
pendalaman Kitab Suci. R9 : Saya berusaha memberikan waktu setiap hari: dalam doa, baik doa pribadi
maupun doa bersama, Ekaristi, mendalami Kitab Suci. Sadar diri yaitu dengan tetap dan tekun setia berdoa mendalami hidup rohani. Selalu mengusahakan
mencari waktu untuk berdoa dan meditasi, retret kesempatan yang paling baik. Pendapat 4 responden adalah meluangkan waktu untuk berelasi dengan
Tuhan, kontemplatif, berusaha membaca buku tentang spiritualitas Beata Maria Helena, setia pada komitmen pribadi maupun bersama dan bersyukur atas
panggilan yang dihadiahkan secara pribadi serta setia akan panggilan tersebut.
23. Mengapa suster memilih hal tersebut?
R4 : Karena dengan bertemu Tuhan secara pribadi, komunikasi dengan Tuhan semakin mendekatkan diri pada-Nya dan semakin mencintai Dia yang telah
memilih dan mendampingi saya untuk tetap setia kepada-Nya. R5 : Karena membantu saya untuk semakin dekat dengan Allah. Karena belajar
dari orang lain yang lebih berpengalaman, bagaimana hidup bermisi, hidup sederhana dengan cara mereka entah sengaja cerita atau tidak atau melihat cara
hidup mereka, belajar dari kesetiaan mereka, belajar dari kesalahan orang lain. Dari buku : mencoba sesuatu yang sudah diceritakan orang lain dan sudah
diakui, inilah mutiara, kebajikan-kebajikan, sikapnya, semangatnya yang diwariskan ke kita, dengan mendengarkan dan membaca surat-surat Beata
Maria Helena yang menarik kadang menyentuh hati sampai terenyuh. Saya merasa sebagai bahan refleksi yang masih relevan untuk zaman sekarang.
Karena cara hidupnya dan semangatnya masih bisa membangkitkan semangat saya dan kita sebagai SSpS, semangatnya Suster-suster justru dari hal yang
kecil, kesederhanaan, kesetiaan, kekuatan hidup saya sebagai religius. R7 : Karena itu menghantar saya pada Allah, saya hanya mengandalkan rahmat
Allah saja yang bekerja yang bisa mengangkat saya dari keterpurukan dan hal tersebut menjadi sarana saya untuk bertemu dengan Yesus dan menguatkan
hidup panggilan. R9 : Karena itu sumber hidup saya, kekuatan yang memberikan spirit untuk
kembali dalam pelayanan, mengabdi dalam memupuk hidup membiara jadi
harus kembali kepada yang memanggil menimba air kehidupan dan karena doa adalah sumber hidup yang menghidupkan dan menguatkan saya.
Alasan dari 4 responden yang diungkapkan di atas, didukung oleh 6 responden lainnya bahwa dengan menggali dan melibatkan diri serta mengikuti
seminar, pendalaman, retret AJS membantu mereka untuk semakin dekat dengan Allah, lebih setia akan panggilan Tuhan, semakin bisa bersyukur ini yang
terpenting.
b. Pembahasan Penelitian
Dalam bagian ini disampaikan pembahasan penelitian berdasarkan hasil penelitian mengenai penghayatan para Suster Medior SSpS terhadap spiritualitas
Beata Maria Helena Stollenwerk. Dalam pembahasan ini penulis memaparkan 6 enam bagian. Bagian pertama mengenai pemahaman tentang spiritualitas Maria
Helena Stollenwerk oleh para Suster Medior SSpS di provinsi Jawa. Bagian kedua mengenai kehidupan membiara para Suster. Bagian ketiga mengenai pendalaman
dan penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk. Bagian keempat mengenai sikap dan perwujudan. Bagian kelima mengenai faktor pendukung dan
penghambat dalam menghayati spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk. Bagian keenam mengenai usaha meningkatkan kesetiaan hidup membiara oleh
para Suster Medior. 1.
Pemahaman tentang spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk oleh para Suster Medior SSpS di provinsi Jawa.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa para Suster Medior SSpS provinsi Jawa telah memahami spiritualitas dalam hidup hariannya. Menurut
mereka spiritualitas Beata Maria Helena merupakan kehidupan rohani yang
memberi kekuatan, kegembiraan, kedamaian dalam menjalani hidup sebagai religius sehingga mereka senantiasa setia menjalankan tugas dan kepercayaan
yang dipercayakan oleh Kongregasi.
