Penetapan panjang gelombang absorbansi maksimal

38

3. Penetapan kurva baku

Dalam pembuatan kurva baku diperlukan satu seri larutan baku formaldehida dengan konsentrasi 5,55; 6,66; 7,77; 8,88; dan 9,99 μgml. Seri larutan baku formaldehida yang direaksikan dengan pereaksi kromotropat selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang absorbansi maksimal, kemudian dibuat kurva hubungan antara konsentrasi dan absorbansi. Hasil pengukuran absorbansi larutan baku formaldehida dengan pereaksi kromotropat yang pengukurannya dilakukan pada panjang gelombang 479 nm adalah sebagai berikut: Tabel I. Data pengukuran absorbansi kurva baku Replikasi I Replikasi II Replikasi III Baku Konsentrasi μgml Absorbansi Konsentrasi μgml Absorbansi Konsentrasi μgml Absorbansi 1 5,55 0,323 5,55 0,322 5,55 0,332 2 6,66 0,380 6,66 0,376 6,66 0,399 3 7,77 0,455 7,77 0,437 7,77 0,433 4 8,88 0,496 8,88 0,492 8,88 0,473 5 9,99 0,550 9,99 0,536 9,99 0,530 I. y = 0,05136 x + 0,0418 ; r = 0,996 ; SE = 0,0698 II. y = 0,04901 x + 0,0518 ; r = 0,999 ; SE = 0,0412 III. y = 0,04234 x + 0,1044 ; r = 0,994 ; SE = 0,0876 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 Kurva Absorbansi vs Konsentrasi 0.3 0.4 0.5 0.6 5.55 6.66 7.77 8.88 9.99 Konsentrasi μgml A bs or b ans i Gambar 11. Kurva hubungan antara absorbansi dan konsentrasi Dari kurva hubungan antara absorbansi dan konsentrasi ini, dapat dilihat korelasi yang baik antara keduanya dengan garisnya yang linier dimana semakin bertambahnya konsentrasi akan menyebabkan absorbansinya juga meningkat sehingga persamaan garis yang didapat bisa digunakan untuk menghitung kadar formaldehida selanjutnya. Dalam penelitian ini, persamaan garis yang digunakan untuk menghitung kadar formaldehida yaitu y = 0,04901 x + 0,0518, karena nilai koefisien korelasinya r dan nilai Standar Error SE dari persamaan ini lebih baik dari dua persamaan yang lain. Nilai SE yang diperoleh menunjukkan bahwa sensitivitas dari metode yang digunakan cukup baik, karena nilai SE yang dihasilkan relatif kecil.

4. Validitas metode

Suatu metode penetapan kadar yang baik harus memenuhi berbagai kriteria, di antaranya yaitu nilai perolehan kembali recovery, kesalahan sistemik, dan kesalahan acak. Ketiga hal ini sering disebut sebagai validitas metode yang menunjukkan apakah metode tersebut sudah optimal untuk digunakan menetapkan 40 kadar suatu zat dalam sampel. Persyaratan yang diharuskan bagi suatu metode analisis adalah jika metode tersebut dapat memberikan nilai recovery yang tinggi 90-107, kesalahan sistemik kurang dari 7 dan kesalahan acak kurang dari 5. Recovery menggambarkan akurasi dari suatu metode yang artinya metode tersebut dapat menghasilkan nilai rata-rata yang sangat dekat dengan nilai sesungguhnya dan recovery ini merupakan tolok ukur efisiensi analisis. Kesalahan sistemik merupakan tolok ukur inakurasi penetapan kadar sedangkan kesalahan acak yang diukur dengan CV coefficient variacy merupakan tolok ukur inpresisi suatu analisis yang berarti dalam suatu seri pengukuran atau penetapan kadar dapat diperoleh hasil yang satu sama lain hampir sama. Dari hasil pengukuran, menunjukkan bahwa metode spektrofotometri visibel valid untuk digunakan dalam menetapkan kadar formaldehida, karena sudah memenuhi persyaratan di atas. Data pengukurannya adalah sebagai berikut: Tabel II. Data perhitungan recovery dan kesalahan sistemik No. Kadar teoritis μgml Kadar terukur μgml Recovery Kesalahan sistemik 1 5,55 5,87 105,71 5,71 2 6,66 7,02 105,45 5,45 3 7,77 7,82 100,63 0,63 4 8,88 8,53 96,09 3,91 5 9,99 9,83 98,35 1,65 Tabel III. Data perhitungan kesalahan acak Simpangan baku SD Harga rata-rata X Kesalahan acak CV 0,17 5,87 2,90 0,06 7,02 0,77 0,05 7,82 0,69 0,07 8,53 0,86 0,07 9,83 0,73 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI