Kohesi Gramatikal Pemakaian Kohesi dan Koherensi

yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran untuk paragraf 108 dapat dicermati dalam paragraf sebagai berikut. 108a Hari Jumat yang lalu, ketika saya pulang dari sekolah dan melewati jembatan keci yang membatasi desa saya dengan desa tetangga, tiba-tiba langkah kaki saya terhenti karena melihat Deni, teman sekelas saya membuang sampah di Sungai Belawan yang merupakan Sumber air bersih bagi kami. padahal, ketika kami di sekolah selalu dinasehati oleh guru kami agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Seketika saya berteriak menghentikan tindakan Deni tersebut. Tetapi Deni malah menjawab, “biarkan saja nanti juga akan hanyut terbawa arus sungai”. Saya kemudian hanya bisa menghela nafas panjang melihat kejadian tersebut, melihat sampah – sampah itu hanyut pelan tapi pasti hanyut dan mulai tenggelam ke dasar sungai. 20-a C. Konjungsi Peneliti menemukan enam jenis konjungsi dalam paragraf pada karangan para guru. konjungsi tersebut yaitu a konjungsi adversatif pertentangan, b konjungsi kausal sebab akibat, c konjungsi korelatif penegasan, d konjungsi subordinatif syarat, e konjungsi temporal waktu, dan f konjungsi koordinatif penghubungpemilihan. a Konjungsi Adversatif Peneliti menemukan pemakaian konjungsi adversatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian konjungsi adversatif dipaparkan pada paragraf 109, 110, dan 111 sebagai berikut. 109 Banyak orang yang mengklaim dirinya pecinta Lingkungan hidup, tetapi bila berhadapan dengan sampah, nyalinya tak dapat berbuat banyak. Kita semua sudah membela diri bahwa kita hidup sehat, hidup bersih, tetapi malas mengusahakan kerbersihan itu sendiri. 19-f 110 Akibat yang sangat fatal banyak warga yang diserang penyakit, baik anak- anak maupun orang dewasa. Namun hingga sekarang ini Masih banyak masyarakat yang belum memahami betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Walaupun Mereka sudah mengetahui akibat dari perbuatan Yang tidak menjaga kebersihan lingkungan tersebut. 18-c 111 Kebersihan lingkungan Lingkungan sehat adalah idaman setiap manusia. Tetapi sudah kita berjuang melawan kebersihan lingkungan itu? 19-c Dari hasil analisis pada paragraf 109 ditemukan konjungsi adversatif berupa tetapi. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna pertentangan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2011: 140 bahwa konjungsi adversatif menunjukkan adanya suatu pertentangan. Makna pertentangan yang dihasilkan paragraf 109 yaitu musibah banjir yang datang dianggap sepele, faktanya justru membawa kerugian besar. Dari hasil analisis pada paragraf 110 ditemukan konjungsi adversatif berupa namun. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna pertentangan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2011: 140 bahwa konjungsi adversatif menunjukkan adanya suatu pertentangan. Makna pertentangan yang dihasilkan paragraf 110 yaitu adanya bencana banjir membawa musibah besar, faktanya masih saja banyak masyarakat yang tidak sadar akan kebersihan lingkungan. Fenomena yang sama dengan analisis data 19f dan 18c ditemukan juga pada data 8b, 11c, 12a, 19h, 20a, 18c, 14b yang dapat dicermati dalam lampiran. Dari hasil analisis pada paragraf 111 ditemukan konjungsi adversatif berupa tetapi. Konjungsi tersebut tidak tepat, karena konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan klausa bukan penghubung antar kalimat. Namun makna pertentangan yang dihasilkan tepat dan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2011: 140 bahwa konjungsi adversatif menunjukkan adanya suatu pertentangan. Makna yang hasilkan pada pargaraf 111 yaitu kebersihan lingkungan merupakan idaman setiap orang, faktanya apakah kita sudah memperhatikan kebersihan lingkungan. Fenomena yang sama dengan analisis data 19c ditemukan juga pada data 12b, 19c, 17a, 20c yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran untuk paragraf 111 dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. 111a Kebersihan lingkungan Lingkungan sehat adalah idaman setiap manusia. Namun sudah kita berjuang melawan kebersihan lingkungan itu? 19-c b Konjungsi Kausal Peneliti menemukan pemakaian konjungsi kausal dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian konjungsi kausal dipaparkan pada paragraf 112, 113, dan 114 sebagai berikut. 112 dari menumpuknya sampah di sungai dan parit-parit itu juga mengakibatkan tumbuh dan berkembang jentik-jentik nyamuk, dari situ pula kita dapat terserang penyakit DBD dan lain-lain. Tampa kita sadari dari bahwa dari ulah kita maka kita sendiri yang menanggung akibatnya, maka semoga kedepat kita akan semakin sadar dan tidak ada lagi masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempatnya apalagi di sungai. 2-c 113 Demikian cara hidup bersih dan bermanfaat yang bisa kita dapatkan. Oleh karena itu, marilah kita semua menjaga kebersihan baik kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan agar kita menjadi sehat dan terhindar dari penyakit yang mengancam. 4-d 114 Semakin sering manusia membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya maka semakin banyak sampah yang akan menumpuk dan pada akhirnya siklus air tersumbat. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus maka seluruh komponen hidup yang ada didalam air akan mati akibat air yang sudah tercemar. 7-c Dari hasil analisis pada paragraf 112 ditemukan konjungsi kausal berupa maka. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna sebab akibat. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2011: 140 bahwa konjungsi kausal menyatakan hubungan sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi maka yaitu ulah kita sendiri mengakibatkan kita menanggung akibat dari pencemaran lingkungan. Dari hasil analisis pada paragraf 113 ditemukan konjungsi kausal berupa agar. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna sebab akibat. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2011: 140 bahwa konjungsi kausal menyatakan hubungan sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi agar yaitu dari menjaga kebersihan akan mengakibatkan kita menjadi sehat. Fenomena yang sama dengan analisis data 2c dan 4d ditemukan juga pada data 2b, 3c, 3b, 4a, 4c, 4d, 5b, 5c, 6b, 7a, 7d, 8a, 8c, 9a, 9b, 10b, 11b, 11c, 13c, 14b, 14c, 15a, 15b, 16a, 16c, 17c, 18a, 18b, 19e, 19h, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran. Dari hasil analisis pada paragraf 114 ditemukan konjungsi kausal berupa maka. Konjungsi maka tidak tepat, karena tidak ada makna yang menyatakan sebab akibat. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2011: 140 yang menyataka bahwa konjungsi kausal menyatakan hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, sebaiknya konjungsi maka dihilangkan. Fenomena yang sama dengan analisis data 7c ditemukan juga pada data 4b, 7a, 8a yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran paragraf 114 dapat dicermati dalam paragraf sebagai berikut. 114a Semakin sering manusia membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya maka semakin banyak sampah yang akan menumpuk dan pada akhirnya siklus air tersumbat. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus seluruh komponen hidup yang ada didalam air akan mati akibat air yang sudah tercemar. 7-c c Konjungsi Korelatif Peneliti menemukan pemakaian konjungsi korelatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian konjungsi korelatif dipaparkan pada paragraf 115, 116, dan 117 sebagai berikut. 115 Di Indonesia masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat. Akibat ketidak sadaran dari masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat, seperti di selokan, parit, dan sungai, dari kesemuanya itu tampa kita sadari bahwa itu semua akan berakibat negarif bagi kita dan juga masyarakat. 2-a 116 dari menumpuknya sampah di sungai dan parit-parit itu juga mengakibatkan tumbuh dan berkembang jentik-jentik nyamuk, dari situ pula kita dapat terserang penyakit DBD dan lain-lain. Tampa kita sadari dari bahwa dari ulah kita maka kita sendiri yang menanggung akibatnya, maka semoga kedepat kita akan semakin sadar dan tidak ada lagi masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempatnya apalagi di sungai. 2-c 117 Namun, kini hutan telah kehilangan kelestariannya, Mereka telah hancur bahkan hilang dengan beralih Fungsi menjadi perkebunan dan pemukiman penduduk. Hal ini disebabkan oleh manusia-manusia yang rakus. Mereka dengan keinginan yang tidak bisa di bendung, menebang pohon dan membunuh binatang-binatang demi kepentingan pribadi- pribadi dan kantong-kantong mereka sendiri. 14-c Dari hasil analisis pada paragraf 115 ditemukan konjungsi korelatif berupa bahwa. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna penegasan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2011: 140 bahwa konjungsi korelatif menunjukkan adanya penegasan. Makna penegasan yang dihasilkan oleh konjungsi bahwa yaitu membuang sampah sembarangan akan berakibat negarif bagi kita dan juga masyarakat. Dari hasil analisis pada paragraf 116 ditemukan konjungsi korelatif berupa apalagi. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna penegasan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2011: 140 bahwa konjungsi korelatif menunjukkan adanya penegasan. Makna penegasan yang dihasilkan oleh konjungsi apalagi yaitu menekankan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sembarang tempatnya terlebih di sungai. Dari hasil analisis pada paragraf 117 ditemukan konjungsi korelatif berupa bahkan. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna penegasan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2011: 140 bahwa konjungsi korelatif menunjukkan adanya penegasan. Makna penegasan yang dihasilkan oleh konjungsi bahkan yaitu keadaan hutan yang sudah parah. Fenomena yang sama dengan analisis data 2a, 2c, dan 14c ditemukan juga pada data 1a, 7a, 7b, 8a, 11b, 13a, 14b, 14d, 15b, 18a, 18c, 19e, 19f, 20c yang dapat dicermati dalam lampiran. d Konjungsi Subordinatif Peneliti menemukan pemakaian konjungsi subordinatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian konjungsi subordinatif dipaparkan pada paragraf 118, 119, dan 120 sebagai berikut. 118 Semakin sering manusia membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya maka semakin banyak sampah yang akan menumpuk dan pada akhirnya siklus air tersumbat. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus maka seluruh komponen hidup yang ada didalam air akan mati akibat air yang sudah tercemar. 7-c 119 Dimana-mana kita sering melihat tulisan, baik dipinggir jalan, maupun di Sekolah, di Kantor, bahkan di rumah kita sekalipun, ada tulisan yang membuat kita sadar dan harus kita pikirkan akibat perbuatan tersebut yaitu, Dilarang membuang sampah sembarangan. Karena jika kita membuang sampah sembarangan, maka semua kita akan terkena dampaknya yaitu banjir akan melanda kita karena sampah membuat selokan-selokan air tersumbat, sehingga air hujan tidak lancar mengalir, terjadilah genangang air meluap hingga meluap dengan ketinggian yang tidak diduga masyarakat. 8-a 120 Dari sekian banyak kegiatan manusia yang sering merusak lingkungan dan alam. Pembuangan sampah tidak pada tempatnya merupakan salah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI satu hal terburuk yang dilakukan. Jelas sekali manusia begitu paham bahwa jika membuang sampah sembarangan terutama didaerah aliran sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir. 7b Dari hasil analisis pada paragraf 118 ditemukan konjungsi subordinatif berupa jika. Konjungsi tersebut tepat, karena menyatakan syarat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2011: 140 bahwa konjungsi subordinatif menyatakan adanya syarat. Makna syarat yang dihasilkan oleh konjungsi jika yaitu komponen hidup dalam air akan mati dengan syarat sampah menumpuk di sungai. Dari hasil analisis pada paragraf 119 ditemukan konjungsi subordinatif berupa jika. Konjungsi tersebut tepat, karena menyatakan syarat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2011: 140 bahwa konjungsi subordinatif menyatakan adanya syarat. Makna syarat yang dihasilkan oleh konjungsi jika yaitu kita akan terkena dampak banjir dengan syarat kita membuang sampah disungai. Fenomena yang sama dengan analisis data 7c dan 8a 3b ditemukan juga pada data 12d dan 16b yang dapat dicermati dalam lampiran. Dari hasil analisis pada paragraf 120 ditemukan konjungsi subordinatif berupa jika. Konjungsi tersebut tidak tepat, karena tidak ada makna syarat yang dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2011: 140 bahwa konjungsi subordinatif menyatakan adanya syarat. Penemuan peneliti bertolak belakang dengan teori tersebnut. Oleh karena itu, sebaiknya konjungsi jika dihilangkan. Fenomena yang sama dengan analisis data 7b ditemukan juga pada data 4b yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran untuk paragraf 120 dapat dicermati dalam paragraf sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120a Dari sekian banyak kegiatan manusia yang sering merusak lingkungan dan alam. Pembuangan sampah tidak pada tempatnya merupakan salah satu hal terburuk yang dilakukan. Jelas sekali manusia begitu paham bahwa membuang sampah sembarangan terutama didaerah aliran sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir. 7-b e Temporal Peneliti menemukan pemakaian konjungsi temporal dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian konjungsi temporal dipaparkan pada paragraf 121, 122, dan 123 sebagai berikut. 121 Dalam bermasyarakat kita sering dihadapkan pada suatu permasalahan alam yang terjadi dilingkungan sekitar kita. Permasalahan- permasalahan tersebut timbul karena ulah manusia yang tidak mampu berterima kasih atas nikmat yang telah alam ini berikan. Manusia pada dasarnya tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, setelah dinikmati menggunakan maka pada akhirnya manusia tidak pernah mempertimbangkan dampaknya kedepan. Bahkan manusia tidak pernah sadar bahwa hal yang dilakukan berdampak sangat fatal bagi kehidupan. 7-a 122 Hari Jumat yang lalu, ketika saya pulang dari sekolah dan melewati jembatan keci yang membatasi desaku dengan desa tetangga, tiba-tiba langkah kakiku terhenti karena melihat Deni, teman sekelasku membuang sampah di Sungai Belawan yang merupakan Sumber air bersih bagi kami. padahal, ketika kami di sekolah selalu dinasehati oleh guru kami agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Seketika saya berteriak menghentikan tindakan Deni tersebut. Tetapi Deni malah menjawab, “biarkan saja nanti juga akan hanyut terbawa arus sungai”. Saya kemudian hanya bisa menghela nafas panjang melihat kejadian tersebut, melihat sampah – sampah itu hanyut pelan tapi pasti hanyut dan mulai tenggelam ke dasar sungai. 20-a 123 Dua hari desa kami terendam banjir yang sangat mengerikan. Setelah sungainya surut, kami mulai membersihkan rumah dan lingkungan sekitar. Tetapi sungguh menyedihkan karena ketika Saya sedang membatu orang tua saya membersihkan rumah, tiba-tiba Boni datang berlari mendekati Saya dan mengatakan Deni Sakit dan Sekarang Sudah dibawa ke Rumah Sakit. Secepat kilat saya membersihkan badan dan mengajak Boni untuk menjenguk. Ketika sampai di rumah sakit, baru kami mengetahui bahwa Deni terserang penyakit muntaber yang memang sangat cepat berkembang biak di tempat yang lembab. Setelah beberapa hari diopname di Rumah Sakit akhirnya Deni diperbolehkan pulang ke rumahnya lagi. 20-c PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dari hasil analisis pada paragraf 121 ditemukan konjungsi temporal berupa setelah. Konjungsi tersebut tepat, karena menyatakan waktu yang sedang berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Chaer 2009: 97 bahwa konjungsi temporal menyatakan waktu. Makna waktu yang dihasilkan oleh konjungsi setelah yaitu peristiwa yang akan terjadi dengan perilaku manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada. Dari hasil analisis pada paragraf 122 ditemukan konjungsi temporal berupa ketika. Konjungsi tersebut tepat, karena menyatakan waktu yang sedang berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Chaer 2009: 97 bahwa konjungsi temporal menyatakan waktu. Makna waktu yang dihasilkan oleh konjungsi ketika yaitu Jumat lalu pada saat pulang sekolah. Dari hasil analisis pada paragraf 123 ditemukan konjungsi temporal berupa ketika dan akhirnya. Konjungsi tersebut tepat, karena konjungsi ketika menyatakan waktu yang sedang berlangsung, sedangkan konjungsi akhirnya menyatakan pungkasan waktu. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Chaer 2009: 97 bahwa konjungsi temporal menyatakan waktu. Makna waktu yang dihasilkan oleh konjungsi ketika yaitu saat saya sampai di rumah sakit untuk menjenguk Deni. Makna waktu yang dihasilkan oleh konjungsi akhirnya yaitu Deni sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa hari diopname. Fenomena yang sama dengan data 7a, 20a, dan 20c ditemukan juga pada data 10a dan 11c yang dapat dicermati dalam lampiran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI f Konjungsi Koordinatif Peneliti menemukan pemakaian konjungsi koordinatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian konjungsi koordinatif dipaparkan pada paragraf 124, 125, dan 126 sebagai berikut. 124 Untuk menjaga Lingkungan agar tetap bersih, indah dan sehat, kita harus membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Jangan membuang sampah sembarangan, seperti kekali atau sungai atau kedalam parit. 3-a 125 Yang pertama adalah menjaga kebersihan diri sendiri. Menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari , memotong kuku dan menggosok gigi akan membuat tubuh kita selalu bersih. Sehingga jika kebersihan telah didapat, maka tubuh kita akan menjadi sehat dan tidak akan mudah terserang oleh penyakit. 4-b 126 Akibat semua itu banjir melanda perkampungan dan rumahpun menjadi bulan-bunan air tergenang. 2Semuanya ini menyebabkan penyakit salah satunya diare dll. 10-c Dari hasil analisis pada paragraf 124 ditemukan konjungsi koordinatif berupa atau. Konjungsi tersebut tidak tepat, karena tidak sesuai dengan makna yang dihasilkan. Menurut Chaer 2009: 97, konjungsi koordinatif berfungsi untuk menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, misalnya dan menyatakan hubungan penambahan dan atau menyatakan hubungan pemilihan. Pada paragraf 124 makna yang dihasilkan yaitu penambahan unsur sehingga konjungsi yang seharusnya digunakan berupa dan. Fenomena yang sama dengan data 3a ditemukan juga pada data 8c dan 16b yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran untuk paragraf 124 dapat dicermati dalam paragraf sebagai berikut. 124a Untuk menjaga Lingkungan agar tetap bersih, indah dan sehat, kita harus membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Jangan membuang sampah sembarangan, seperti kekali atau sungai dan kedalam parit. 3-a Dari hasil analisis pada paragraf 125 ditemukan konjungsi koordinatif berupa dan. Konjungsi tersebut tepat, karena menyatakan penambahan unsur. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2009: 97, konjungsi koordinatif berfungsi untuk menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, misalnya dan menyatakan hubungan penambahan dan atau menyatakan hubungan pemilihan. Kedua unsur yang dihubungkan oleh konjungsi dan yaitu tubuh kita akan sehat dan tidak mudah terserang penyakit Dari hasil analisis pada paragraf 126 ditemukan konjungsi koordinatif berupa dan. Konjungsi tersebut tepat, karena menyatakan penambahan unsur. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer 2009: 97, konjungsi koordinatif berfungsi untuk menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, misalnya dan menyatakan hubungan penambahan dan atau menyatakan hubungan pemilihan. Kedua unsur yang dihubungkan oleh konjungsi dan yaitu perkampungan dan rumah. Fenomena yang sama dengan data 4b dan 10c ditemukan juga pada data 1b, 2c, 3b, 5c, 6b, 7c, 8c, 10c, 11a, 11c, 12b, 13a, 14a, 14b, 18b, 19b, 19d, 19i, dan 10b yang dapat dicermati dalam lampiran.

4.2.2.3 Koherensi Berpenanda

Peneliti menemukan enam jenis koherensi berpenanda yaitu a koherensi kausalitas, b koherensi kontras, c koherensi aditif, d koherensi rincian, ekoherensi temporal, dan f koherensi kronologis. Berikut ini dipaparkan keenam jenis koherensi berpenanda tersebut. A. Koherensi Kausalitas Peneliti menemukan pemakaian koherensi kausalitas dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian koherensi kausalitas dipaparkan pada paragraf 127, 128, dan 129 sebagai berikut. 127 Sampah menumpuk di selokan, parit, dan sungai , ketiga datang musim penghujan maka meluaplah sampah-sampah yang bertumpuk di sungai di selokan dan di parit-parit dan itu mengakibat kan terjadinya banjir, karena sampah sudah memenuhi sungai parit dan yang merasakan dampak itu semua adalah kita semua terutama masyarakat yang berdomisili bertempat tinggal di sungai. 2-b 128 Akibat dari kejadian tersebut, banyak hal buruk menimpanya. Diantaranya adalah seluruh harta bendanya rusak akibat banjir, kegiatan lainnya lumpuh total. Belum lagi penyakit yang dideritanya akibat dari pasca banjir. Baim harus terbaring lemas di rumah sakit karena terkena penyakit diare dan demam berdarah. 5-c 129 Dimana-mana kita sering melihat tulisan, baik dipinggir jalan, maupun di Sekolah, di Kantor, bahkan di rumah kita sekalipun, ada tulisan yang membuat kita sadar dan harus kita pikirkan akibat perbuatan tersebut yaitu, Dilarang membuang sampah sembarangan. Karena jika kita membuang sampah sembarangan, maka semua kita akan terkena dampaknya yaitu banjir akan melanda kita karena sampah membuat selokan-selokan air tersumbat, sehingga air hujan tidak lancar mengalir, terjadilah genangang air meluap hingga meluap dengan ketinggian yang tidak diduga masyarakat. 8-a Dari hasil analisis pada paragraf 127 ditemukan koherensi kausalitas berupa karena. Konjungsi yang digunakan tepat, karena melalui konjungsi tersebut paragraf 127 mengandung makna yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi 2002: 29 bahwa koherensi kausalitas adalah koherensi yang menunjukkan adamua hubungan sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi karena yaitu banjir terjadi akibat dari sampah yang sudah memenuhi sungai. Dari hasil analisis pada paragraf 128 ditemukan koherensi kausalitas berupa karena. Konjungsi yang digunakan tepat, karena melalui konjungsi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tersebut paragraf 128 mengandung makna yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi 2002: 29 bahwa koherensi kausalitas adalah koherensi yang menunjukkan adamua hubungan sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi karena yaitu Baim terbaring lemas di rumah sakit yang disebabkan oleh penyakit yang diderita pasca banjir. Fenomena yang sama dengan data 2b dan 5c ditemukan juga pada data 2c, 3c, 3b, 4a, 4c, 4d, 5b, 5c, 6b, 7a, 7d, 8a, 8c, 9a, 9b, 10b, 11b, 11c, 13c, 14b, 14c, 15a, 15b, 16a, 16c, 17c, 18a, 18b, 19e, 19h, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran. Dari hasil analisis pada paragraf 129 ditemukan koherensi kausalitas berupa karena dan maka. Konjungsi tersebut tidak tepat, karena tidak menyatakan adanya hubungan sebab akibat. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi 2002: 29 bahwa koherensi kausalitas adalah koherensi yang menunjukkan adamua hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, sebaiknya konjungsi tersebut dihilangkan. Fenomena yang sama dengan data 8a ditemukan juga pada data 4b, 7a, dan 7c yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran untuk paragraf 129 dapat dicermati dalam paragraf sebagai berikut. 129a Dimana-mana kita sering melihat tulisan, baik dipinggir jalan, maupun di Sekolah, di Kantor, bahkan di rumah kita sekalipun, ada tulisan yang membuat kita sadar dan harus kita pikirkan akibat perbuatan tersebut yaitu, Dilarang membuang sampah sembarangan. Jika kita membuang sampah sembarangan, semua kita akan terkena dampaknya yaitu banjir akan melanda kita karena sampah membuat selokan-selokan air tersumbat, sehingga air hujan tidak lancar mengalir, terjadilah genangang air meluap hingga meluap dengan ketinggian yang tidak diduga masyarakat. 8-a B. Koherensi Kontras Peneliti menemukan pemakaian koherensi kontras dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian koherensi kontras dipaparkan pada paragraf 130, 131, dan 132 sebagai berikut. 130 Saat musim kemarau sampah bukan hal yang dipermasalahkan, tetapi bila musim hujan tiba maka kita mulai uring-uringan dan cenderung menyalahi orang lain karena banjir, penyakit dan sebagainya. 19-h 131 Hari Jumat yang lalu, ketika saya pulang dari sekolah dan melewati jembatan keci yang membatasi desaku dengan desa tetangga, tiba-tiba langkah kakiku terhenti karena melihat Deni, teman sekelasku membuang sampah di Sungai Belawan yang merupakan Sumber air bersih bagi kami. Padahal, ketika kami di sekolah selalu dinasehati oleh guru kami agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Seketika saya berteriak menghentikan tindakan Deni tersebut, tetapi Deni malah menjawab, “biarkan saja nanti juga akan hanyut terbawa arus sungai”. Saya kemudian hanya bisa menghela nafas panjang melihat kejadian tersebut, melihat sampah – sampah itu hanyut pelan tapi pasti hanyut dan mulai tenggelam ke dasar sungai. 20-a 132 Dua hari desa kami terendam banjir yang sangat mengerikan. Setelah sungainya surut, kami mulai membersihkan rumah dan lingkungan sekitar. Tetapi sungguh menyedihkan karena ketika Saya sedang membatu orang tua saya membersihkan rumah, tiba-tiba Boni datang berlari mendekati Saya dan mengatakan Deni Sakit dan Sekarang Sudah dibawa ke Rumah Sakit. Secepat kilat saya membersihkan badan dan mengajak Boni untuk menjenguk. Ketika sampai di rumah sakit, baru kami mengetahui bahwa Deni terserang penyakit muntaber yang memang sangat cepat berkembang biak di tempat yang lembab. Setelah beberapa hari diopname di Rumah Sakit akhirnya Deni diperbolehkan pulang ke rumahnya lagi. 20-c Dari hasil analisis pada paragraf 130 ditemukan koherensi kontras berupa tetapi. Koherensi yang digunakan tepat, karena melalui konjungsi tersebut paragraf 130 mengandung makna yang menunjukkan adanya perlawanan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi 2002: 30 bahwa koherensi kontras menunjukkan adanya hubungan perlawanan. Makna perlawanan yang dihasilkan oleh konjungsi tetapi yaitu saat musim kemarau sampah bukan hal yang dipermasalahkan, sebaliknya pada saat musim hujan sampah menjadi sumber permasalahan. Dari hasil analisis pada paragraf 131 ditemukan koherensi kontras berupa tetapi. Koherensi yang digunakan tepat, karena melalui konjungsi tersebut paragraf 131 mengandung makna yang menunjukkan adanya perlawanan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi 2002: 30 bahwa koherensi kontras menunjukkan adanya hubungan perlawanan. Makna perlawanan yang dihasilkan oleh konjungsi tetapi yaitu saya berteriak menghentikan tindakan Deni, faktanya Deni tetpai membuang sampah di sungai. Fenomena yang sama dengan data 19h dan 20a ditemukan juga pada data 8b, 11c, 12a, 14b, 19f, 19h, 20a, 17a, 18c yang dapat dicermati dalam lampiran. Dari hasil analisis pada paragraf 132 ditemukan koherensi kontras berupa tetapi. Koherensi yang digunakan tidak tepat, karena konjungsi tetapi dalam paragraf 132 digunakan sebagai penghubung antar kalimat. namun makna yang dihasilkan dalam paragraf tersebur tepat, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi 2002: 30 bahawa koherensi kontras menunjukkan adanya hubungan perlawanan. Makna perlawanan yang dihasilkan oleh konjungsi tetapi yaitu tokoh saya merasa senang karena banjir mulai surut, hal tersebut bertentangan dengan kabar menyedihkan bahwa Deni sakit dan dirawat di rumah sakit. Fenomena yang sama dengan data 20c ditemukan juga pada data 12b, 19c, 17a yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran untuk paragraf 132 dapat dicermati dalam paragraf sebagai berikut. 132a Dua hari desa kami terendam banjir yang sangat mengerikan. Setelah sungainya surut, kami mulai membersihkan rumah dan lingkungan sekitar. Namun sungguh menyedihkan karena ketika Saya sedang membatu orang tua saya membersihkan rumah, tiba-tiba Boni datang berlari mendekati Saya dan mengatakan Deni Sakit dan Sekarang Sudah dibawa ke Rumah Sakit. Secepat kilat saya membersihkan badan dan mengajak Boni untuk menjenguk. Ketika sampai di rumah sakit, baru kami mengetahui bahwa Deni terserang penyakit muntaber yang memang sangat cepat berkembang biak di tempat yang lembab. Setelah beberapa hari diopname di Rumah Sakit akhirnya Deni diperbolehkan pulang ke rumahnya lagi. 20-c C. Koherensi Aditif Peneliti menemukan pemakaian koherensi aditif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian koherensi aditif dipaparkan pada paragraf 133 dan 134 sebagai berikut. 133 Selain mejaga kebersihan tubuh, menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal juga sangat penting untuk dilakukan. Membersihakan seisi rumah dan lingkungan sekitar akan membuat lingkungan menjadi bersih dan tidak menjadi sarang bagi penyakit untuk tumbuh dan berkembang. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan kita seperti, mengubur barang-barang bekas, menguras bak mandi dan menutup semua sumber air sehingga nyamuk tidak bisa berkembang biak di sana. 4-c 134 Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah. Di sanalah terdapat ribuan jenis tumbuhan dan binatang yang saling hidup berdampingan. Selain menjadi tempat tinggal para tumbuhan dan binatang, hutan juga merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia. Hutanlah yang menyediakan sumber makanan bagi kita. Binatang dan tumbuhan yang ada di sana menjadi sumber makanan yang tidak terbatas bagi kita. 14-a Dari hasil analisis pada paragraf 133 ditemukan koherensi aditif berupa selain. Konjungsi tersebut tepat, karena mengandung makna penambahan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi 2002: 30 bahwa koherensi aditif menyatakan adanya makna penambahan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi selain yaitu menjaga kebersihan tubuh dan menjaga kebersihan lingkungan sangat penting untuk dilakukan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI