Menjelaskan Makna Puisi serta Budayanya

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa 98 Tugas Mandiri Bandingkanlah gambaran kehidupan kedua puisi di atas. “Perempuan- Perempuan Perkasa” adalah gambaran kehidupan masyarakat desa di suatu daerah yang bekerja menjajakan dagangannya di atas kereta dari semenjak subuh hingga surya terbenam.

2. Menjelaskan Makna Puisi serta Budayanya

Seperti yang telah diungkapkan bahwa makna sebuah karya seni, terutama puisi tidak bisa dilepas dari faktor penikmatnya. Penafsiran yang diperoleh dari tiap penikmat pembaca berbeda-beda, tergantung pengetahuan dan wawasan yang dimiliki. Selain itu, penggunaan bahasa dalam puisi yang sarat dengan simbol- simbol sangat membutuhkan keahlian tersendiri untuk menguraikan simbol-simbol tersebut ke dalam sebuah makna. Berikut ini disajikan langkah-langkah pemahaman terhadap sebuah puisi. Coba Anda perhatikan dengan seksama a. Uraikanlah puisi kata demi kata, bait demi bait, baris demi baris dalam bentuk parafase. b. Setelah itu, carilah kata-kata berbentuk simbol, artikanlah simbol tersebut untuk mendapatkan maknanya. Dari uraian keseluruhan tersebut, Anda dapat memahami maknanya secara utuh. Puisi yang baik adalah puisi yang sarat dengan makna dan nilai-nilai, baik itu nilai pendidikan, sosial, agama, budaya dan lain sebagainya. Nilai budaya yang dimaksud dalam uraian berikut ini adalah budaya Indonesia, seperti cara memperlakukan anak, cara makan dan minum, cara menghormati orang lain, dan lain sebagainya. Anda dapat menemukan nilai budaya dalam sebuah puisi setelah memahami makna keseluruhan puisi tersebut. 1. Untuk menguji kemampuan anda, jelaskanlah makna puisi “Astana Rela” Astana Rela Tiada bersua dalam dunia Tiada mengapa hatiku sayang Tiada dunia tempat selama Layangkan angan meninggi awan Di unduh dari : Bukupaket.com Bab IV~ Pendidikan 99 Jangan percaya hembusan cedera Berkata tiada hanya dunia Tilikkan tajam mata kepala Sungkumkan sujud hati sanubari Mula segala tiada ada Pertengahan masa kita bersua Ketika tiga bercerai ramai Di waktu tertentu berpandang terang Kalau kekasihmu hasratkan dikau Restu sempana memangku daku Tiba masa kita berdua Berkaca bahagia di air mengalir Bersama kita mematah buah Sempana kerja di muka dunia Bunga cerca melayu lipu Hanya bahagia tersenyum harum Di situ baru kita berdua Sama merasa, sama membaca Tulisan cuaca rangkaian mutiara Di mahkota gapura astana rela Nyanyi Sunyi, 1959 2. Selanjutnya, jelaskanlah kebudayaan yang digambarkan Amir Hamzah melalui puisi tersebut pada masa itu 3. Carilah puisi yang lain yang menggambarkan masyarakat dan budaya Jawa atau daerah lain Interpretasikan maknanya dan serahkan hasil kerja Anda kepada guru untuk mendapatkan penilaian Di unduh dari : Bukupaket.com Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa 100 D. Melisankan Gurindam XII Melisankan Gurindam XII sama halnya dengan cara melisankan pantun. Melisankan gurindam hampir sama dengan mendeklamasikan pada puisi. Akan tetapi, pelisanan gurindam dilakukan dengan cara dilagukan. Berikut ini disajikan Gurindam XII dengan beberapa pasal 1-5, bacalah dan pahami isi yang terkandung di dalamnya Pasal Pertama: Barangsiapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilang nama. Barangsiapa mengenal yang empat, Maka ia itulah orang yang ma’rifat. Barangsiapa mengenal Allah, Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah. Barangsiapa mengenal diri maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri. Barangsiapa mengenal dunia, tahulah ia barang yang terpedaya. Barangsiapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia mudarat. Pasal Kedua: Barangsiapa mengenal yang tersebut, tahulah ia makna takut. Barangsiapa meninggalkan sembahyang, seperti rumah tiada bertiang. Barangsiapa meninggalkan puasa, tidaklah mendapat dua termasa. Barang siapa meninggalkan zakat, tiadalah artinya beroleh berkat. Barangsiapa meninggalkan zakat, tiadalah artinya beroleh zakat. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab IV~ Pendidikan 101 Barangsiapa meninggalkan haji, tiadalah ia menyempurnakan janji. Pasal Ketiga: Apabila terpelihara mata, sedikitlah cita-cita. Apabila terpelihara, kuping, kabar yang jahat tiadalah damping. Apabila terpelihara lidah, niscaya dapat dari padanya faedah. Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan, daripada segala berat dan ringan Apabila perut terlalu penuh, keluarlah fi’il yang tiada senunuh. Anggota tengah hendaklah ingat, di situlah banyak orang yang hilang semangat. Hendaklah peliharakan kaki, daripada berjalan yang membawa rugi. Pasal Keempat: Hati itu kerajaan di dalam tubuh, Jikalau lalim segala anggota pun rubuh. Apabila dengki sudah bertanah, datanglah dari padanya beberapa anak panah. Mengumpat dan memuji hendaklah pikir, di situlah banyak orang tergelincir. Pekerjaan marah jangan dibela, nanti hilang akal di kepala. Jika sedikit pun berbuat bohong, boleh diumpamakan mulutnya itu pekong. Tanda orang yang amat celaka, aib dirinya tiada ia sangka. Bakhil jangan diberi singgah, itulah perampok yang amat gagah. Barangsiapa yang sudah besar, janganlah kelakuannya membuat kasar. Di unduh dari : Bukupaket.com Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa 102 Latihan Barang siapa perkataan kotor, mulutnya itu umpama ketur. Di mana tahu salah diri, jika tidak orang lain yang berperi. Pekerjaan takabur jangan dirapih, sebelum mati didapat juga sapih. Pasal Kelima: Jika hendak mengenal orang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasa. Jika hendak mengenal orang yang berbahagia, sangat memeliharakan yang sia-sia. Jika hendak mengenal orang mulia, lihatlah kepada kelakuan dia. Jika hendak mengenal orang yang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu. Jika hendak mengenal orang yang berakal, di dalam dunia mengambil bekal. Jika hendak mengenal orang baik perangai, lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai. Setelah Anda mencoba melisankan gurindam di atas dan memahami makna yang terkandung di dalamnya, kerjakanlah soal-soal berikut ini 1. Apa makna atau isi pasal pertama gurindam di atas? 2. Apa pengertian ma’rifat? 3. Apa pesan yang ingin disampaikan pada pasal kedua? 4. Apa makna yang Anda tangkap pada pasal ketiga? 5. Jelaskan pula isi pasal keempat dan kelima gurindam tersebut Di unduh dari : Bukupaket.com Bab IV~ Pendidikan 103 Dalam melisankan gurindam, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut; 1. Lafal, yaitu kejelasan pengucapan bunyi bahasa kata. Untuk mengetahui pelafalan setiap kata, kalian dapat melihatnya dalam kamus bahasa Indonesia. Perhatikan pelafalan penggalan gurindam berikut ini: barang syapa tyada mìmìgang ägama, sekali-kali tiada boleh dibhilang nama, barang syapa mengenal yang empat, maka itulah orang yang ma’rifat. 2. Intonasi, yaitu naik turunnya suara. Intonasi dalam pelisanan gurindam, berkaitan dengan proses melagukan. Perhatikan contoh penggalan berikut ini ....... Jika hendakmengenalorang berbangsa, Lihat kepadabudidan bahasa. Dari contoh di atas, tanda 1 berarti intonasi naik; 2 berarti intonasi sedang atau datar, dan 3 berarti intonasi turun. Selain itu, Anda harus memerhatikan pula tanda jeda atau tanda untuk berhenti sejenak tanda. Dalam melisankan gurindam, jeda yang digunakan adalah jeda pendek, yaitu berhenti selama satu ketukan. 3. Ekspresi, yaitu gerak mimik muka yang menandakan peralatan. Dalam melisankan gurindam, Anda harus menciptakan suasana santai, tapi menampilkan kesan yang kudus dan khusuk. Sebab, gurindam berisi nasehat yang disampaikan dengan jalan bersenda gurau. Oleh karena itu, gunakan pula suara yang dalam yaitu suara dengan frekuensi rendah. 4. Mimik muka yang perlu ditampilkan adalah mimik muka yang santai tapi serius, sebagaimana saat kamu menasehati teman sebayamu.

1. Menjelaskan Gurindam yang Dihubungkan dengan Konteks