19
2. Uji dengan Hehner-Fulton
Uji ini menggunakan pereaksi asam sulfat dan susu bebas aldehida. Ke dalam 5 ml destilat ditambahkan 6 ml asam sulfat dingin sambil
didinginkan. Dari campuran ini diambil 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian tambahkan 1 ml susu yang bebas aldehida secara
perlahan-lahan sambil didinginkan, lalu tambahkan 0,5 ml larutan yang teroksidasi dan aduk. Larutan teroksidasi dibuat dengan mencampurkan asam
sulfat dengan air dan brom sama banyak dalam keadaan dingin. Adanya formaldehida melalui uji ini ditandai dengan terbentuknya warna merah muda
keunguan. Uji ini biasa dilakukan pada produk susu cair Helrich, 1990. 3.
Uji dengan FeCl
3
Uji ini dilakukan terhadap produk susu cair dengan melibatkan pemisahan oleh asam asetat dan eter, reaksi dengan asam sulfat dan FeCl
3
. Adanya formaldehida ditandai dengan terbentuknya warna merah lembahyung
Anonim, 1992 b. 4.
Uji dengan reagen Nash. Uji ini sering dilakukan terhadap produk sirup. Reagen Nash dibuat
dengan cara mencampurkan 150 g Amonium Asetat CH
3
COONH
4
, 3 ml Asam Asetat CH
3
COOH, dan 2 ml Asetil Aseton ke dalam 200-300 ml air suling, dimasukkan ke dalam labu takar 1000 ml, kemudian ditambahkan air
suling sampai volumenya 1000 ml. Larutan uji ditambahkan pada larutan yang diduga mengandung formaldehida. Adanya formaldehida ditandai dengan
terbentuknya warna kuning Helrich, 1990. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
F. Uji Kuantitatif Formaldehida
1. Metode iodometri
Metode iodometri dilakukan dengan cara mengoksidasi formaldehida menjadi asam formiat dalam asam dan kemudian mentitrasi kembali iodium
yang tidak terpakai dengan natrium tiosulfat Schunack, Mayer, dan Haake, 1990.
2. Metode spektrofotometri
Penentuan kadar formaldehida secara spektrofotometri dapat dilakukan dengan mereaksikan formaldehida dengan asam kromotropat atau
reagen Nash dan diukur serapannya dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang absorbansi maksimalnya Helrich, 1990.
G. Spektrofotometri
Prinsip spektroskopi didasarkan adanya interaksi dari energi radiasi elektromagnetik dengan zat kimia. Dengan mengetahui interaksi yang terjadi,
dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari interaksi tersebut. Dalam analisis kimia peristiwa absorbsi merupakan dasar dari
cara spektroskopi karena proses absorbsi bersifat unik atau spesifik untuk setiap zat kimia aplikasi kualitatif. Disamping itu adalah kenyataan bahwa banyaknya
absorbsi berbanding lurus dengan banyaknya zat kimia Sudarmaji, Haryono, dan Suhardi, 1989.
Spektrum tampak terentang dari sekitar 400 nm ungu sampai 750 nm merah, sedangkan spectrum ultraviolet UV terentang dari 100 sampai 400 nm,
satuan yang digunakan untuk memberikan panjang gelombang adalah nanometer PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
1 nm = 10
-7
cm. Baik radiasi UV maupun radiasi cahaya tampak berenergi lebih tinggi daripada radiasi inframerah. Absorbsi cahaya UV atau cahaya tampak
mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih
tinggi Fessenden dan Fessenden, 1999. Panjang gelombang cahaya ultraviolet atau cahaya tampak bergantung
pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang
yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa akan menyerap cahaya
dalam daerah tampak yakni senyawa berwarna mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang
UV yang lebih pendek Fessenden dan Fessenden, 1999. Absorbsi pada 100 nm UV
→ 750 nm tampak Makin mudahnya transisi elektron
Warna merupakan hasil dari suatu perangkat kompleks dari respon faali maupun psikologis terhadap panjang gelombang cahaya antara 400 sampai 750
nm, yang jatuh pada suatu jala retina mata. Jika semua panjang gelombang cahaya tampak mengenai jala, akan diterima dirasakan warna putih; jika tidak
satupun yang mengenai selaput jala, akan dirasakan warna hitam atau kegelapan. Jika panjang gelombang dengan rentang range sempit jatuh pada selaput jala,
akan diamati warna-warna individu Fessenden dan Fessenden, 1999. Proses paling lazim yang menghasilkan warna ialah absorbsi cahaya pada
panjang gelombang tertentu oleh suatu zat. Senyawa organik dengan konjugasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
yang ekstensif menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Apa yang tampak bukanlah warna yang diserap melainkan komplemennya yang
dipantulkan. Suatu warna komplementer yang kadang-kadang disebut warna pengurangan substraksi, merupakan hasil pengurangan beberapa panjang
gelombang tampak dari dalam spektrum visual keseluruhan Fessenden dan Fessenden, 1999.
Interaksi radiasi elektromagnetik dengan bahan yaitu bila cahaya jatuh pada senyawa maka sebagian cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan
struktur dari molekul. Setiap senyawa mempunyai tingkatan tenaga yang spesifik. E
3
E
2
Tingkat E
1
tereksitasi Cahaya
E
1
= hc λ
1
Cahaya E
2
= hc λ
2
G Tingkat dasar
Gambar 7. Interaksi radiasi elektromagnetik dengan bahan-bahan
Bila cahaya mempunyai tenaga yang sama dengan perbedaan tenaga antara tingkatan dasar G dan tenaga tingkatan tereksitasi E
1
, E
2
, … jatuh pada senyawa, maka elektron-elektron pada tingkat dasar G dieksitasikan ke tingkatan
tereksitasi, dan sebagian cahaya yang sesuai dengan panjang gelombang ini diserap. Elektron yang tereksitasi melepaskan tenaga dengan proses radiasi panas
dan kembali ke tingkat dasar G asal Sastrohamidjojo, 2001. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI