Mahasiswa juga kental akan suasana kedinamisan dan sifat kenyataan objektif, sistematik dan rasional.
http:sutisna.comartikelilmu-alam-matematikapsikologipengertian- mahasiswa
Penelitian ini akan dilakukan di Surabaya mengingat Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar kedua, memiliki jumlah mahasiswa terbanyak kedua
setelah DKI Jakarta se- Indonesia sekitar 472.856 mahasiswa dan jumlah universitas terbanyak di Jawa Timur. Tercatat jumlah Perguruan Tinggi Negeri
PTN di Surabaya adalah 6 Peguruan Tinggi, sementara itu jumlah Perguruan Tinggi Swasta PTS di Surabaya sebanyak 30 Perguruan Tinggi. Dari data diatas
maka penelitian sesuai dilakukan di Surabaya. http:id.wikipedia.orgwikiDaftar_perguruan_tinggi_negeri_di_Indonesia
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana huubungan terpaan tayangan provocative proactive di Metro TV dengan tingkat berpikir kritis
mahasiswa di Surabaya.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan terpaan tayangan provocative proactive di Metro TV dengan tingkat berpikir kritis
mahasiswa di Surabaya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengaplikasikan teori – teori, khususnya teori – teori tentang komunikasi massa.
1.4.2 Manfaat Praktis
Kegunaan praktis yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah agar pihak – pihak yang tertarik dalam kajian masalah yang sama dapat mengambil
manfaat, selain itu dapat dijadikan bahan evaluasi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan kepada massa atau khalayak yang luar biasa banyaknya menurut A. Devito. Pada dasarnya
komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang bentuknya antara lain media cetak surat kabar, majalah, tabloid dan media elektronik televisi,
radio. Selanjutnya Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble juga memperjelas
bahwa sesuatu bisa dikatakan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal – hal di bawah ini :
1. Komunikatornya mengandalkan peralatan modern dalam menyebarkan
pesan seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, film, atau gabungan dari semua media tersebut.
2. Komunikatornya dalam menyebarkan pesan – pesannya bermaksud
mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling mengenal.
3. Pesan menjadi milik publik atau bisa didapat dan diterima publik.
4. Komunikator biasanya organisasi formal atau melembaga.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper atau penapis informasi
yaitu sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan melalui media massa.
6. Umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda.
Ada banyak pendapat yang dikemukakan untuk mengupas apa fungsi – fungsi komunikasi massa. Seperti yang dikemukakan Alex S Tan diantaranya; to
inform menginformasikan, to educate mendidik, to persuade membujuk, dan menyenangkan dan memuaskan kebutuhan komunikasi. Memberikan informasi
kepada khalayak untuk mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, dan meraih keputusan. Fungsi mendidik ini
khalayak memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif didalam masyarakat, mempelajari nilai dan tingkah laku
yang sesuai agar diterima dalam masyarakatnya. Persuasi atau membujuk berfungsi memberikan keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku dan aturan yang
sesuai agar diterima didalam masyarakat. Sedangkan fungsi menyenangkan dan memuaskan kebutuhan komunikasi yaitu untuk menggembirakan, mengendorkan
urat syaraf, menghibur, mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.
2.1.2 Televisi Sebagai Media Massa
Media massa merupakan media informasi yang terkait dengan masyarakat, digunakan untuk berhubungan dengan khalayak masyarakat secara umum,
dikelola secara professional dan bertujuan untuk mencari keuntungan. Melalui media massa masyarakat dapat memperoleh beragam hiburan dan informasi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
terbaru tentang berbagai hal yang terjadi di berbagai belahan dunia. Mondry, 2008:12
Menurut Assegaf 1983 media massa memiliki ciri – cirri yang umum, yaitu komunikasi massa bersifat komunikasi searah, menyajikan aneka atau
rangkaian pilihan informasi yang luas, sifat media massa dapat menjangkau khalayak yang besar dan tersebar, menarik perhatian khalayak luas dan tersebar
mampu mencapai tingkat intelek umum, dan merupakan lembaga masyarakat yang peka terhadap berbagai hal. Menurut Effendy 1986, pesan – pesan yang
disampaikan media massa elektronik hanya sekilas dan ”mengharuskan” khalayak selalu berada dekat pesawat televisi atau radio.
Televisi merupakan salah satu media massa elektronik, menurut Onong Uchyana Effendy, definisi televisi sebagai berikut “ Televisi merupakan panduan
audio dari segi penyiarannya broadcast dan video dari segi gambar bergeraknya moving images. Para pemirsa tidak akan mungkin menangkap siaran televisi,
kalau tidak ada prinsip – prinsip radio yang mentransmisikannya, dan tidak mungkin melihat gambar – gambar yang bergerak atau hidup tanpa ada unsur film
yang memvisualisasikannya, jadi panduan audio dan video Effendy, 1993;21 Jadi, dapat dikatakan bahwa media televisi memiliki kelebihan terutama
media yang menggabungkan antara unsur suara audio dan gambar visual. Seperti yang diungkapkan J.B Wahyudi, bahwa televisi mempunyai kelebihan
dalam menyampaikan pesan – pesannya karena pesan – pesan yang disampaikan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
melalui suara audio dan gambar visual tersebut berlangsung secara bersamaan sinkron dan hidup, sangat cepat aktual, terlebih lagi pada saat siaran langsung
live broadcast dan dapat menjangkau ruang yang sangat luas Wahyudi, 1996:3
2.1.3 Tayangan Provocative Proactive
Tayangan Provocative Proactive merupakan salah satu program acara talkshow stasiun televisi Metro TV yang ditayangkan setiap hari kamis pukul
22.05 WIB. Program acara ini mempunyai tujuan untuk memprovokasi pikiran pemirsa, mengajak pemirsa untuk lebih berpikir kritis terhadap suatu
permasalahan. Program acara Provocative proactive ini dipandu oleh host Pandji Pragiwaksono, Ronald Surapradja, Raditya Dika, J Flow. Pada acara ini, para host
mewakili beberapa karakter dari seluruh lapisan masyarakat. Tema – tema yang diangkat tiap episodenya merupakan berita – berita atau isu – isu yang terhangat
selama seminggu baik masalah ekonomi, sosial, dan budaya. Program acara ini menampilkan background atau latar sebagai warung kopi. Hal ini dikarenakan
filosofi warung kopi merupakan tempat berkumpulnya masyarakat dari bermacam – macam status sosial, ekonomi, dan budaya. Dari hal itu, banyak hal – hal yang
dibicarakan mulai dari masalah sosial maupun masalah politik.
2.1.4 Berfikir Kritis
Kata kritis secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kritikos dan kriterion. Kritikos berarti mencerna penilaian dan kriterion berarti standar. Jadi
kritis berarti mencerna penilaian berdasarkan standar.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berpikir kritis dapat didefinisikan sebagai berpikir yang secara eksplisit dilatari oleh penilaian yang beralasan dan berdasarkan standar yang sesuai dalam
rangka mencari kebenaran, keuntungan, dan nilai sesuatu Paul, et al, 1995.
Berpikir Kritis critical thinking adalah sinonim dari pengambilan keputusan decision making, perencanaan stratejik strategic planning, proses
ilmiah scientific process, dan pemecahan masalah problem solving.
Menurut Peter Facione berpikir kritis dapat diterjemahkan sebagai proses penilaian atau pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan dan dilakukan
secara mandiri.
Richard Paul juga mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses merumuskan alasan yang tertib secara aktif dan terampil dari menyusun
konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mengintegrasikan sintesis, atau
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan melalui proses pengamatan,
pengalaman, refleksi, pemberian alasan reasoning atau komunikasi sebagai dasar dalam menentukan tindakan. Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar
dalam proses berpikir kritis ini adalah kejelasan clarity, tingkat akurasi accuracy, tingkat kepresisian precision relevansi relevance, logika berpikir
yang digunakan logic, keluasan sudut pandang breadth, kedalaman berpikir depth, kejujuran honesty, kelengkapan informasi information dan bagaimana
implikasi dari solusi yang kita kemukakan implication.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Floyd L. Ruch dalam bukunya Psychology and life 1967, berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur – unsur lingkungan dengan
lingkungan dengan menggunakan lambang – lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak Abdul Rahman Saleh, 2009:227
Berpikir kritis dapat muncul kapanpun diperlukan suatu penilaian, keputusan, atau penyelesaian sebuah masalah secara umum. Kapan pun seseorang
perlu berusaha untuk mengetahui apa yang perlu dipercaya, apa yang perlu diketahui alasannya. Proses itu melalui usaha dan reflektif seperti membaca,
menulis, berbicara dan mendengar. Semua dapat dilakukan secara kritis maupun tidak. Berpikir kritis sangat penting terutama untuk menjadi pembaca yang
cermat dan penulis kreatif. Dari uraian ini kita mengetahui bahwa secara umum, berpikir kritis merupakan “sebuah cara mengatasi permasalahan kehidupan”.
