94
Sampah tidak berguna atau tidak berfungsi ditanam didalam tanah ,
supaya tidak mencemari Lingkungan. Lingkungan yang tercemar menyebabkan timbulnya berbagai penyakit salah satu akibat, membuang
sampah sembarangan berakibat paritgot meluap sehingga terjadi penumpukan sampah disungai, sungaipun menjadi dangkal sehingga
waktu musim hujan air sungai tidak bisa tertampung dengan semana mestinya. 10-b
95 Akibat dari membuang sampah tidak pada tempatnya Lingkungan akan
semakin kotor, akibat dari itu terjadilah hujan, hujan itu mengakibatkan banjir, banjir terjadi akibat dari pembuangan sampah-sampah atau
limbah-limbah yang dibuang tidak pada tempatnya. 17-b
96 Di Indonesia masih banyak masyarakat yang membuang sampah di
sembarang tempat. Akibat ketidak sadaran dari masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat, seperti di selokan, parit, dan
sungai, dari kesemuanya itu tampa kita sadari bahwa itu semua akan berakibat negarif bagi kita dan juga masyarakat. 2-a
Dari hasil analisis pada paragraf 94 ditemukan kata tidak berguna yang
mempuyai persamaan dengan kata tidak berfungsi. Selain itu, ditemukan juga kata parit yang mempunyai persamaan dengan kata got. Kohesi sinonimi tersebut tepat
karena kedua kata tersebut mempunyai makna yang sama. Sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Baryadi 2002: 27 bahwa sinonimi adalah kohesi leksikal
yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan konstituen lain. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat.
Dari hasil analisis pada paragraf 95 ditemukan kata sampah-sampah
yang mempuyai persamaan dengan kata limbah-limbah. Kohesi sinonimi tersebut tepat karena kedua kata tersebut mempunyai makna yang sama. Sesuai dengan
teori yang dipaparkan oleh Baryadi 2002: 27 bahwa sinonimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu
dengan konstituen lain. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat.
Dari hasil analisis pada paragraf 96 ditemukan kata selokan, parit. Kohesi sinonimi tersebut tepat karena kedua kata tersebut mempunyai makna
yang sama. Sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Baryadi 2002: 27 bahwa sinonimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang mirip
antara konstituen yang satu dengan konstituen lain. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. Fenomena yang sama dengan data 10b, 17b,
dan 2a ditemukan juga pada data 2b, 3a, 7c, 8d, 9a, 10a, 13b, 19e yang dapat dicermati dalam lampiran.
D. Ekuivalensi
Peneliti menemukan pemakaian kohesi ekuivalensi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian kohesi ekuivalensi dipaparkan pada
paragraf 97, 98, dan 99 sebagai berikut. 97
Membuang sampah di sembarang tempat akan berakibat tidak baik bagi
kesehat tubuh dan lingkungan sampah sebaiknya di buang di tempat pembuangan sampah agar tidak menimbulkan banyak masalah pada
lingkungan . sampah yang dibuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan terserang berbagai penyakit. 6-a
98
Pada saat Lukman melangkahkan kakinya menuju ke sungai, langkahnya terhenti oleh suatu pemandangan yang tidak mengenakkan.
Dilihatnya Pak Hadi yang dengan seenaknya saja membuang sampah ke sungai. Tanpa rasa berdosa dan bersalah pak Hadi pun berlalu dari
pandangannya. Lukman ingin sekali menegur pak Hadi, namun pak Hadi berlalu begitu cepat. Lukman kembali melanjutkan Langkah kakinya
menuju sungai untuk mengambil air. Usai mengambil air Lukman pun kembali ke rumah. 12-b
99
Suatu Sore Anto disuruh ibu nya membuang Sampah ditempat pembuangan Sampah , tapi Anto ternyata membuang sampah itu
ditempat yang bukan tempat pembuangan sampah , Anto membuang sampah dipinggir jalan. padahal disitu ada tulisan yang berupa
larangan yaitu “dilarang membuang sampah sembarangan”, akan tetapi Anto malah melanggar aturan itu. 17-a
Dari hasil analisis pada paragraf 97 ditemukan kata buang yang mempuyai ekuivalensi dengan kata pembuangan. Kohesi ekuivalensi tersebut
tepat karena kedua kata tersebut bersifat sepadansebanding. Sesuai dengan teori dalam KBBI 2008: 132 bahwa ekuivalensi merupakan suatu keadaan sebanding
senilai, seharga, sederajat, sama arti, sama banyak, atau merupakan suatu keadaan sepadan. Hal tersebut bertujuan supaya kalimat tersebut lebih variatif.
