b. Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan
agama.
F. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP
Gede Raka dkk 2011 menuliskan tujuan dari pendidikan karakter di
sekolah yaitu
1. Membantu para siswa untuk mengembangkan potensi kebajikan mereka
masing-masing secara maksimal dan mewujudkan dalam kebiasaan baik: baik pikiran, baik dalam sikap, baik dalam hati, baik dalam perkataan, dan
baik dalam perbuatan. 2.
Membantu para siswa menyiapkan diri menjadi warga Negara Indonesia yang baik.
3. Dengan modal karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan dapat
mengembangkan kebajikkan dan potensi dirinya secara penuh dan dapat membangun kehidupan yanng baik, berguna, dan bermakna.
4. Dengan karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan mampu
menghadapi tantangan yang muncul dari makin derasnya arus globalisasi dan pada saat yang sama mampu menjadikannya sebagai peluang untuk
berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat luas dan kemanusiaan.
Kementrian Pendidikan Nasional 2010 menuliskan pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar
kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-
hari. G.
Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter
Kementrian Pendidikan Nasional 2010 menuliskan keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui terutama melalui pencapaian
butir-butir Standar Kompetensi Lulusan oleh peserta didik yang meliputi sebagai berikut:
1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja 2.
Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri 3.
Menunjukkan sikap percaya diri
4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang
lebih luas
5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan
sosial ekonomi dalam lingkup nasional 6.
Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi
yang dimilikinya 9.
Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial
11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia
13. Menghargai karya seni dan budaya nasional
14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya
15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan
waktu luang dengan baik 16.
Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun
17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat 18.
Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana
19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana 20.
Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah
21. Memiliki jiwa kewirausahaan
H. Hambatan – Hambatan Pendidikan Karakter
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional 2010, terdapat 3 faktor
penghambat keberhasilan pendidikan karakter di sekolah yaitu:
1. Ketidak jelasan konsep
2. Kekurangan data empiris
3. Kelemahan proses pembelajaran
Kendala-kendala pendidikan karakter di sekolah sebagai berikut : 1.
Nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan dalam indikator yang representatif. Indikator yang tidak representatif dan
baik tersebut
menyebabkan kesulitan
dalam mengungukur
ketercapaiannya. 2.
Sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan visinya. Jumlah nilai-nilai karakter demikian banyak, baik yang diberikan
oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, maupun dari sumber- sumber lain. Umumnya sekolah menghadapi kesulitan memilih nilai
karakter mana yang ssuai dengan visi sekolahnya. Hal itu berdampak pada gerakan membangun karakter di sekolah menjadi kurang terarah dan
fokus, sehingga tidak jelas pula monitoring dn penilaiannya. 3.
Pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh. Jumlah guru di Indonesia yang lebih 2 juta merupakan
sasaran program yang sangat besar. Program pendidikan karakter belum dapat disosialisaikan pada semua guru dengan baik sehingga mereka
belum memahaminya. 4.
Guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Selain nilai-nilai karakter umum, dalam mata
pelajaran juga terdapat nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan guru pegampu. Nilai-nilai karakter mata pelajaran tersebut belum dapat digali
dengan baik untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran. 5.
Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan nilai-niai karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah
dijalankan, sementara pelatihan masih sangat terbatas diikuti guru
menyebabkan keterbatasan mereka dalam mengintegrasikan nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya.
6. Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya.
Permasalahan yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai
karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di sekolah. Handoyo, 2013
I. Pengertian Remaja
Menurut Syamsu Yusuf, 2009:9, masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa, dan merupakan
masa transisi dari masa anak ke masa dewasa yang diarahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat. Karakter aspek-aspek perkembangan remaja sebagai berikut:
1. Aspek fisik
Secara fisik, masa remaja ditandai dengan matangnya organ-organ seksual. Remaja pria mengalami pertumbuhan pada organ testis, penis,
pembuluh mani, dan kelenjar prostat. Matangnya organ-organ ini memungkinkan remaja pria mengalami mimpi basah. Sementara remaja
wanita ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium. Ovarium mengasilkan ova telur dan mengeluarkan hormon-hormon yang
diperlukan untuk kehamilan, dan perkembangan seks sekunder. Matangnya organ-organ seksual ini memungkinkan remaja wanita