Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

beberapa nilai karakter. Dengan adanya tugas yang langsung dialai oleh siswa maka nilai karakter dapat dirasakan langsung oleh siswa yang bersangkutan. Guru Agama berpendapat : “Contoh, disiplin dengan cara memberikan tugas, laporkan harian sholatmu selama seminggu tolong dengan jujur dan ada bukti bahwa orang tua mengetahuinya yaitu dengan tandatangan orang tua bahwa anak tersebut sudah melakukan sholat tepat waktu. Dapat juga guru memberikan pertanyaan- pertanyaan kepada anak, menghargai pendapat orang lain, mari kita simpulkan bersama. Agar anak-anak tahu caranya, silahkan kalian memberikan komentar contoh dalam kasus .” A3.Pelak.PK.G.Agm Pelaksanaan pengintegrasian Nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran dan pembelajaran di SMP N 13 Yogyakarta dapat disimpulkan dari pendapat beberapa guru dan kepala sekolah SMP tersebut adalah guru memasukkan beberapa nilai karakter dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa selanjutnya guru juga memberikan tugas yang berhubungan langsung dengan nilai karakter yang akan dicapai sehingga pelaksanaan pengintegrasian pendidikan karakter dapat sesuai dengan rencana. 4. Metode Pembelajaran yang Digunakan Para Guru dalam Melaksanakan Pendidikan Karakter di SMP N 13 Yogyakarta. Metode pemebelajaran dalam dunia belajar mengajar sangat penting. Metode yang akan dipakai oleh guru akan penyampaian pendidikan karakter maupun materi yang guru berikan kepada peserta didik. Berikut hasil wawancara kepala sekolah dan guru mengenai metode penyampaian pendidikan karakter. a. Praktik langgung dianggap metode yang sangat efektif dalam pemberian pelajaran, namun guru juga harus melihat apakah materi yang akan dibawakan tersebut dapat di praktikan atau tidak. Contoh praktik langsung adalah menggunakan sosiodrama dan demontrasi. Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomina social, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah social serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya. Sedangkan, demontrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan kejadian, aturan, dan urutan melakukan sesuatu kegiatan. Berikut pendapat salah satu guru Agama : “Antusias anak-anak lebih tertarik dengan demontrasi dan sosio drama. Membentuk kelompok untuk membentuk skenario untuk sosiodrama, dan anak-anak sangat antusias. Dan anak akan lebih tertanam. Demonstrasi atau praktik ini juga diminati atau anak-anak dengan antusias. Contohnya sopan santun ketika makan bersama dengan orangtua.” A4.Med.PK.G.Agm b. Menggunakan metode pemutaran video merupakan salah satu contoh metode yang baik pula, karena dari pemutan video tersebut anak- anak juga dapat belajar melalui contoh-contoh yang nyata. Setelah melihat video tersebut, peserta didik diminta untuk mendiskusikannya bersama teman-teman. Pernyataan berikut juga didukung oleh salah satu guru BK : “Anak-anak lebih suka untuk menonton film dan diselingi ice breaking. Dari sisi materi harus selesai baik menggunakan metode tersebut, dari sisi pendidikan karakter baik karena langsung ada contohnya lebih bisa memberikan gambaran lewat visual dan lebih suka ada tayangan film. Follow upnya bagus, yaitu pendapat tentang film dan diadakan diskusi dan dipresentasikan ”. A4.MetPK.G.BK c. Setiap pembelajaran usai, guru memberikan sebuah refleksi kepada peserta didik. Refleksi ini berfungsi untuk mengetahui seberapa siswa menguasai pelajaran yang baru saja diberikan. Pernyataan tersebut juga didukung oleh salah satu guru SMP N 13 Yogyakarta, yaitu guru BK yang menyatakan bahwa “Evaluasi setiap usai pembelajaran untuk mengetahui seberapa besar anak menyerap pembelajaran. ” A4.MetPK.G.BK Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan para guru dalam melaksanakan pendidikan karakter di SMP N 13 Yogyakarta adalah dengan demonstrasi, sosiodrama, pemutaran video, setelah pembelajaran selesai guru memberikan refleksi kepada siswa. 5. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi pada kurikulum 2013 di SMP N 13 Yogyakarta. Sebuah kegiatan yang dilakukan maupun yang masih direncanakan pasti memiliki beberapa hambatan yang terjadi. Dalam pendidikan karakter terintegrasi juga terdapat berbagai macam hambatan. Pendidikan karakter semata-mata tidak hanya dilakukan oleh guru yaitu di sekolah saja, melainkan peran orang tua juga penting dalam penanaman pendidikan karakter tidak hanya itu saja, melainkan materi juga harus selesai dengan waktu yang terbatas. Berikut hasil kesimpulan dari wawancara kepala sekolah guru mata pelajaran SMP N 13 Yogyakarta. a. Penilaian yang sulit Kepala sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta merasa bahwa hambatan yang di alami adalah penilaian pendidikan karakter. Kepala sekolah dan guru mata pelajaran belum terlalu mengerti tentang penilaian pendidikan karakter. Tidak hanya itu saja penilaian dirasa sulit juga karena faktor dari siswanya. Setiap tahun siswa berganti murid sehingga proses penilaiannya harus diulang dari awal lagi dalam pembentukan karakter. Pernyataan tersebut didukung oleh kepala sekolah SMP N 13 Yogyakarat: “Penilaian yang sulit, memerlukan waktu yang lama dan setiap tahun muridnya berganti, sehingga harus dari awal lagi dalam pembentukkan karakter. ” A5. Ham.PK.Kepsek Bukan hanya kepala sekolah saja merasakan hal penilaian sebagai penghambat pelaksanaan pendidika karaketer namun dari guru BK juga merasakan hal yang sama. Berikut pendapat beliau: “Penilaian karakter, misal nilai kejujuran tetapi indikator anak yang jujur itu seperti apa belum ada. ” A5. Ham.PK.G.BK b. Orang tua SMP N 13 Yogyakarta mengeluhkan bahwa hambatan dari pelaksanaan pendidikan karakter terjadi karena orang tua. Orang tua merupakan orang yang sangat berperan penting dalam kehidupan anak, karena dari lahir hingga sekarang orang tualah yang memiliki jam bersama paling banyak dibandingkan dengan guru yang ada di sekolah. Pendidikan karakter dilakukan pertama kali oleh keluarga, sehingga anak masuk ke sekolah sudah memiliki pendidikan karakter. Namun, yang sangat disayangkan sekali bahwa orang tua kurang peduli dengan pendidikan karakter anak. Berikut pendapat salah seorang guru SMP N 13 Yogyakarta: “Mengasuh anak setelah anak usia 12 atau 13tahun dan karakter anak sudah terbentuk terlebih dulu lewat keluarga, dan jika karakter di rumah tidak bagus maka guru yang bekerja keras. Anak-anak membawa perilaku yang kurang berkarakter. ” A5.Ham.PK.G.B.Ind Orang tua terkadang juga lepas tangan dengan anaknya, dalam artian bahwa setelah anak bersekolah maka orangtua sudah tidak mengurusi anaknya melainkan dilimpahkan ke pihak sekolah. Semestinya, anak merupakan tanggung jawab orangtua juga, sehingga sekolah dan orangtua terjalin kerjasama yang solid. Pernyataan tersebut didukung oleh guru SMP N 13 Yogyakarta: “Lebih banyak ke orang tua, latar belakang orang tua. Serumit apapun permasalahan anak harus ada kerja sama antar orang tua, tetapi tidak ada kerja sama dengan orang tua dan oranng tua disini ekonomi rendah .” A5.Ham.PK.G.BK c. Guru tidak dapat memberikan contoh yang baik. Seorang pendidik seharusnya memberikan contoh yang baik bagi