Dari hasil analisis pada paragraf 98 ditemukan kata melangkahkan yang mempuyai ekuivalensi dengan kata langkahnya. Kohesi ekuivalensi tersebut tepat
karena kedua kata tersebut bersifat sepadansebanding. Sesuai dengan teori dalam KBBI 2008: 132 bahwa ekuivalensi merupakan suatu keadaan sebanding
senilai, seharga, sederajat, sama arti, sama banyak, atau merupakan suatu keadaan sepadan. Hal tersebut bertujuan supaya kalimat tersebut lebih variatif.
Dari hasil analisis pada paragraf 99 ditemukan kata membuang yang mempuyai ekuivalensi dengan kata pembuangan. Kohesi ekuivalensi tersebut
tepat karena kedua kata tersebut bersifat sepadansebanding. Sesuai dengan teori dalam KBBI 2008: 132 bahwa ekuivalensi merupakan suatu keadaan sebanding
senilai, seharga, sederajat, sama arti, sama banyak, atau merupakan suatu keadaan sepadan. Hal tersebut bertujuan kalimat tersebut lebih variatif. Peneliti
menemukan 3 data jenis kohesi ekuivalensi, semua data telah dipaparkan dalam analisis data pada paragraf di atas.
4.2.2.2 Kohesi Gramatikal
Peneliti menemukan tiga jenis kohesi gramatikal yaitu a referensi penunjukkan, b substitusi penggantian, dan c konjungsi kata hubung.
Berikut ini dipaparkan ketiga jenis pemakaian kohesi gramatikal tersebut. A.
Referensi Berdasarkan arah penunjukannya referensi dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu a referensi anaforis dan b referensi kataforis. Kedua penunjukkan tersebut dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut.
a Referensi Anaforis
Peneliti menemukan pemakaian kohesi referensi anaforis dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian kohesi referensi anaforis dipaparkan
pada paragraf 100, 101, dan 102 sebagai berikut 100
Di larang membuang sampah sembarangan, Anda tentunya. Sering
membaca tanda larangan tersebut bukan. mengapa ada. Kata-kata larangan tersebut. dan apa tujuannya. ? Jawabannya. adalah mengapa
terdapat tanda larangan tersebut, Karena Kita di ajak untuk bersama- sama menjaga kebersihan bersama. dan agar lingkungan Kita selalu
bersih dan enak dipandang, dan sehat untuk kehidupan Kita. 16-a
101 Kebersihan lingkungan Lingkungan sehat adalah idaman setiap
manusia. Tetapi sudah kita berjuang melawan kebersihan lingkungan itu? 19-c
102
Demikian cara hidup bersih dan bermanfaat yang bisa kita dapatkan.
Oleh karena itu, marilah kita semua menjaga kebersihan baik kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan agar kita menjadi sehat dan
terhindar dari penyakit yang mengancam. 4-d
Dari hasil analisis pada paragraf 100 ditemukan kata tersebut. Penunjukkan tersebut tepat karena kata tersebut mengacu pada konstituen
sebelum kata yang ditunjuk. Hal tersebut sesuai dengan teori Baryadi 2002: 18 bahwa referensi ditandai oleh adanya konstituen yang menunjuk konstituen
disebelah kiri. Kata tersebut dalam paragraf 100 menunjuk pada tanda larangan dilarang membuang sampah sembarangan.
Dari hasil analisis pada paragraf 101 ditemukan kata itu. Penunjukkan tersebut tepat karena kata itu mengacu pada konstituen sebelum kata yang
ditunjuk. Hal tersebut sesuai dengan teori Baryadi 2002: 18 bahwa referensi ditandai oleh adanya konstituen yang menunjuk konstituen disebelah kiri. Kata itu
dalam paragraf 101 menunjuk pada kebersihan lingkungan. Hasil analisis pada paragraf 102 ditemukan kata demikian. Penunjukkan
tersebut tepat karena kata demikian mengacu pada konstituen sebelum kata yang ditunjuk. Hal tersebut sesuai dengan teori Baryadi 2002: 18 bahwa referensi
ditandai oleh adanya konstituen yang menunjuk konstituen disebelah kiri. Kata demikian dalam paragraf 102 menunjuk pada tata cara hidup bersih dan
bermanfaat. Fenomena yang sama dengan data 16a, 19c, dan 4d ditemukan juga pada data 2a, 5b, 5c, 7e, 10c, 11b, 14c, 16a, 17b, 18a, 19d, 20a yang dapat
dicermati dalam lampiran. b
Referensi Kataforis Peneliti menemukan pemakaian kohesi referensi kataforis dalam paragraf
pada karangan para guru. Contoh pemakaian kohesi referensi kataforis dipaparkan pada paragraf 103, 104, dan 105 sebagai berikut.
103 Suatu Sore Anto disuruh ibu nya membuang Sampah ditempat
pembuangan Sampah , tapi Anto ternyata membuang sampah itu ditempat yang bukan tempat pembuangan sampah , Anto membuang
sampah dipinggir jalan. padahal disitu ada tulisan yang berupa larangan yaitu
“dilarang membuang sampah sembarangan”, akan tetapi Anto malah melanggar aturan itu. 17-a
104 Sampah menumpuk di selokan, parit, dan sungai , ketiga datang musim
penghujan maka meluaplah sampah-sampah yang bertumpuk di sungai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di selokan dan di parit-parit dan itu mengakibat kan terjadinya banjir, karena sampah sudah memenuhi sungai parit dan yang merasakan
dampak itu semua adalah kita semua terutama masyarakat yang berdomisili bertempat tinggal di sungai. 2-b
105 Kurang lebih dua puluh tahun yang lalu di pedalaman Kalimantan Timur
tepatnya di sebuah Desa kecil yang terletak di pinggir perairan sungai mahakam yaitu kampung Mamahak Teboq yang sangat-sangat nyaman,
aman, dan indah. 11-a
Dari hasil analisis pada paragraf 103 ditemukan kata yaitu. Penunjukkan tersebut tepat karena kata yaitu mengacu pada konstituen sesudah kata yang
ditunjuk. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Baryadi 2002: 19 bahwa referensi kataforis ditandai oleh adanya konstituen yang mengacu konstituen
disebelah kanan. Kata yaitu dalam paragraf 103 menunjuk pada dilarang membuang sampah sembarangan.
Dari hasil analisis pada paragraf 104 ditemukan kata adalah. Penunjukkan tersebut tepat karena kata adalah mengacu pada konstituen sesudah
kata yang ditunjuk. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Baryadi 2002: 19 bahwa referensi kataforis ditandai oleh adanya konstituen yang mengacu
konstituen disebelah kanan. Kata adalah dalam paragraf 104 menunjuk pada kita semua terutama masyarakat yang tinggal di dekat sungai.
Dari hasil analisis pada paragraf 105 ditemukan kata yaitu. Penunjukkan tersebut tepat karena kata yaitu mengacu pada konstituen sesudah kata yang
ditunjuk. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Baryadi 2002: 19 bahwa referensi kataforis ditandai oleh adanya konstituen yang mengacu konstituen
disebelah kanan. Kata yaitu dalam paragraf 105 menunjuk kampung mamahak teboq. Fenomena yang sama dengan data 17a, 2b, dan 11 a ditemukan juga pada
data 6c, 8a, 16c, 19j yang dapat dicermati dalam lampiran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Substitusi
Peneliti menemukan pemakaian kohesi substitusi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian kohesi substitusi dipaparkan pada paragraf
106, 107, dan 108 sebagai berikut. 106
Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah. Di sanalah terdapat ribuan jenis tumbuhan dan binatang yang saling hidup berdampingan. Selain
menjadi tempat tinggal para tumbuhan dan binatang, hutan juga merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia. Hutanlah yang
menyediakan sumber makanan bagi kita. Binatang dan tumbuhan yang ada di sana menjadi sumber makanan yang tidak terbatas bagi kita.
14-a
107
Namun, kini hutan telah kehilangan kelestariannya, Mereka telah hancur
bahkan hilang dengan beralih Fungsi menjadi perkebunan dan pemukiman penduduk. Hal ini disebabkan oleh manusia-manusia yang
rakus. Mereka dengan keinginan yang tidak bisa di bendung, menebang pohon dan membunuh binatang-binatang demi kepentingan pribadi-
pribadi dan kantong-kantong mereka sendiri. 14-b
108 Hari Jumat yang lalu, ketika saya pulang dari sekolah dan melewati
jembatan keci yang membatasi desaku dengan desa tetangga, tiba-tiba langkah kakiku terhenti karena melihat Deni, teman sekelasku
membuang sampah di Sungai Belawan yang merupakan Sumber air bersih bagi kami. padahal, ketika kami di sekolah selalu dinasehati oleh
guru kami agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Seketika saya berteriak menghentikan tindakan Deni tersebut. Tetapi Deni malah
menjawab, “biarkan saja nanti juga akan hanyut terbawa arus sungai”. Saya kemudian hanya bisa menghela nafas panjang melihat kejadian
tersebut, melihat sampah – sampah itu hanyut pelan tapi pasti hanyut
dan mulai tenggelam ke dasar sungai. 20-a Dari hasil analisis pada paragraf 106 ditemukan penggantian berupa di
sana. Penggantian tersebut tepat, karena terdapat unsur pengganti terhadap suatu komponen. Sesuai teori yang dikemukakan Kridalaksana 1978: 36-45, melalui
Baryadi 2002: 21 bahwa substitusi merupakan kohesi gramatikal yang berupa penggantian konstituen tertentu dengan konstituen lain. Penggantian pada
paragraf 106 yaitu penggantian terhadap unsur tempat. Kata ganti di sana pada paragraf 106 mengacu pada hutan. Penggantian tersebut bertujuan untuk
memperoleh unsur pembeda. Fenomena yang sama dengan data 14a ditemukan juga pada data 5a, 6b, 9b, 9c, 12a, 12e, 14b, 15a, 16c, 17a,
17c, 18a, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran.