2. Kehidupan membiara para Suster.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan menguatkan motivasi mereka dimana semakin mampu untuk menyediakan diri untuk diutus dimana saja
dan kapan saja. Keterlibatan mereka juga membawa suasana yang berbeda adanya saling percaya dan persaudaraan diantara mereka. Dari hasil peneliti menemukan
bahwa Suster Medior SSpS menindaklanjuti dalam penghayatan spiritualitas dalam hidup setiap hari dengan setia berdoa. Dalam hal ini setiap hidup yang para
Suster jumpai dalam peziarahan hidup hari itu mereka membawanya dalam doa, kerena mereka percaya bahwa doa yang tulus akan membantu meringankan beban
orang yang didoakan tersebut. Kesetiaan mengikuti Ekaristi merupakan nafas hidup dan bekal untuk peziarahan sepanjang hari itu. Selain itu mereka mengikuti
berbagai kegiatan baik seminar, pendalaman, retret AJS, maupun kegiatan di lingkungan, atau di paroki dan yang paling mudah mereka melaksanakan berbagi
sapaan, relasi baik di komunitas maupun di luar komunitas.
3. Pendalaman dan penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan pendalaman dan penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena bagi Suster Medior SSpS provinsi
Jawa untuk menghayati dan mendalami, Suster Medior SSpS mempersiapkan diri
dengan kesadaran penuh di sini dan saat ini. Maka mereka dapat dengan setia mengikuti proses pendalaman dan penghayatan dengan keterbukaan hati.
4. Sikap dan perwujudan.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan sikap dan perwujudan Suster Medior SSpS dengan belajar bagaimana meneladani sikap dan kesetiaan
dari Maria Helena dengan cara hidup yang sederhana. Bukan itu saja tapi kesetiaan doa dan memperhatikan setiap para Suster dengan kesederhanaan serta
kerendahan hati dalam menyikapi hidup terutama di zaman sekarang.
5. Faktor pendukung dan penghambat dalam menghayati spiritualitas Beata
Maria Helena Stollenwerk. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan faktor yang
mendukung Suster Medior SSpS untuk menghayati spiritualitas Maria Helena ada dua yakni: faktor dari dalam diri dan luar diri. Pertama, faktor pendukung dari
dalam diri Suster Medior SSpS untuk menghayati spiritualitas Beata Maria Helena yakni ada kesadaran baru bahwa dirinya menghidupi dan sangat membutuhkan
spiritualitas tersebut. Selain itu ada kepercayaan dalam diri bahwa Yesus hadir lewat doa dan dalam diri setiap Suster atau orang yang dilayani. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa keasadaran akan kehadiran Yesus lewat doa dan dalam diri sesama yang dilayani mereka membutuhkan doa dan orang lain sebagai
kekuatan hidup sangat mendukung para Suster Medior.
Kedua, faktor pendukung dari luar yakni suasana komunitas dan sekitarnya memberi kesempatan dan kepercayaan serta saling adanya keterbukaan
satu dengan yang lain, tersedianya buku-buku bacaan tentang Beata Maria Helena ini sangat membantu untuk menghayati spiritualitas tersebut.
6. Usaha meningkatkan kesetiaan hidup membiara oleh para Suster Medior.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan usaha yang telah dilakukan para Suster Medior SSpS provinsi Jawa guna meningkatkan mereka
terhadap kesetiaan hidup membiara yakni mereka berusaha mengikuti Ekaristi dan meluangkan waktu untuk doa pribadi setiap hari minimal 1 jam. Persiapan batin
mereka lakukan dengan doa pribadi, meditasi atau duduk hening dihadapan Tuhan. Ungkapan tersebut di atas dipertegas dalam Konstitusi SSpS art 413
bahwa untuk mencapai persatuan yang mesra dengan Allah para Suster senantiasa mengusahakan ketenangan yang mencakup seluruh pribadi sebagai persiapan
untuk berdoa, meditasi dan keterbukaan untuk menerima bisikan dan karya Allah.
3.
Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di atas penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian dengan bertitik tolak dari penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena
Stollenwerk sebagai sumber dan puncak hidup Kristiani. Para Suster Medior SSpS provinsi Jawa menghayati spiritualitas Beata Maria Helena sebagai sumber dan
puncak hidup yang memotivasi mereka untuk menghayati dalam kesetiaan hidup
membiara. Persiapan batin dan diri membantu mereka untuk melaksanakan tugas perutusan yang dipercayakan oleh Kongregasi.
Para Suster Medior mampu menghayati spiritualitas Beata Maria Helena karena mereka membutuhkan dan merasa dipercaya bahwa Yesus sungguh
menyertai mereka dalam tugas dan pelayanan mereka dimana mereka diutus. Suasana komunitas juga mendukung. Selain hal-hal yang mendukung seperti di
atas, ada juga hal yang menghambat mereka dalam menghayati spiritualitas Beata Maria Helena yakni perasaan malas, bosan, mengantuk , karena kondisi badan
kurang stabil atau kurang sehat. Suster Medior SSpS menyadari realitas di atas sebagai bagian dari hidup
mereka. Mereka telah berusaha memperbaiki yang masih kurang, dalam hal ini usaha mereka untuk semakin meningkatkan penghayatan terhadap penghayatan
spiritualitas Beata Maria Helena dengan berusaha untuk semakin menghidupinya sehingga semakin setia dalam panggilan.
Dengan melihat realitas dan situasi tersebut di atas, maka bab IV penulis akan memberi tanggapan terhadap hasil penelitian berupa sumbangan pemikiran
yang berbentuk rekoleksi model Shared Christian Praxis SCP sebagai usaha untuk meningkatkan kesetiaan hidup membiara para Suster Medior provinsi Maria
Bunda Allah Jawa.
BAB IV
KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS UNTUK MENINGKATKAN KESETIAAN HIDUP MEMBIARA PARA
SUSTER MEDIOR SSpS PROVINSI MARIA BUNDA ALLAH JAWA TERHADAP PENGHAYATAN SPIRITUALITAS
BEATA MARIA HELENA STOLLENWERK
Dalam bab III telah diuraikan tentang bagaimana usaha penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk untuk meningkatkan kesetiaan hidup
membiara para Suster Medior SSpS Provinsi Jawa. Berdasarkan hasil observasi partisipatif dan wawancara yang telah penulis lakukan, penulis mendapatkan hasil
bahwa para Suster Medior SSpS yang tinggal di Komunitas Roh Kudus dan St Elisabeth Blitar telah menghayati spiritualitas Maria Helena Stollenwerk dalam
meningkatkan kesetiaan hidup membiara dalam realitas hidup setiap hari. Mereka menghayati spiritualitas Maria Helena Stollenwerk dengan terlibat dalam berbagai
kegiatan dan tanggungjawab di Komunitas maupun kegiatan hidup di karya dan menggereja. Kegiatan yang dimaksud kegiatan kerohanian, kegiatan di karya
pendidikan dan Rumah Sakit, kegiatan sosial. Mereka melaksanakan setiap kegiatan itu dengan kesadaran bahwa sebagai religius, panggilan dan perutusan
mereka tidak hanya di satu tugas yang dipercayakan saja tetapi perlu terlibat dalam realitas hidup yang dijumpai dan dialami. Oleh karena itu dalam
melaksanakan perutusannya, mereka berusaha untuk mengintegrasikan antara hidup rohani dan hidup pelayanan.
Para Suster Medior mampu meningkatkan kesetiaan dalam hidup membiara karena mereka menyadari bahwa spiritualitas Maria Helena
Stollenwerk merupakan cermin gambaran tentang Allah dan manusia yang khas yang diwujud-nyatakan dalam tiga pilihan lewat gagasan-gagasannya yaitu:
penghormatan terhadap Hati Kudus Yesus yang mempunyai hubungan erat dengan Ekaristi, penghormatan terhadap Roh Kudus yang menghantarnya kepada
penyembahan kepada Allah Tritunggal dan penghomatan terhadap Kanak-Kanak Yesus.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis melihat bahwa perlu diadakan suatu kegiatan yang dapat menginspirasi dan memotivasi para Suster Medior
untuk semakin setia dalam menghayati spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk. Penulis ingin memberikan sumbangan pemikiran berupa kegiatan
rekoleksi. Rekoleksi ini akan dibawakan dalam katekese model Shared Christian Praxis
sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan Suster Medior SSpS dalam meningkatkan kesetiaan
hidup membiara. Penulis akan menguraikannya dalam tiga bagian yaitu: Pertama, alasan katekese digunakan sebagai usaha
meningkatkan penghayatan kesetiaan para Suster Medior dalam hidup membiara. Kedua, alasan katekese model Shared Christian Praxis dipilih sebagai usaha
meningkatkan penghayatan kesetiaan para Suster Medior SSpS dalam hidup membiara. Ketiga, program katekese yang meliputi: pemikiran dasar program
katekese, usulan tema katekese, rumusan tema dan tujuan, pelaksanaan program rekoleksi, Matriks Program Rekoleksi Bagi Para Suster Medior SSpS Provinsi
Maria Bunda Allah Jawa, dan contoh persiapan rekoleksi dengan pola katekese model Shared Christian Praxis.
A. Alasan Katekese Digunakan sebagai Usaha Meningkatkan Penghayatan
Kesetiaan Para Suster Medior dalam Hidup Membiara
Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman, khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada
umumnya diberikan secara organis dan sistimatis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen. Maka dari itu, sungguhpun
katekese tidak secara formal dipandang bertepatan dengan sejumlah unsur-unsur misi pastoral Gereja yang mempunyai aspek kateketis, yang merupakan persiapan
bagi katekese atau bersumber padanya, katekese bertumpu pada unsur-unsur itu CT, 1979:23.
Suster SSpS Medior SSpS memiliki pengalaman iman dalam hal penghayatan terhadap spiritualitas Beata Maria Helena Stollenwerk. Penghayatan
tersebut telah dialaminya melalui pengalaman sehari-hari. Dari setiap pengalaman, Suster Medior memandang pengalaman itu dengan sudut pandang
yang berbeda-beda. Alangkah baiknya pengalaman itu mereka bagikan satu sama lain guna saling memperkaya, menguatkan dan meneguhkan dalam perjalanan
hidup dan panggilannya. Penulis melihat bahwa katekese menjadi wadah yang tepat bagi para
Suster Medior untuk menggali pengalaman penghayatan mereka terhadap spiritualitas Beata Maria Helena. Penulis mengharapkan dengan katekese para
Suster Medior SSpS bisa saling mengkomunikasikan pengalaman iman tersebut
guna memperkaya, menguatkan dan memperteguh satu dengan lainnya. Hal ini sesuai dengan makna katekese, seperti yang sudah terungkap di atas yakni
“komunikasi iman atau berbagi pengalaman iman antar umat beriman atau kelompok” Lalu, 2007: 89. Dengan katekese para Suster Medior diharapkan
agar semakin termotivasi untuk semakin setia dalam hidup membiara karena penghayatan spiritualitas Beata Maria Helena dalam kesaksian hidup sehari-hari
dan mereka pun tekun untuk memberikan kesaksian imannya ditengah hidup dan segala persoalan masyarakat serta semakin membuka diri untuk merangkul siapa
saja yang kita layani dan haus akan cinta kasih, keadilan dan perdamaian dapat dirasakan oleh semua orang dan tidak terbatas pada golongan dan orang tertentu
saja, sehingga visi misi K ongregasi SSpS yakni “Hiduplah Allah Tritunggal
Dalam Hati Kita dan Dalam H ati Umat Manusia” semakin hidup dan konkrit.
B.
Alasan Katekese Model Shared Christian Praxis Diplih Sebagai Usaha Meningkatkan Penghayatan Kesetiaan Para Suster Medior SSpS dalam
Hidup Membiara
Ada banyak model katekese yang dapat digunakan dalam pembangunan proses katekese umat, misalnya: Model Biblis, model Pengalaman hidup, Model
Shared Christian Praxis , naratif eksperiensial, dan lain-lain. Penulis menawarkan
program katekese dalam bab ini yakni katekese model Shared Christian Praxis. Shared Christian Praxis
menekankan proses berkatekese yang bersifat dialog dan partisipatif, yang dimaksudkan mendorong peserta berdasarkan konfrontasi antara
tradisi dan visi hidup mereka dengan Tradisi dan Visi Kristiani agar secara pribadi
maupun bersama mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai Kerajaan Allah Sumarno, 2012: 14.
Shared Christian Praxis merupakan salah satu dari model katekese
pengalaman hidup. Bagi penulis model Shared Christian Praxis sangat cocok dengan pembahasan tentang penghayatan para Suster Medior SSpS dalam
meningkatkan kesetiaan hidup membiara. Model katekese ini lebih mengangkat pengalaman hidup peserta. Peserta dilibatkan secara aktif untuk membagikan
pengalaman hidupnya, kemudian diajak berefleksi untuk menemukan suatu aksi konkrit sebagai wujud dari perubahan sikapnya. Dalam realitas hidup setiap hari
para Suster medior telah menghayati spiritualitas Maria Helena dengan terlibat dalam berbagai kegiatan dalam komunitas maupun kegiatan yang ditawarkan oleh
gereja. Mereka melakukannya dengan penuh kesadaran bahwa Suster Medior baik yang berkarya atau sebagai kepala bagian maupun yang studi bukan karena pandai
dalam intelektual semata yang harus dikembangkan namun kehidupan rohani dan sosial juga sangat perlu mendapat perhatian sehingga tidak terjadi kepincangan
dalam menjalani panggilan sebagai seorang religius. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kadang ada beberapa dari Suster Medior mengikuti kegiatan
tersebut tidak dengan segenap hati sehingga tidak mengherankan akan terjadi berbagai alasan yang dapat mereka berikan sebagai salah satu cara untuk menolak
dalam kegiatan tersebut. Ada juga yang kurang menghayati spiritualitas Beata Maria Helena sebagai semangat, kekuatan dan kebutuhan rohani yang mereka
rindukan dalam menjawab panggilan Tuhan. Contoh konkret yakni ketika