30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji  kualitas  sediaan  racikan  pulveres  dengan  zat  aktif  diltiazem  pada rumah sakit X dapat dilakukan dengan melakukan pengujian pada tiga parameter
kualitas  sediaan  racikan  pulveres  yaitu  seragam  dalam  bobot,  seragam  dalam kandungan  zat  aktif,  dan  kering.  Pengambilan  sampel  dilakukan  secara  acak
random sehingga setiap unit populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil  sebagai  sampel.  Cara  random  merupakan  usaha  untuk  mendapatkan
sampel yang representative karena adanya bias pemilihan dapat diperkecil sekecil mungkin Harinaldi, 2005.
A. Uji Keragaman Bobot
Tujuan  dilakukan  uji  keragaman  bobot  adalah  untuk  melihat  salah  satu parameter  kualitas  pulveres  yaitu  seragam  dalam  bobot.  Uji  keragaman  bobot
merupakan  salah  satu  metode  yang  dapat  digunakan  untuk  mengetahui keseragaman  sediaan  dan  dapat  digunakan  sebagai  tahap  awal  identifikasi  untuk
mengetahui  keseragaman  kandungan  dari  sampel  pulveres.  Pengujian  ini dilakukan pada seluruh bungkus pulveres yang dijadikan sampel. Bobot pulveres
diperoleh dari selisih antara nilai bobot pulveres total dengan bobot bungkusnya. Perhitungan  nilai  KV  digunakan  untuk  mengetahui  besar  keragaman  bobot
pulveres tiap bungkus. Menurut Anief  2000, nilai KV atau penyimpangan bobot antar  bungkus  pulveres  tidak  boleh  lebih  besar  dari  10.  Hasil  uji  keragaman
bobot pulveres dapat dilihat pada tabel III.
Tabel III. Hasil uji keragaman bobot pulveres
Resep 1 Resep 2
Resep 3 Sampel
Bobot mg Sampel
Bobot mg Sampel
Bobot mg
1 244,6
1 224,1
1 206,0
2 285,5
2 250,2
2 226,2
3 255,4
3 216,1
3 203,3
4 183,6
4 236,0
4 234,1
5 185,4
5 213,5
5 194,9
6 253,9
6 194,1
6 176,8
7 208,9
7 211,5
7 262,5
8 165,2
8 217,5
8 256,1
9 164,8
9 226,0
9 220,1
10 193,0
10 162,1
10 219,1
∑ 2140,3
∑ 2151,1
∑ 2199,1
214,03 215,11
219,91 SD
42,64 SD
23,90 SD
26,49 KV
19,92 KV
11,11 KV
12,04
Catatan:  bobot  pulveres  teoritis  =  205,7  mg;    =  bobot  tidak  memenuhi  syarat Farmakope Indonesia IV 1995 karena terletak di luar rentang 90-110
dari bobot teoritis.
Berdasarkan pada tabel III, nilai KV pengambilan pulveres hari 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 19,92; 11,11; dan 12,04. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa bobot pulveres tiap bungkus dari semua waktu pengambilan memiliki nilai KV yang tidak memenuhi persyaratan, yaitu lebih dari 10.
Uji  keragaman  bobot  dalam  penelitian  ini  juga  mengacu  pada  syarat  uji keseragaman  kandungan  untuk  zat  aktif  diltiazem  pada  Farmakope  Indonesia  IV
1995  yaitu tidak boleh  kurang dari 90 dan tidak lebih dari  110 dari jumlah yang tertera pada etiket atau jumlah yang sebenarnya. Bobot pulveres sebenarnya
adalah  205,7  mg  yang  diperoleh  dari  hasil  penimbangan  bobot  satu  tablet Farmabes
®
143,4  mg  dan  setengah  tablet  klobazam  62,3  mg  yang  digunakan rumah  sakit  X  untuk  membuat  sediaan  racikan  pulveres.  Rentang  bobot  yang
diperbolehkan dalam penelitian ini adalah 185,1-226,3 mg.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pulveres yang diambil pada hari 1, 2,  dan  3  berturut-turut  terdapat  tujuh,  tiga,  dan  empat  bungkus  pulveres  yang
terletak  di  luar  rentang  yang  telah  ditetapkan.  Berdasarkan  pada  pengujian terhadap  keragaman  bobot  dapat  disimpulkan  bahwa  pulveres  dengan  zat  aktif
diltiazem yang diracik di rumah sakit X memiliki bobot yang tidak seragam.
B. Uji Keseragaman Kandungan