Model komunikasi Sirkular Osgood dan Schramm berbeda sekali dengan model komunikasi Matematikal Shannon dan Weaver. Kalau
dalam model komunikasi Matematikal Shannon dan Weaver sifat alurnya searah, maka dalam model komunikasi Osgood dan Schramm
alur komunikasinya bersifat timbal balik atau berbalik arah. Artinya dalam satu sisi Penyandi kode informasi encoder yang menyampaikan
inforrmasi maka pada suatu saat encoder tersebut akan menjadi decoder penerima informasi, jika decoder pertama tersebut telah
menginterpretasikan menafsirkan pesan dari encoder pertama. Dengan demikian apabila dalam proses komunikasi menggunakan model
Osgood dan Schramm, maka besar kemungkinan akan terjadi sebuah sistem komunikasi yang akan menghasilkan pemahan terhadap sesuatu
hal pesan komunikasi menjadi lebih berkembang karena proses komunikasi tidak berhenti ketika pesan komunikasi telah sampai
kepada penerima pesan http:www.scribd.comdoc21215557Model- Komunikasi.
2.1.8 Konsep Makna
Para ahli mengakui, istilah makna meaning memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of
meaning , Ogden dan Ricardsi telah mengumpulkan tidak kurang dari 22
batasan mengenai makna. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah, sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu, yakni
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dalam bidang linguistic dalam penjelesan Umberto Reeo, makna dari sebuah wahana tanda sign-vehicle adalah satuan cultural yang
diperagakan oleh wahana-wahana tanda yang lainnya serta dengna begitu secara semantik mempertunjukkan pula ketidaktergantungan
pada wahana tanda yang sebelumnya.
Makna ada dalam diri manusia. Menurut Devito, makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Manusia
menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin dikomunikasikan. Tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan
lengkap menggambarkan makna yang dimaksudkan. Demikian pula makna yang didapat dari pendengar dari pesan-pesan, akan sangat
berbeda dengan makna yang ingin digunakan untuk memproduksi pesan dibenak pendengar. Reproduksi ini hanyalah sebuah proses
parsial dan selalu bias salah. Ada tiga hal yang dijelaskan para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna.
Ketiga hal itu, yakni:
1. Menjelaskan makna secara alamiah.
2. Mendeskripsikan kalimat secara alamiah.
3. Menjelaskan makna dalam proses komunikasi.
http:groups.google.co.id
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.9 Model Semiotika John Fiske
John Fiske adalah salah satu tokoh semiotika komunikasi dalam bukunya Cultural And Communication Studies, disebutkan bahwa
terdapat dua persepektif dalam mempelajari ilmu komunikasi sebagai transmisi pesan, sedangkan perspektif yang kedua melihat komunikasi
sebagai produksi dan pertukaran makna. Bagi perspektif yang kedua, studi komunikasi adalah studi tentang teks dan kebudayaan, metode
studinya yang utama adalah semiotika ilmu tentang tanda dan makna Fiske, 2006:9.
John Fiske memperkenalkan konsep the codes of television atau kode-kode televisi. Dalam konsep tersebut menunjukkan kode yang
digunakan dan muncul pada sebuah tayangan televisi dan bagaimana kode-kode tersebut saling berhubungan dalam membentuk sebuah
makna. Menurut Fiske, sebuah kode tidak ada begitu saja. Namun sebuah kode dipahami secara komunal oleh komunitas penggunanya.
Lebih lanjut mengenai teori ini, kode ini digunakan sebagai penghubung antara produser, teks dan penonton.
Teori yang dikemukakan John Fiske dalam The Codes of Television
Fiske,1987 menyatakan bahwa peristiwa yang telah dinyatakan telah diencode oleh kode-kode sosial adalah sebagai berikut:
1. Level Realitas Reality Level ini menjelaskan suatu peristiwa yang dikonstruksikan
sebagai realitas oleh media, yang berhubungan dengan kode-kode
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sosial antara lain: penampilan appearance, kostum dress, riasan make up, lingkungan environment, kelakuan behaviour, dialog
speech, gerakan gesture, ekspresi expression, dan suara sound. 2. Level Representasi
Di sini kita menggunakan perangkat secara teknis. Level representasi berhubungan dengan kode-kode sosial antara lain: kamera
camera, pencahayaan lighting, perevisian editing, musik music dan suara sound yang ditranmisikan sebagai kode-kode representasi
yang besifat konvensional. a.