siswa-siswanya. Namun terkadang ada beberapa guru yang terlambat masuk ke kelas, padahal guru tersebut ketika melihat muridnya terlambat memberikan sanksi. Berikut pendapat salah satu guru tentang hambatan pelaksanaan pendidikan karakter terinegrasi di SMP N 13 Yogyakarta: “Ada beberapa guru yang terkadang terlambat, itu menjadi sebuah penghambat. Sedangkan jika siswa yang terlambat di suruh menunggu di depan gerbang. Di depan gerbang terdapat guru piket kecuali hari Senin dan Jumat tidak terjadwal karena ada upacara dan senam, penjaga dari siswa s udah di jadwal.” A5.Ham.PK. G.IPS d. Beberapa mata pelajaran susah dikolaborasikan beberapa nilai pendidikan karakter. Mata pelajaran yang ada di SMP terkadang ada yang sulit untuk di kolaborasikan dengan nilai-nilai pendidikan karakter. Penyebabnya adalah topik yang di berikan tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter. Berikut pendapat salah satu guru: “ Dalam materi sejarah terdapat kesulitan yaitu mengikuti secara ilmu itu luas tetapi mengena, jika kita menyampaikan materi secara khusus atau langsung intinya nanti pastinya sejarah itu kering tidak bermakna, sehingga di masukkan ke dalam pendidikan k arakter masih sulit.” A5.Ham.PK.G.Sej Tidak hanya itu saja, terkadang materi yang terlalu banyak dan dituntut untuk terselesaikan maka pendidikan karakter tidak dapat di selipkan dalam materi tersebut. Berikut pendapat salah satu guru untuk mendukung pernyataan tersebut: “Materi dan pendidikan karakter kurang, karena banyak yang berbau politik dan hukum. Karena masalah materi kurang mendukung materinya adanya hanya politik dan hukum dan Pancasila pun sudah tidak ada. Materi harus sudah selesai tidak memperhitungkan pendidikan karakter, karena guru dituntut untuk menyelesaikan materi. ” A5.Ham.PK.G.PKN Dari hasil pendapat guru dan kepala sekolah SMP N 13 Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat pelaksanaan pedidikan karakter terintegrasi pada kurikulum 2013 di SMP N 13 Yogyakarta adalah penilaian yang sulit, orang tua kurang peduli dengan pendidikan karakter, guru tidak dapat memberikan contoh yang baik, beberapa mata pelajaran susah dikolaborasikan dengan nilai pendidikan karakter. 6. Usaha-usaha yang dilakukan sekolah untuk mengatasi hambatan pelaksanaan pendidikan karaketer terintegrasi. SMP N 13 Yogyakarta, melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi. Tindakan yang diambil oleh sekolah dalam mengatasi pendidikan karakter terintegrasi sebagai berikut. a. Dalam penilainnya, sekolah mengambil 1 contoh dalam penilainnya, sehingga dalam penilaian untuk jumlah siswa yang banyak tidak lagi menjadi penghambat. Berikut pendapat kepala sekolah SMP N 13 Yogyakarta: “Hanya diambil contoh untuk penilaiannya. ” A6.Us.PK.Kepsek b. Melakukan pelatihan untuk guru-guru mata pelajaran tentang pendidikan karakter terintegrasi Hambatan yang dialami para guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi adalah terkadang materi dengan nilai-nilai karakter tidak sama dan bahkan tidak dapat dikaitkan. Sehingga perlu adanya pelatihan khusus pendidikan karakter terintegrasi bagi guru mata pelajaran agar materi yang di sampaikan dan pendidikan karakter dapat berkolaborasi dengan baik. Berikut pendapat salah satu guru: “Sebaiknya dilakukan pelatihan untuk guru-guru mata pelajaran sehingga materi dan pendidikan karakter sama- sama berjalan. ” A6.Us.PK.G.PK c. Memanggil orangtua Memanggil orang tua merupakan upaya yang akan dilakukan sekolah, karena guru juga mengeluhkan bahwa orangtua tidak ikut serta dalam mendidik anaknya menjadi anak berkarakter. Dalam kesempatan ini, sekolah memanggil orang tua siswa dan mengadakan pelatihan atau seminar betapa pentingnya pendidikan karakter dilakukan dalam tengah-tengah keluarga. Tujuannya adalah agar orangtua sadar betul akan tanggung jawabnya. Sebelumnya guru BK juga harus mengikuti pelatihan tentang pendidikan karakter sehingga ketika menghadapi orangtua murid, guru BK juga sudah memiliki ilmu yang cukup untuk dibagikan ke orangtua murid. Berikut ini pendapat salah satu guru SMP N 13 Yogyakarta: “Memanggil orang tua, pelatihan pada guru BK belum ada, sehingga penerjemahannya masing-masing, sarana prasarana terbatas dan perlu ditingkatkan. ” A6.Us.PK.G.BK d. Ada kerjasama antara guru BK dengan guru mata pelajaran Kolaborasi antara guru BK dengan guru mata pelajaran itu sangat diperlukan dalam pendidikan karaketer terintegrasi ini. Sehingga guru BK lebih membimbing peserta didik untuk menjadi siswa yang berkarakter. Berikut pendapat salah satu guru: “Ada kerja sama antara guru BK dan mata pelajaran, pemantauan pendidikan karakter tiap anak, orang tua lebih peduli terhadap anakny a.” A.6.Us.PK.G.AGM Dapat disimpulkan upaya yang dilakukan SMP N 13 Yogyakarta untuk mengatasi hambatan tersebut dengan cara dalam penilaiannya, sekolah mengambil 1 contoh dalam penilainnya. Tidak hanya itu saja untuk masalah lainnya sekolah juga perlu melakukan pelatihan untuk guru mata pelajaran tentang pendidikan karakter terintegrasi. Untuk mengatasi masalah orang tua yang kurang peduli dengan pendidikan karakter maka perlunya guru memnaggul orang tua siswa dan mengadakan pelatihan atau seminar tentang pentingnya pendidikan karakter dilakukan ditengah-tengah keluarga. Selain itu, kerjasama antara guru BK dan guru mata pelajaran juga penting untuk pengontegrasian pendidikan karakter tersebut.

C. Pembahasan

1. Pemahaman pendidikan karakter Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemahaman pendidikan karakter dari kepala sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta adalah suatu proses untuk membantu siswa untuk mempunyai nilai-nilai luhur dalam dirinya dan membantu siswa menjadi siswa yang berkarakter. Sejalan dengan pendapat guru dan kepala sekolah SMP N 13 Yogayakarta, menurut Panduan Pendidikan Karakter Menengah Pertama dari Kementrian Pendidikan Nasioanal tahun 2010, pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dapat disimpulkan bahwa Kepala Sekolah dan Guru SMP N 13 Yogyakarta sudah memahami pendidikan pendidikan karakter karena apa yang dipahami oleh kepala sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta sama dengan pemahaman pendidikan karakter yang ada di pemerintah, yaitu membantu siswa untuk memiliki nilai-nilai. Menurut Thomas Lickona 2008, pendidikan karakter merupakan pendidikan yang menekankan tiga hal dalam mendidik, yaitu knowing, loving, and acting the good , namun yang terjadi di SMP N 13 Yogyakarta hanya terjadi sampai pada tahap pemahaman dan pelaksanaan atau peneladanan atas karakter yang baik belum sampai mencintai pendidikan karakter. 2. Perencanaan Pendidikan Karakter Untuk melakukan suatu kegiatan, pastinya terlebih dahulu melakukan sebuah perencanaan yang matang. Begitu pula dalam perencanaan pendidikan karakter yang ada di sekolah, perencanaan tersebut harus di rancang sesuai dengan peraturan pemerintah. SMP N 13 Yogyakarta sudah melakukan perencanaan pendidikan karakter, berikut perencanaan yang dilakukan SMP N 13 Yogyakarta: a. Sekolah mengkombinasikan peraturan pemerintah dengan visi misi sekolah untuk menyelaraskan pendidikan karakter b. Guru menentukan topikdan disisipkan beberapa nilai karakter Jika dipadupadankan dengan pedoman pendidikan karakter Kementrian Pendidikan Karakter Nasional 2010, perencanaan yang dilakukan SMP N 13 Yogyakarta masih kurang sesuai dengan pedoman Kementerian Pendidikan Karater Nasional. Pedoman pendidikan karakter Kementrian Pendidikan Karakter Nasional 2010, menuliskan terdapat 4 pedoman perencanaan yaitu a. Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan karakter, yaitu nilai-nilaiperilaku yang perlu dikuasa dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari- hari. b. Mengembangkan materi pendidikan karakter untuk setiap jenis kegiatan di sekolah. c. Mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap kegiatan di sekolah tujuan, materi, fasilitas, jadwal, pengajarfasilitator, pendekatan pelaksanaan, evaluasi d. Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pendidikan karakter di sekolah. Namun, perencanaan yang dilakukan SMP N 13 Yogyakarta hanya terdapat 2 poin saja, masih ada beberapa poin perencanaan dari pedoman pemerintah yang belum dilaksanakan. 3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP N 13 Yogyakarta Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan pengintegrasian nilai- nilai karakter dalam mata pelajaran yang dilaksanakan oleh SMP N 13 Yogyakarta dapat dinyatakan kurang baik. Pelaksanaan yang dilakukan SMP N 13 Yogyakarta adalah a. Guru memasukan beberapa nilai karakter dengan materi yang akan di sampaikan kepada teman dengan membuat RPP terlebih dahulu. b. Guru mata pelajaran memberikan tugas yang berhubungan langsung dengan nilai karakter yang akan dicapai. Berdasarkan pedoman pendidikan karakter Kementerian Pendidikan Nasional 2010 dalam mengimplementasikan pendidikan karakter kedalam pelajaran dan pembelajaran terdapat 3 yaitu pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajran pada semua mata pelajaran, pembentukan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah dan yang terakhir pembentukan karakter yang terpadu dengan kegiatan pembinaan kesiswaan. Namun yang terjadi di SMP N 13 Yogyakarta baru sampai pada tahap pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada semua matapelajaran, sehingga pelaksanaan penintegrasian pendidikan karakter kurang baik yang dilaksanakan oleh SMP N 13 Yogyakarta. 4. Hambatan-hambatan pendidikan karakter Setiap pelaksanaan dalam sebuah kegiatan pastinya sering terjadi sebuh kendala atau hambatan yang terjadi, sehingga kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan yang direncanakan. Dalam dunia pendidikan juga tak memungkiri bahwa segala kegiatan yang sudah direncanakan menjadi gagal atau tidak sesuai dengan harapan karena terdapat hambatan-hambatan selama proses kegiatan tersebut. Begitu pula yang dirasakan oleh kepala sekolah dan guru SMP N 13 Yogyakarta, bahwa terdapat hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi pada kurikulum 2013. Berikut hambatan yang terjadi di SMP N 13 Yogyakarta dalam pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi pada kurikulum 2013: a. Penilaian yang sulit b. Orang tua kurang peduli dengan pendidikan karakter c. Guru tidak memberikan contoh yang baik d. Beberapa mata pelajaran susah dikolaborasikan beberapa nilai pendidikan karakter Hambatan yang terjadi di SMP N 13 Yogyakarta tersebut ada beberapa yang sama dalam buku karangan Budi Handoyo 2013 yaitu: a. Pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh b. Guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. c. Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya d. Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya.