3. Distribusi frekuensi obesitas umum masyarakat Desa Kepuharjo,
Cangkringan
Gambaran distribusi frekuensi obesitas umum pada penelitian ini diperoleh dari hasil Indeks Massa Tubuh IMT responden penelitian. Cut off point IMT
untuk orang Indonesia kategori obesitas adalah ≥25 kgm
2
Widiantini dan Tafal, 2014. Hasil Tabel IV variabel obesitas umum menunjukkan bahwa pada
responden wanita yang mengalami obesitas sebanyak 25 dan pada pria 22. Terlihat bahwa obesitas lebih banyak dalami oleh wanita dibandingkan pria. Hal
ini juga ditemukan pada penelitian oleh Sukdino, Herdayati, dan Besral 2010 bahwa presentase obesitas pada responden wanita 16,7 lebih tinggi daripada
responden pria 7,82. Widiantini dan Tafal 2014 pada hasil penelitiannya menyatakan kejadian obesitas cenderung lebih tinggi pada perempuan 51,4 dan
pria 45,5. Nurzakiah, Achadi, dan Sartika 2010 dalam penelitian menemukan bahwa prevalensi obesitas lebih banyak dialami pada subjek wanita 24,92
dibandingkan pada subjek pria 15,88. Presentase obesitas pada responden wanita lebih tinggi daripada pria. Responden wanita memiliki risiko obesitas
sebesar 2,362 kali Cl 95: 2,301-2,425 dibandingkan dengan responden pria. Obesitas menjadi masalah serius di banyak negara berkembang. Saat ini
terdapat bukti bahwa prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas meningkat sangat tajam diseluruh dunia yang mencapai tingkat membahayakan Novitasary
dkk. 2010. Di Indonesia, persoalan obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan. Kecenderungan terjadinya obesitas berhubungan erat dengan pola
makan. Berbagai faktor berperan dalam timbulnya obesitas, tetapi yang paling
penting adalah ketidakseimbangan antara masukan makanan dan aktivitas fisik Misnadiarly cit.,Isnaini, 2012. Perubahan gaya hidup modern dan aktivitas fisik
saat ini cenderung menurun di masyarakat termasuk masyarakat pedesaan Sudikno dkk., 2010.
Hasil penelitian menunjukkan total responden dengan obesitas 47 dan tidak obesitas sebanyak 53. Distribusi frekuensi obesitas umum menunjukkan
bahwa obesitas umum mempunyai hubungan yang tidak bermakna terhadap jenis kelamin pria maupun wanita p=0,548. Masyarakat di Desa Kepuharjo,
Cangkringan sebagian besar pekerjaannya adalah petani sehingga lebih banyak bergerak dalam menjalani pekerjaannya di ladang ataupun di sawah. Hal ini
menjadikan aktivitas bergerak yang dilakukan mampu membakar kalori dengan baik sesuai dengan asupan makanan yang telah dikonsumsi, sehingga terjadi
keseimbangan antara kalori yang masuk dalam tubuh dengan energi yang dikeluarkan. Oleh karena itu, obesitas di Desa Kepuharjo, Cangkringan tidak
banyak terjadi.
4. Distribusi frekuensi obesitas sentral masyarakat Desa Kepuharjo,