Robert Ennis 1985 dalam Morgan 1999 memberikan definisi berpikir kritis adalah berpikir reflektif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan
tentang apa yang harus diyakini dan harus dilakukan. Berdasarkan definisi tersebut, maka kemampuan berpikir kritis menurut Ennis terdiri atas duabelas
komponen yaitu merumuskan masalah, menganalisis argumen, menanyakan dan menjawab pertanyaan, menilai kredibilitas sumber informasi, melakukan
observasi dan menilai laporan hasil observasi, membuat deduksi dan menilai deduksi, membuat induksi dan menilai induksi, mengevaluasi, mendefinisikan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dan menilai definisi, mengidentifikasi asumsi, memutuskan dan melaksanakan, serta berinteraksi dengan orang lain.
Dressel Mayhew 1954 dalam Morgan 1999 mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis Antar-Universitas
Intercollege Committee on Critical Thinking yang terdiri atas kemampuan mendefinisikan masalah, kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan
masalah, kemampuan mengenali asumsi-asumsi, kemampuan merumuskan hipotesis, dan kemampuan menarik kesimpulan.
Wade 1995 mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
1. Kegiatan merumuskan pertanyaan,
2. Membatasi permasalahan,
3. Menguji data-data,
4. Menganalisis berbagai pendapat,
5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
6. Menghindari penyederhanaan berlebihan,
7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan
8. Mentoleransi ambiguitas
Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer 1995: 12-15 secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Watak dispositions
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai
data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan- pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah
pendapat yang dianggapnya baik.
b. Kriteria criteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau
dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan
menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika
yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
c. Argumen Argument
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan
menyusun argumen.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
d. Pertimbangan atau pemikiran reasoning
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa
pernyataan atau data.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
f. Prosedur penerapan kriteria procedures for applying criteria
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan
keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan. Sehubungan dengan itu, Zeidler, et al 1992 menyatakan ciri-ciri orang yang
mampu berpikir kritis adalah memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya, dan memiliki motivasi kuat untuk
mencari dan memecahkan masalah. Serta bersikap skeptis yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan kecuali dia sudah dapat membuktikan kebenarannya.
http:supraptojielwongsolo.wordpress.com20080613menggunakan- ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Ciri-ciri utama berpikir kritis adalah bahwa tidak menerima dan atau menolak begitu saja temuan-temuan pemikiran yang sudah ada. Seorang yang
berpikir kritis selalu berupaya mendekati suatu objek pemikiran dengan sangat hati-hati. Ia tidak menolak sesuatu kecuali dengan argumentasi-argumentasi yang
masuk akal. Ciri – ciri berpikir kritis :
1. Menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh
pertimbangan. 2.
Bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan. 3.
Dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis.
4. Berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dirasakan.
5. Bersikap cermat, jujur dan ikhas karena Allah, baik dalam mengerjakan
pekerjaan yang bertalian dengan agama Allah maupun dengan urusan duniawi
6. Kebencian terhadap suatu kaum, tidak mendorongnya untuk tidak
berbuat jujur atau tidak berlaku adil. 7.
Adil dalam memberikan kesaksikan tanpa melihat siapa orangnya walaupun akan merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8. Keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan
ketentraman, kemakmuran, dan kebahagiaan. Keadilan hanya akan mengakibatkan hal yang sebaliknya.
Dalam penelitian ini, pengukuran berpikir kritis dilakukan dengan cara mengukur tingkat berpikir kritis mahasiswa di Surabaya pada saat mendapat
terpaan tayangan program acara Provocative Proactive di Metro TV. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat berpikir kritis mahasiswa di Surabaya
adalah menanyakan pertanyaan, berpikir dengan logika, berani menyampaikan kebenaran, bersikap netral, penuh pertimbangan saat berpendapat, cermat,
menganalisis, pemecahan masalah, membatasi permasalahan, menghargai ambiguitas dan mengevaluasi informasi. Yang nantinya setiap pernyataan –
pernyataan akan diberi skor dan dari jawaban atas semua pernyataan yang diajukan kepada responden tersebuat akan diberi skor yang kemudian dijumlahkan
untuk mendapatkan skor gabungan Singarimbun, 1989:110. Sehingga dapat diketahui tinggi, sedang, atau rendahnya tingkat berpikir kritis mahasiswa di
Surabaya. Sumber : http:www.mandikdasmen.depdiknas.go.idwebresensi2.html
2.1.5 Mahasiswa
Mahasiswa berasal dari kata Maha dan Siswa. Maha dalam konteks ini diartikan sebagai individu yang mempunyai tingkat kematangan dan pengetahuan
yang tinggi mencakup manajemen, kritis, berpikir dengan logika dan tahu mana
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang benar dan mana yang salah. Siswa sendiri adalah pelajar. Sehingga Mahasiswa adalah pelajar yang memiliki tingkat kematangan dan pengetahuan
lebih. Sehingga mahasiswa selalu mempunyai kedudukan yang lebih di mata masyarakat.
Mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi adalah mahasiswa yang berpikir kritis yaitu berani berbicara dengan lantang dan tegas
akan suatu kebenaran. Mereka yang berani lantang dan tegas mempertahankan argumentnya adalah mereka yang yakin bahwa apa yang disampaikannya
merupakan sebuah kebenaran. Mahasiswa berpikir kritis bebeda pada tiap semesternya, mahasiswa pada semester awal mampu mengevaluasi permasalahan
namun masih pada tingkatan pasif yaitu belum berani menympaikan argument, sedangkan pada mahasiswa semester akhir cenderung aktif saat mengevaluasi dan
memecahkan masalah. Mahasiswa dianggap sebagai agen perubahan yang menganut Tri Dharma Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian, sehingga
diharapkan menjadi sosok yang idealis, cerdas, bijaksana,dan responsif terhadap sosial.
www.fkunissula.ac.idindex.php?option=com_docmantask...
2.1.6 Mahasiswa Khalayak Media
Mahasiswa sebagai khalayak media memiliki karakteristik berpikir kritis, sikap responsif, peka dan sensibilitas tinggi terhadap masalah. Mahasiswa yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
diidentikkan dengan sekumpulan anak muda yang kritis, yang dalam asumsinya dapat kita bagi menjadi asumsi kritis yang positif maupun yang negatif.
Audiens dalam komunikasi massa sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku atau ratusan pembaca jurnal ilmiah. Masing –
masing audiens berbeda satu sama lain. Mereka berbeda dalam berpakaian, berfikir, menanggapi pesan yang diterima, pengalaman dan orientasi hidup.
Namun masing – masing individu juga bisa saling mereaksi satu sama lain terhadap pesan yang diterima.
Menurut Hiebert dkk, audiens dalam komunikasi massa setidak – tidaknya mempunyai 5 lima karakteristik, yaitu :
1. Audience cenderung berisi individu – individu yang condong untuk
berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara individu lain. Individu – individu tersebut memilih produk media yang
mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran. 2.
Audience cenderung besar. Audiens tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa.
3. Audience cenderung heterogen. Audiens berasal dari berbagai lapisan dan
kategori sosial. 4.
Audience cenderung anonim, yaitu tidak mengenal satu dengan lainnya. 5.
Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2 Teori S – O-R
Teori S-O-R berasal dari psikologi,dan dengan perkembangan komunikasi maka menjadi teori komunikasi yang disebabkan oleh objek materinya sama,yaitu
manusia yang jiwanya meliputi komponen - komponen perilaku, sikap, opini, kognisi, afeksi, dan konasi. Efek akan muncul dari reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Effendy,2000:254
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Secara rinci unsur – unsur dalam teori S-O-R adalah :
1. Pesan stimulus, yaitu merupakan pesan yang disampaikan komunikator
kepada komunikasm. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.
2. Komunikan organism, merupakan keadaan komunikan di saat menerima
pasan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang
disampaikan komunkator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan komunikator.
Selanjutnya komunikan mencoba untuk mengartikan dan emmahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Efek response nerupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari
komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu sikap afektif, kognitif, dan afektif.
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat
Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari
komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.Setelah komunikan mengolahnya dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Jika unsur stimulus berupa pesan,unsur organisme berupa
perhatian,pengertian dan penerimaan komunikan dan unsur respon berupa efek, maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai pijakan
teori dalam penelitian.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Model Teori S-O-R Effendy,2003:325
Teori S-O-R menjadi landasan pada penelitian ini karena terdapat kesesuaian unsur – unsur dari teori tersebut dengan topic yang diangkat, yaitu tentang
hubungan terpaan tayangan Provocative Proactive di Metro TV terhadap tingkat berfikir kritis mahasiswa di Surabaya. Kesesuaian yang dimaksud penulis dapat
dijabarkan sebagai berikut : 1.
Stimulus berupa terpaan tayangan Provocative Proactive di Metro TV. 2.
Organisme berupa komunikan yaitu mahasiswa yang menonton tayangan Provocative Proactive dan memperhatikan, mengerti, kemudian menerima
terpaan tayangan Provocative Proactive di Metro TV. 3.
Respon berupa perubahan pola pikir kritis mahasiswa setelah menonton tayangan Provocative Proactive di Metro TV.
Stimulus
Organisme : Perhatian
Pengertian Penerimaan
Respon : Kognitif
Afektif Konatif
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3 Kerangka Berpikir