Dari hasil analisis pada paragraf 107 ditemukan penggantian berupa mereka. Penggantian tersebut tidak tepat. Kridalaksana 1978: 36-45, melalui
Baryadi 2002: 21 menjelaskan bahwa substitusi merupakan kohesi gramatikal yang berupa penggantian konstituen tertentu dengan konstituen lain untuk
memperoleh unsur pembeda. Namun, kata mereka merupakan unsur pengganti orang yang digunakan untuk menggantikan tempat. Oleh karena itu, referensi
kataforis dalam paragraf 107 menyalahi teori Baryadi. Pembenaran untuk paragraf 107 dapat dicermati pada paragraf berikut.
107a Namun, kini hutan telah kehilangan kelestariannya, hutan telah hancur
bahkan hilang dengan beralih Fungsi menjadi perkebunan dan pemukiman penduduk. Hal ini disebabkan oleh manusia-manusia yang
rakus. Mereka dengan keinginan yang tidak bisa di bendung, menebang pohon dan membunuh binatang-binatang demi kepentingan pribadi-
pribadi dan kantong-kantong mereka sendiri. 14-b
Dari hasil analisis pada paragraf 108 ditemukan penggantian berupa desaku, kakiku, dan teman sekelasku. Penggantian tersebut tidak tepat.
Kridalaksana 1978: 36-45, melalui Baryadi 2002: 21 menjelaskan bahwa substitusi merupakan kohesi gramatikal yang berupa penggantian konstituen
tertentu dengan konstituen lain untuk memperoleh unsur pembeda. Namun penggantian pada paragraf 108 tidak konsisten. Penulis menggunakan tokoh
saya sebagai tokoh utama, tetapi unsur pengganti yang digunakan berupa –ku.
Fenomena yang sama dengan data 14b dan 20a ditemukan juga pada data 18b PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran untuk paragraf 108 dapat dicermati dalam paragraf sebagai berikut.
108a Hari Jumat yang lalu, ketika saya pulang dari sekolah dan melewati
jembatan keci yang membatasi desa saya dengan desa tetangga, tiba-tiba langkah kaki saya terhenti karena melihat Deni, teman sekelas saya
membuang sampah di Sungai Belawan yang merupakan Sumber air bersih bagi kami. padahal, ketika kami di sekolah selalu dinasehati oleh guru
kami agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Seketika saya berteriak menghentikan tindakan Deni tersebut. Tetapi Deni malah
menjawab, “biarkan saja nanti juga akan hanyut terbawa arus sungai”. Saya kemudian hanya bisa menghela nafas panjang melihat kejadian
tersebut, melihat sampah – sampah itu hanyut pelan tapi pasti hanyut dan
mulai tenggelam ke dasar sungai. 20-a C.
Konjungsi Peneliti menemukan enam jenis konjungsi dalam paragraf pada karangan
para guru. konjungsi tersebut yaitu a konjungsi adversatif pertentangan, b konjungsi kausal sebab akibat, c konjungsi korelatif penegasan, d konjungsi
subordinatif syarat, e konjungsi temporal waktu, dan f konjungsi koordinatif penghubungpemilihan.
a Konjungsi Adversatif
Peneliti menemukan pemakaian konjungsi adversatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian konjungsi adversatif dipaparkan pada
paragraf 109, 110, dan 111 sebagai berikut. 109
Banyak orang yang mengklaim dirinya pecinta Lingkungan hidup, tetapi
bila berhadapan dengan sampah, nyalinya tak dapat berbuat banyak. Kita semua sudah membela diri bahwa kita hidup sehat, hidup bersih, tetapi
malas mengusahakan kerbersihan itu sendiri. 19-f
110 Akibat yang sangat fatal banyak warga yang diserang penyakit, baik anak-
anak maupun orang dewasa. Namun hingga sekarang ini Masih banyak masyarakat yang belum memahami betapa pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan. Walaupun Mereka sudah mengetahui akibat dari perbuatan Yang tidak menjaga kebersihan lingkungan tersebut. 18-c