Bahan Penelitian Analisis Hasil

32 d. Validitas Metode. 1 Penentuan perolehan kembali recovery Dari larutan stock formaldehida dibuat larutan formaldehida dengan konsentrasi 5,55; 6,66; 7,77; 8,88; dan 9,99 μgml dengan 3 kali replikasi. Larutan tersebut dipipet 1,0 ml dan diperlakukan seperti pada penetapan operating time. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya pada operating time dan panjang gelombang absorbansi maksimal yang diperoleh menggunakan spektrofotometer visibel double beam. Data yang diperoleh dihitung dengan persamaan kurva baku untuk mendapatkan kadar formaldehida dalam larutan. Perolehan kembali diperoleh dengan membandingkan kadar yang diperoleh dengan kadar sebenarnya dikalikan 100. Rumus penentuan perolehan kembali,recovery P: P = 100 . teoritis Kadar terukur Kadar Syarat metode analisis yaitu jika metode tersebut memberikan nilai perolehan kembali recovery yang tinggi 90 – 107 Harmita, 2004. 2 Kesalahan sistemik Kesalahan sistemik = 100 - P Keterangan : P adalah perolehan kembali,recovery Kesalahan sistemik yang baik yaitu kurang dari 7 Harmita, 2004. 3 Kesalahan acak Kesalahan acak dicerminkan oleh CV coefficient variacy PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 Kesalahan acak CV = X SD .100 Keterangan : simpangan baku SD = 1 n x x 2 n 1 i − − ∑ = , X adalah harga rata-rata Nilai kesalahan acak yang baik yaitu kurang dari 5 Harmita, 2004.

5. Penetapan kadar formaldehida dalam sampel

a. Penyiapan sampel 1. Pengambilan sampel asap cair dilakukan di sebuah toko di Yogyakarta, yang belum diketahui kadar formaldehidanya. 2. Terdapat 2 jenis sampel yaitu asap cair A dua kali destilasi disertai penyaringan dan asap cair B satu kali destilasi. b. Isolasi formaldehida dalam sampel Isolasi formaldehida dalam sampel dimulai dengan memipet 100 ml sampel. Sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat 250 ml dan ditambahkan 2,0 ml asam fosfat 85. Campuran didestilasi pada suhu 103 o C sampai didapatkan destilat sebanyak 50 ml. Destilat kemudian ditambah aquadest sampai 100,0 ml. Dari 100 ml destilat dipipet 3 ml kemudian diencerkan lagi sampai volumenya tepat 100,0 ml dan destilat siap diuji. c. Uji kualitatif formaldehida dalam sampel Uji kualitatif formaldehida dilakukan dengan mereaksikan 1,0 ml destilat sampel dengan 5,0 ml reagen asam kromotropat dalam tabung reaksi. Campuran kemudian digojog pelan-pelan dan dipanaskan selama 15 menit PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 dalam penangas air dan didinginkan. Larutan dinyatakan mengandung formaldehida jika terbentuk warna ungu, dan intensitas warna tersebut tergantung dari jumlah formaldehida yang terkandung Helrich, 1990. d. Uji kuantitatif formaldehida dalam sampel Dari hasil uji kualitatif tersebut kemudian ditetapkan absorbansinya pada panjang gelombang absorbansi maksimal dan operating time yang diperoleh menggunakan spektrofotometer visibel double beam. Absorbansi-absorbansi yang diperoleh kemudian digunakan untuk menentukan kadar formaldehida dalam sampel dengan menggunakan persamaan kurva baku y = bx + a dalam satuan μgml Anonim, 1986.

F. Analisis Hasil

Analisis dilakukan dengan membandingkan kadar formaldehida dari kedua jenis sampel yang berbeda dengan menggunakan Paired Samples T-test dengan taraf kepercayaan 95. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Optimasi Metode Penetapan Kadar Formaldehida Secara

Spektrofotometri Visibel 1. Penetapan operating time Operating time OT adalah jangka waktu yang dibutuhkan oleh suatu larutan untuk memberikan suatu serapan absorbansi yang stabil. Penentuan OT merupakan langkah awal yang harus ditempuh untuk penetapan kadar secara spektrofotometri visibel. Absorbansi yang stabil menunjukkan bahwa reaksi pembentukan warna antara formaldehida dengan pereaksi kromotropat sempurna sehingga absorbansi yang dibaca pada panjang gelombang absorbansi maksimal adalah absorbansi semua formaldehida yang bereaksi dengan pereaksi kromotropat. Menurut Fagnani et al 2002, panjang gelombang absorbansi maksimal untuk reaksi antara formaldehida dengan pereaksi kromotropat adalah pada panjang gelombang 478 nm. Hasil pengukuran sebagai berikut : Kurva Absorbansi vs Waktu 0.39 0.48 3 Waktu menit A bs or bans i Gambar 9. Kurva hubungan antara absorbansi dan waktu 35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 Hasil pengukuran OT menunjukkan bahwa absorbansi stabil sejak awal pembacaan menit ke-0 sampai menit terakhir menit ke-30. Hal ini berarti pengukuran dari formaldehida yang direaksikan dengan pereaksi kromotropat dapat dilakukan pada rentang waktu tersebut.

2. Penetapan panjang gelombang absorbansi maksimal

λ maks Panjang gelombang absorbansi maksimal adalah panjang gelombang dari suatu larutan yang mempunyai absorbansi maksimal. Dalam penelitian ini, panjang gelombang diukur mulai dari 400 nm sampai 600 nm. Panjang gelombang 400 nm sampai 600 nm merupakan panjang gelombang pada daerah visibel dan merupakan daerah absorbansi reaksi antara formaldehida dengan pereaksi kromotropat yang menghasilkan warna visibel. Apabila diukur pada panjang gelombang di bawah 400 nm maka akan memberikan absorbansi pada daerah Ultra Violet UV dan senyawa hasil reaksi tidak teridentifikasi. Kurva Absorbansi vs Panjang Gelombang 0.16 0.36 0.56 0.76 0.96 400 500 600 panjang gelombang nm A bs or bans i 6,66 μgml 7,77 μgml 8,88 μgml Gambar 10. Spektrogram panjang gelombang absorbansi maksimal Dari spektrogram tiga kali pengukuran dengan spektrofotometer visibel menggunakan tiga seri konsentrasi larutan baku formaldehida yaitu konsentrasi 37 6,66; 7,77; dan 8,88 μgml diperoleh dua panjang gelombang absorbansi maksimal pada masing-masing konsentrasi yaitu : a. Konsentrasi 6,66 μgml : 478 dan 573 nm b. Konsentrasi 7,77 μgml : 480 dan 574 nm c. Konsentrasi 8,88 μgml : 480 dan 573 nm Panjang gelombang absorbansi maksimal yang dipakai adalah panjang gelombang yang pertama karena formaldehida hasil isolasi pada sampel yang bereaksi dengan pereaksi kromotropat hanya menghasilkan satu panjang gelombang absorbansi maksimal. Panjang gelombang absorbansi maksimal tiga seri konsentrasi larutan baku formaldehida adalah 478; 480; dan 480 nm. Dengan menentukan titik tengah panjang gelombang yang dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa maksimal absorbansinya diperoleh pada panjang gelombang 479 nm. Panjang gelombang 479 nm merupakan panjang gelombang absorbansi maksimal formaldehida yang bereaksi dengan pereaksi kromotropat. Besarnya panjang gelombang ini tidak jauh berbeda dari yang tertulis dalam laporan penelitian yang dilakukan oleh Fagnani et al 2002 dengan judul Development of spectrophotometric method for the analysis of paraformaldehyde in commercial and industrial disinfectants yaitu 478 nm dengan beda antara kedua panjang gelombang tersebut yaitu 1 nm. Menurut Farmakope Indonesia IV, syarat panjang gelombang hasil pengukuran dapat digunakan apabila besar perbedaannya dengan yang tertulis dalam literatur yaitu ≤ 2 nm. Dengan demikian panjang gelombang absorbansi maksimal 479 nm dapat digunakan untuk pengukuran absorbansi seri larutan baku formaldehida maupun sampel yang akan dianalisis.