22
yang ekstensif menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Apa yang tampak bukanlah warna yang diserap melainkan komplemennya yang
dipantulkan. Suatu warna komplementer yang kadang-kadang disebut warna pengurangan substraksi, merupakan hasil pengurangan beberapa panjang
gelombang tampak dari dalam spektrum visual keseluruhan Fessenden dan Fessenden, 1999.
Interaksi radiasi elektromagnetik dengan bahan yaitu bila cahaya jatuh pada senyawa maka sebagian cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan
struktur dari molekul. Setiap senyawa mempunyai tingkatan tenaga yang spesifik. E
3
E
2
Tingkat E
1
tereksitasi Cahaya
E
1
= hc λ
1
Cahaya E
2
= hc λ
2
G Tingkat dasar
Gambar 7. Interaksi radiasi elektromagnetik dengan bahan-bahan
Bila cahaya mempunyai tenaga yang sama dengan perbedaan tenaga antara tingkatan dasar G dan tenaga tingkatan tereksitasi E
1
, E
2
, … jatuh pada senyawa, maka elektron-elektron pada tingkat dasar G dieksitasikan ke tingkatan
tereksitasi, dan sebagian cahaya yang sesuai dengan panjang gelombang ini diserap. Elektron yang tereksitasi melepaskan tenaga dengan proses radiasi panas
dan kembali ke tingkat dasar G asal Sastrohamidjojo, 2001. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Karena perbedaan tenaga antar tingkat dasar dan tingkat tereksitasi spesifik untuk tiap-tiap bahan atau senyawa, maka frekuensi yang diserap juga
tertentu. Gambar hubungan intensitas radiasi absorbsi sebagai fungsi panjang gelombang atau frekuensi dikenal sebagai spektrum serapan. Serapan cahaya oleh
molekul dalam daerah tampak tergantung pada struktur elektronik dari molekul Sastrohamidjojo, 2001.
Instrumen yang digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi dari panjang gelombang yaitu spektrometer atau
spektrofotometer. Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi: 1 sumber tenaga radiasi yang stabil, 2 sistem yang terdiri dari lensa-lensa,
cermin, celah-celah, dan lain-lain, 3 monokromator untuk mengubah radiasi menjadi komponen-komponen panjang gelombang tunggal, 4 tempat cuplikan
yang transparan, dan 5 detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau pencatat. Diagram sederhana dari spektrofotometer adalah sebagai berikut:
Gambar 8. Diagram spektrofotometer
Sastrohamidjojo, 2001
H. Peraturan Perundang-Undangan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
24
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tanggal 17 September 1992 tentang Kesehatan yang berhubungan dengan penelitian ini adalah pada
Bagian Keempat tentang Pengamanan Makanan dan Minuman, yaitu pasal 21 ayat 1, dan 3 yang menyatakan :
1 Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi
masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan mengenai standar dan atau persyaratan kesehatan.
3 Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar dan
atau persyaratan kesehatan dan atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilarang untuk diedarkan, ditarik
dari peredaran, dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Anonim, 1992 a.
Pasal 80 ayat 4 butir a menyatakan :
4 Barangsiapa dengan sengaja :
a. mengedarkan makanan dan atau minuman yang tidak memenuhi
standar dan atau persyaratan dan atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 3;
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 tiga ratus juta
rupiah Anonim, 1992 a.
Penjelasan pasal 21 ayat 3 menerangkan bahwa ”makanan dan minuman yang diproduksi masyarakat seperti industri rumah tangga adalah
pengrajin makanan dan minuman yang masih dalam taraf pembinaan, belum dikenakan sanksi pidana sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini”
Anonim, 1992 a. 2.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan Pada pasal 3 dijelaskan tujuan pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan pangan adalah: a.
tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia;
b. terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung-jawab;
25
c. terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan
terjangkau sesuai kebutuhan masyarakat Anonim, 1996 b. 3.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 472MenkesPerV1996 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya bagi
Kesehatan Di dalam pasal 1 ayat 1, dicantumkan bahwa:
1 Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk
tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai
sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi.
Sedangkan dalam pasal 7 ayat 1, dicantumkan bahwa: 1
Kasus terhadap importir bahan berbahaya berupa boraks, formalin, merkuri, metanil yellow, rodamin B, dan sianida dan garamnya, harus
segera melaporkan pemasukan atau penerimaannya kepada Direktur Jenderal selambat-lambatnya 2 dua minggu setelah penerimaan barang
sesuai dengan contoh formulir laporan pada lampiran V.
Formalin formaldehida merupakan salah satu dari tiga ratus empat puluh delapan bahan berbahaya yang tercantum dalam lampiran 1 peraturan tersebut
Anonim, 1996 a. 4.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168MenkesPerX1999
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168MenkesPerX1999 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 722MenkesPerIX1988 tentang Bahan Tambahan Makanan dicantumkan bahwa formalin formaldehida termasuk salah satu
dari 10 bahan tambahan makanan yang dilarang penggunaannya dalam makanan.
Dalam pasal 1 ayat 2, dicantumkan bahwa: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI