Distribusi frekuensi obesitas sentral masyarakat Desa Kepuharjo,

penting adalah ketidakseimbangan antara masukan makanan dan aktivitas fisik Misnadiarly cit.,Isnaini, 2012. Perubahan gaya hidup modern dan aktivitas fisik saat ini cenderung menurun di masyarakat termasuk masyarakat pedesaan Sudikno dkk., 2010. Hasil penelitian menunjukkan total responden dengan obesitas 47 dan tidak obesitas sebanyak 53. Distribusi frekuensi obesitas umum menunjukkan bahwa obesitas umum mempunyai hubungan yang tidak bermakna terhadap jenis kelamin pria maupun wanita p=0,548. Masyarakat di Desa Kepuharjo, Cangkringan sebagian besar pekerjaannya adalah petani sehingga lebih banyak bergerak dalam menjalani pekerjaannya di ladang ataupun di sawah. Hal ini menjadikan aktivitas bergerak yang dilakukan mampu membakar kalori dengan baik sesuai dengan asupan makanan yang telah dikonsumsi, sehingga terjadi keseimbangan antara kalori yang masuk dalam tubuh dengan energi yang dikeluarkan. Oleh karena itu, obesitas di Desa Kepuharjo, Cangkringan tidak banyak terjadi.

4. Distribusi frekuensi obesitas sentral masyarakat Desa Kepuharjo,

Cangkringan Obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut lemak pusat yang terjadi akibat aktivitas fisik sehingga akumulasi lemak lebih banyak terjadi di bagian perut. Obesitas sentral juga meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif Ticoalu, Wongkar, dan Pasiak, 2015. Menurut Wulandari cit.Mustamin,2010 pada obesitas khususnya obesitas sentral abdominal, berasosiasi dengan sejumlah gangguan metabolisme dan penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi antara lain: resistensi insulin, diabetes melitus, hipertensi, hyperlipidemia, aterosklerosis, penyakit hati dan kandung empedu, bahkan beberapa jenis kanker. Data pada Tabel IV variabel obesitas sentral menunjukkan bahwa 40 responden mengalami obesitas sentral, sedangkan 60 responden tidak mengalami obesitas sentral. Responden wanita 28 di Desa Kepuharjo, Cangkringan lebih banyak mengalami obesitas sentral dibandingkan responden pria 12. Menurut Himpunan Studi Obesitas Indonesia HISOBI cit ., Trisna dan Hamid, 2009 prevalensi obesitas umum 11,02 pada wanita dan 9,16 pada pria. Sementara itu ditemukan juga prevalensi obesitas sentral pada pria sebesar 41,2 dan pada wanita sebesar 53,3 dimana penderita obesitas sentral ini berisiko lebih tinggi untuk mengalami sindroma metabolik yang merupakan faktor risiko penyakit degeneratif. Salah satu indikator pengukuran obesitas sentral yaitu pengukuran lingkar pinggang Ticoalu dkk., 2015. Obesitas sentral dapat diketahui melalui indikator rasio lingkar pinggang dan panggul Djausal, 2015. Pada penelitian ini digunakan pengukuran lingkar pinggang pada responden sebagai indikator obesitas sentral. Menurut Ticoalu dkk.2015 secara klinis penentuan obesitas sentral dapat dilakukan dengan menentukan lingkar pinggang karena kelebihan lemak abdominal terkait erat dengan faktor risiko penyakit degeneratif. Cut off point lingkar pinggang yang digunakan dalam penelitian yaitu pria ≥ 90 cm dan wanita ≥80 cm IDF, 2006. Cut off point yang sama juga digunakan pada penelitian sebelumnya oleh Harikedua dan Tando 2012 pada tokoh agama di Kota Manado. Trisna dan Hamid 2009 dalam penelitiannya menyatakan pula bahwa obesitas sentral diketahui dengan pengukuran lingkar pinggang dan batasan lingkar pinggang untuk obesitas sentral di Asia termasuk Indonesia adalah pria ≥90 cm dan wanita ≥80 cm. Hasil penelitian pada responden yang tidak mengalami obesitas sentral sebanyak 60 yaitu pada responden pria 38 dan pada responden wanita 22. Jumlah responden tidak obesitas sentral 60 lebih banyak dibandingkan responden dengan obesitas sentral 40. Hasil penelitian bahwa responden tidak obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang mengalami obesitas juga diperoleh pada penelitian Trisna dan Hamid 2009 dengan presentase obesitas sentral 49,7 dan tidak obesitas sentral 50,3. Responden wanita dalam penelitian cukup banyak yang tidak bekerja atau bekerja sebagai ibu rumah tangga, sehingga pada wanita kurangnya aktivitas fisik sangat mempengaruhi kesehatannya. Aktivitas yang kurang namun makanan lebih banyak yang masuk, maka menyebabkan penimbunan lemak dan kurangnya olahraga yang menyebabkan tingginya risiko obesitas sentral.

5. Proporsi obesitas masyarakat Desa Kepuharjo, Cangkringan