Teknik kamera, jarak dan sudut pengambilan. -
Long shot : Pengambilan yang menunjukkan semua bagian dari objek, menekankan pada background. Shot ini
biasanya dipakai dalam shot yang lebih lama dan lingkungannya dari pada individu sebagai fokusnya.
- Estabilishing shot : Biasanya digunakan untuk mebuka
suatu adegan. -
Medium Shot : Menunjukkan subjek atau aktornya dan lingkungannya dalam ruang yang sama. Biasanya
digunakan untuk memperlihatkan kehadiran dua atau tiga aktor secara dekat.
- Close Up : Menunjukkan sedikit dari scene, seperti karakter
wajah dalam detail sehingga memenuhi layar, dan mengaburkan objek dengan konteksnya. Pengambilan ini
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
memfokuskan pada perasaan dan reaksi dari seseorang, dan kadangkala digunakan dalam percapakan untuk
menunjukkan emosi seseorang. -
View Point : Jarak dan sudut nyata darimana kamera memandang dan merekam objek.
- Point of view : Sebuah pengambilan kamera yang
mendekatkan posisinya pada pandangan seseorang yang ada dan sedang memperlihatkan aksi lain.
- Selective focus : Memberikan efek dengan menggunakan
peralatan optikal untuk mengurangi ketajaman dari image atau bagian lainnya. Misalnya : Wide angle shot, title shot,
angle shot dan two shot.
b. Teknik Editing
- Cut : Perubahan secara tiba-tiba dari suatu pengmbilan
sudut pandang atau lokasi lainnya. Ada bermacam-macam cut
yang mempunyai efek untuk merubah scene, mempersingkat waktu, memperbanyak point of view, anda
membentuk kesan terhadap image atau ide. -
Jump cut : Untuk membuat suatu adegan yang dramatis. -
Motived cut : Bertujuan untuk membuat penonton segera ingin melihat adegan selanjutnya yang tidak ditampilkan
sebelumnya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
c. Penggunaan Suara
- Commentar voice-over narration : Biasanya digunakan
untuk memperkenalkan bagian orang tertentu dari suatu program, menambah informasi yang tidak ada dalam
gambar, untuk menginterpretasikan kesan pada penonton dari suatu sudut pandang, menghubungkan bagian atau
sequences dan program secara bersamaan.
- Sound effect : Untuk memberikan tambahan ilusi pada suatu
kajian. -
Musik : Untuk mempertahankan kesan dari suatu fase untuk mengiringi suatu adegan, warna emosional pada musik
turut mendukung keadaan emosional suatu adegan. d. Pencahayaan : Macamnya soft and hard lighting, dan
backlighting . Cahaya menjadi unsur media visual, karena
cahayanya informasi dapat dilihat. Cahaya ini pada mulanya hanya merupakan unsur teknis yang membuat benda dapat
dilihat. Namun dalam perkembangannya ternyata fungsinya berkembang semakin banyak. Yakni mampu menjadi
informasi waktu, menunjang mood atau bisa menunjang dramatik adegan Biran,2006:43
3. Level ideologi. Ideologi tidak hanya berisi kompleksitas arti sebuah pesan
dimana sebuah pesan yang dangkal ternyata mempunyai arti
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang lebih dalam dan mempunyai efek buat penontonnya. Kode sosialnya antara lain, narrative narasi, conflict
konflik, character karakter, action aksi, dialogue dialog, casting
pemeran.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan model semiotika John Fiske karena tayangan iklan LA Lights di televisi ini
memiliki kode-kode yang memunculkan makna tertentu, sehingga dapat diteliti menggunakan level-level yang
dikemukakan oleh Fiske
2.1.10 Respon Psikologi Warna