di perguruan tinggi yang baik apabila pada dimensi lain individu menunjukkan indikasi yang berkebalikan.
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi
Dalam lingkup perguruan tinggi, ditemukan faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi, yaitu:
3.1.Persepsi dukungan sosial Dukungan sosial merupakan sumber daya yang dimiliki individu
untuk melakukan penyesuaian diri. Persepsi individu mengenai lingkungan sosial yang mendukung mengurangi ketegangan yang
dialami individu dan memudahkan dirinya melakukan proses transisi di lingkungan yang baru Credé Niehorster, 2012; Friedlander et al.,
2007. 3.2.Persepsi hubungan dengan orang tua
Kelekatan antara anak dengan orangtua dan pola asuh orangtua berpengaruh dalam proses penyesuaian diri karena berkaitan dengan
ketergantungan hubungan mahasiswa dengan orangtuanya Beyers Goossens, 2003; Credé Niehorster, 2012; Mattanah, Hancock,
Brand, 2004; Orrego Rodriguez, 2001. Mahasiswa dengan tipe kelekatan tak aman, khususnya kelekatan kecemasan dapat
menyebabkan dirinya mengalami ketakutan pada penolakan, kurangnya keterampilan sosial, dan isolasi. Keadaan ini berdampak
pada penyesuaian diri di perguruan tinggi seperti merasa kesepian, depresi, dan dapat mengakibatkan distress Marmarosh Markin,
2007. Pola asuh autoritatif mempermudah mahasiswa melalui masa transisi ke dalam lingkungan perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan
keluarga yang hangat, emosional, peduli, serta memiliki komunikasi yang terbuka membuat individu mencapai penguasaan prestasi yang
lebih besar dan regulasi diri yang baik Hickman et al., 2000. 3.3.Data demografi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa data demografis terkait posisi etnis tertentu dalam masyarakat minoritas atau
mayoritas, status generasi mahasiswa terkait perbedaan informasi yang dimiliki antara mahasiswa generasi pertama berkuliah dalam
keluarganya dengan mahasiswa generasi lanjutan yang memiliki pengalaman keluarga berkuliah, dan status ekonomi sosial memiliki
pengaruh terhadap proses penyesuian dirinya Credé Niehorster, 2012; Friedlander et al., 2007; Hertel, 2010; Schneider Ward, 2003.
Mahasiswa yang beretnis minoritas di masyarakat, cenderung memerlukan usaha yang lebih untuk dapat menyesuaikan diri di
perguruan tinggi
atau akan
mengalami kesulitan
dalam penyesuaiannya. Status mahasiswa dengan keluarga yang sudah pernah
berkuliah sebelumnya cenderung memiliki informasi yang lebih banyak
mengenai kehidupan
perkuliahan sehingga
dapat mempersiapkan diri dan tidak terlalu mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri di perguruan tinggi. Kemudian, penelitian juga menemukan bahwa mahasiswa dengan status ekonomi sosial yang
tinggi cenderung lebih mudah untuk menyesuaikan diri di perguruan tinggi dibandingkan mahasiswa dengan status ekonomi sosial yang
rendah. 3.4.Kecerdasan emosi
Kecerdasan emosi merupakan tipe kecerdasan yang meliputi kemampuan
untuk memproses
informasi emosional
dan menggunakannya dalam penalaran dan aktivitas kognitif lainnya
VandenBos, 2007. Dalam menyesuaikan diri, individu melibatkan keterampilan untuk mengelola perubahan. Keterampilan mengelola
perubahan itu sendiri melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi potensi masalah serta menggunakan strategi koping yang realistis dan
fleksibel. Dimensi pengelolaan stres melibatkan kemampuan untuk mengelola situasi yang penuh tekanan dengan cara yang tenang dan
proaktif. Individu dengan kemampuan pengelolaan stres yang baik cenderung tidak impulsif dan dapat bekerja dengan baik di bawah
tekanan sehingga mendukung proses penyesuaian dirinya termasuk dalam konteks perguruan tinggi Parker et al., 2004.
3.5.Karakter kepribadian trait Trait merupakan dimensi kepribaian yang memengaruhi pikiran,
perasaan dan perilaku individu dengan cara tertentu. Karakter seperti ekstraversi, keramahan, keterbukaan dan kestabilan emosi dapat
membuat individu lebih cepat menjalin pertemanan baru dan lebih siap mempelajari lingkungan barunya sehingga mendukung proses
penyesuaian diri di perguruan tinggi Aspinwall Taylor, 1992; Credé Niehorster, 2012; Schnuck et al., 2011
.
Individu dengan perfeksionisme maladaptif memiliki kecenderungan stres yang lebih
tinggi, memiliki pandangan yang kaku atau tidak fleksibel terhadap diri sendiri, dan orang lain. selain itu juga kurang memiliki solusi yang
efektif dalam memahami dan mengatasi masalahnya sehingga mengakibatkan individu ini sulit menyesuaikan diri dengan baik di
lingkungannya Rice et al., 2006. 3.6.Evaluasi-diri inti core self-evaluation
Faktor yang mencakup harga diri, efikasi diri, locus of control, ini berpengaruh pada penyesuaian diri di perguruan tinggi karena
menentukan cara yang dilakukan individu untuk menghadapi permasalahan dari tekanan lingkungan pada dirinya, serta cara individu
mempersepsikan dan memaknai lingkungan barunya dalam perguruan tinggi. Hal ini ditandai dengan tingginya tingkat kepercayaan diri dan
optimisme sehingga lebih mudah untuk membentuk hubungan sosial
baru Credé Niehorster, 2012.
Menurut Friedlander et al. 2007, individu dengan penilaian diri yang baik cenderung memiliki strategi yang lebih efektif untuk
menghadapi tuntutan akademik dan sosial yang melekat di lingkungan perguruan tinggi. Locus of control merupakan cara pandang, berkaitan
dengan kesadaran bahwa dirinya memiliki kendali dalam perilakunya, responnya terhadap lingkungan. Dengan demikian, orang yang merasa
punya kendali akan mengarahkan dirinya dalam merespon tekanan sehingga melakukan penyesuaian diri, sedangkan yang merasa tidak
punya kendali akan mengikuti arus tekanan dari lingkungan. Oleh karena itu, locus of control internal berdampak pada kesuksesan
individu untuk menyesuaiakan diri pada keempat dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi Aspelmeier et al., 2012.
B. LOCUS OF CONTROL INTERNAL 1. Konsep Locus of Control