Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4. Metode pembelajaran apa sajakah yang digunakan para guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP N 13 Yogyakarta? 5. Faktor apa sajakah yang menghambat pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi pada kurikulum 2013 di SMP N 13 Yogyakarta? 6. Usaha-usaha apa sajakah yang dilakukan sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan karakter?

E. Tujuan Penelitian

Berikut ini merupakan beberapa tujuan yang didasarkan pada masalah yang ingin peneliti pecahkan, yaitu: 1. Memperoleh gambaran pemahaman kepala sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta tentang pendidikan karakter. 2. Mengetahui perencanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP N 13 Yogyakarta 3. Mengetahui pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP N 13 Yogyakarta 4. Mengetahui metode-metode pembelajaran yang digunakan para guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP N 13 Yogyakarta. 5. Mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan karakter pada kurikulum 2013 di SMP N 13Yogyakarta 6. Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan karakter.

F. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya dalam bidang penerapan Bimbingan dan Konseling terkait peran guru BK dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam. 2. Manfaat praktis a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi dan bahan evaluatif untuk membenahi atau menata ulang kebijakan pelaksanaan pendidikan karakter secara komprehensif, terpadu, dan tepat sasaran. b. Bagi guru pendidik karakter Guru BK dan guru mata pelajaran di SMP, hasil penelitian ini dapat menjadi pemahaman baru dan refleksi mendalam bagi sekolah, agar seluruh anggota sekolah dapat mengaplikasikan pendidikan karakter secara tepat dan berdaya guna mencerdaskan peserta didik. c. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu menumbuhkan kerja sama kemitraan profesional kolaborasi semua guru dalam mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pendidikan karakter yang reintegrasi dengan pembelajaran. d. Bagi lembaga pendidikan konselor sekolah, prosedur dan hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi alternatif untuk mengembangkan konsep bimbingan dan konseling karakter, pengembangan kurikulum program studi BK, kajian pendidikan karakter, dan terapan ilmu bimbingan dan konseling dalam optimalisasi pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP. e. Bagi penulis 1 Penulis memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru mengenai pelaksanaan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaborasi dengan pendekatan experiential learning di SMP Negeri 13 Yogyakarta. 2 Sebagai calon guru BK, penulis mendapat pengalaman dan keterampilan baru untuk semakin peka melihat dan mengkaji permasalahan konkrit yang sedang terjadi di sekitar dan mampu mengembangkan secara ilmiah di kemudian hari. 3 Penulis mendapat kesempatan pembelajaran dan mengalami praktik langsung melakukan prosedur penelitian dan pengembangan secara ilmiah.

G. Definisi Istilah

1. Karakter Karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. 2. Pendidikan karakter Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. 3. Pendidikan Karakter Terintegrasi Pendidikan karakter terintegrasi merupakan pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari- hari melalui proses pembelajaran, manajemen sekolah maupun kegiatan pembinaan kesiswaan. 4. Remaja Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang berkembang ke arah kematangan seksual, memantapkan identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga dan menghadapi tugas menentukan cara mencari mata pencaharian.