Tujuan Pendidikan Karakter di SMP

menyebabkan keterbatasan mereka dalam mengintegrasikan nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya. 6. Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya. Permasalahan yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di sekolah. Handoyo, 2013

I. Pengertian Remaja

Menurut Syamsu Yusuf, 2009:9, masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa, dan merupakan masa transisi dari masa anak ke masa dewasa yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Karakter aspek-aspek perkembangan remaja sebagai berikut: 1. Aspek fisik Secara fisik, masa remaja ditandai dengan matangnya organ-organ seksual. Remaja pria mengalami pertumbuhan pada organ testis, penis, pembuluh mani, dan kelenjar prostat. Matangnya organ-organ ini memungkinkan remaja pria mengalami mimpi basah. Sementara remaja wanita ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium. Ovarium mengasilkan ova telur dan mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk kehamilan, dan perkembangan seks sekunder. Matangnya organ-organ seksual ini memungkinkan remaja wanita mengalami menarce menstruasihaid pertama. Perubahan fisik lainnya yang menandai masa remaja ini adalah sebagai berikut. Tabel 2 Tahap Perkembangan Remaja Jenis Kelamin Usia Pertumbuan fisik Wanita 8-13 tahun Tumbuhnya buah dada 8-14 tahun Tumbuhnya bulu di sekitar kemaluan 9,5-14,5 tahun Pertumbuhan badan 10-16,5 tahun Menstruasi pertama 10-16 tahun Tumbuhnya bulu ketiak, minyak dan keringat mengasilkan kelenjar jerawat terjadi ketika kelenjar tersumbat Pria 10-13,5 tahun Tumbuhnya testis dan kantung buah pelir 10-15 tahun Tumbuhnya bulu di sekitar kemaluan 10,5-16 tahun Pertumbuhan badan 11-14,5 tahun Perubahan suara tumbuhnya pangkal tenggorokan 12-17 tahun Tumbuhnya kumis dan bulu ketiak, minyak dan perlu menghasilkan kelenjar 2. Aspek intelektual Masa remaja sudah mencapai tahap perkembangan berpikir operasional formal. Tahap ini ditandai dengan kemampuan berpikir abstrak seperti memecahkan persamaan aljabar, idealistik seperti berpikir tentang ciri-ciri ideal dirinya, orang lain, dan masyarakat, dan logis seperti menyususun rencana untuk memecakan masalah. 3. Aspek emosi Masa remaja merupakan puncak emosionalitas. Pertumbuhan organ- organ seksual mempengaruhi emosi atau perasaan-perasaan baru yang belum dialami sebelumnya, seperti : rasa cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal siswa SLTP, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif kritis yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial. Emosi sering bersifat negatif dan tempramental mudah tersinggungmarah, atau mudah sedihmurung. Kondisi ini terjadi, terutama apabila remaja itu hidup di lingkungan terutama keluarga yang tidak harmonis. 4. Aspek sosial Pada masa ini berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan memahami orang lain. Kemampuan ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya. Masa ini juga ditandai dengan berkembangnya sikap “conformity” konformitas, yaitu kecenderungan untuk meniru, mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran hobby, atau keinginan orang lain. 5. Aspek kepribadian Masa remaja merupakan saat perkembangannya self-identity kesadaran akan identitas atau jati dirinya. Apabila remaja berhasil memahami dirinya, peran-perannya dalam kehidupan sosial, dan memahami makna hidup beragam, maka dia akan menemukan jati dirinya, dalam arti dia akan memiliki kepribadian yang sehat. 6. Kesadaran beragama Tugas utama perkembangan remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya. Kematangan remaja belumlah sempurna, jika tidak memiliki kode moral yang dapat diterima secara universal. Pendapat ini menunjukkan tentang pentingnya remaja memiliki landasan hidup yang kokoh, yaitu nilai-nilai moral, terutama yang bersumber dari agama. Terkait degan kehidupan beragama remaja, ternyata mengalami proses yang ccukup panjang untuk mencapai kesadaran beragama yang diarapkan. Kualitas kesadaran beragama remaja sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaan yang diterimanya sejak usia dini, terutama di lingkungan keluarga.