Pelaksanaan Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren
43
santri, Hal ini disampaikan olehGus Azka selaku ketua hadrah, yang menyebutkan bahwa :
“Tujuan Sekarang, tujuan kita yaitu dakwah islamiah kepada sesama dan hiburan bagi santri-santri selain itu juga wadah bagi santri-santri yang
berminat dalam seni kebudayaan islam.” Serta Bpk. Syamsul selaku pelatih yang mengungkapkan bahwa:
“Tujuan hadrah disini yaitu untuk syiar.Kan anak-anak muda jaman sekarang itu tertarik dengan musik, kita kemudian berpikir untuk
bagaimana anak-anak itu bisa mengetahui tentang islam misalnya dari syiir-syiir, tentang makna-makna dalam islam kita bersyiar melalui hadrah
ini
.”
Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran telah berkembang dari tahun ke tahun. Sejak Samsul mengampu, telah banyak
cara pengajaran yang dilakukan. Cara mengajar juga disesuaikan dengan kondisi santri, mulai dari mampu atau tidaknya santri mengikuti
pembelajaran hingga sampai pada keefektifan pembelajaran tersebut guna mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini seperti yang diungkapkan Bpk.
Samsul sebagai berikut : “karena setiap santri yang kita ajar itu beda-beda mas, maka saya jelas
ketika dalam mengajar juga beda beda, sampai sekarang ini saya bisa menggunakan cara mengajar yang pas sehingga para santri juga ikut
berkembang.” Lebih lanjut Bpk. Samsul menjelaskan dalam wawancara sebagai berikut :
“Sejak saya di sini memang sudah banyak cara mengajar yang saya terapkan.Yang dahulu terlalubanyak teori, demontrasi.Kalau sekarang
cukup langsung praktik.Teorinya disisipkan di sela-sela praktik.Serta pendemnstrasian berlebih hanya akan menyebabkan santri kurang kreatif
dalam permainannya nanti Sekarang,anak disuruh memaikan alat kalau sudah tertarik dan ingin memaikan Hal tersebut malah membuat siswa
tertarik dan cepat paham untuk mempelajarinya.
”
44
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa telah banyak cara atau metode yang telah diterapkan oleh pelatih dalam pembelajaran
Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran tersebut. Dengan berkembangnya hadrah saat ini secara tidak langsung
memotivasi pelatih hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran untuk mampu berfikir lebih kreatif, mampu mengajarkan santri untuk lebih mudah
mengikuti proses pelatihannya, mampu membuat aktif para santri, mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Hal inilah
yang telah dilakukan oleh Bpk. Samsul selaku pelatihhadrah dalam membimbing santri didiknya dalam mengikuti pelatihan hadrah.
Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran juga menjadi salah satu kegiatanfavorit.Dapat dilihat dari seluruh santri yang mengikuti
kegiatan initanpa disuruh ataupun dipaksa. Seperti penjelasan dari Gus Azka bahwa:
“Di dalam hadrah ini, kita dari pengurus bahkan tidak mewajibkan mereka ikut kegiatan, namun sangat banyak yang ikut dalam kegiatan ini, di setiap
tahun ajaran baru pasti banyak yang mengikuti.Bahkan ada yang sudah bisa, fasih dalam permainanya.
” Peserta hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandananran
Yogyakarta di bagi menjadi dua kelompok, Yaitu katagori santri pemula dan santri yang masuk kedalam tim inti hadrah sunan pandanaran. Untuk santri
pemula pelatih menitik-beratkan pada pola permainan hadrah yang biasa.sedangkan untuk tim inti pembelajarannya tidak hanya permainan
hadrah biasa, dalam pelatihannya santripada tim inti dituntut untuk
45
mengembangkan semua permainan setelah di demontrasikan oleh pelatih. Seperti penjelasan Bpk. Samsul sebagai berikut:
“santri kita golongkan menjadi dua, yaitu untuk santri pemula dan santri yang masuk di tim inti. Yang di dalam pelatihannya, santri di tim inti di
tuntut mengembangkan kemampuanya serta ke kreatifitasanya sedangkan santri pemula hanya berlatih supaya bisa.
”
Demi mendukung proses pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, pondok tersebut memiliki fasilitas yang cukup
memadai, dengan alat – alat hadrah lengkap antara lain seperti terbang,
bass, darbuga, tam dan keprak dengan ukuran yang sangatlah berbeda beda. Terbangberukuran 13inchi, bass dengan diameter 20inchi, tam
10inchi, darbuga dengan diameter 8inchi,dan keprak 9inchi. Instrumen terbang dalam pembelajaran hadrah minimal dimainkan
dua orang, yang dimainkan dengan pukulan yang berbeda yang disebut tikah dan peginting. Istilah tikah dan penginting selalu digunakan turun temurun
dari pelatih ke palatih selanjutnya. Tikah dan penginting dengan permainannya yang berberda memberi suasana semarak pada musik hadrah.
Instrumen terbang dengan lingkaran kayu bermembran dari kulit berdiameter 13 inchi yang di pakudan terdapat 3 sejenis syimbal kecil di
sampingnya.
46
Gambar 11.Terbangdok. Mahamboro, 2015 Bass dan tam berperan penting dalam setiap pembelajaran ini bahkan dalam
permainan hadrah itu sendiri, Permainan bass dan tam berfungsi mengatur tempo dan ritmis,
Gambar 12.Bassdengan Pemukulnyadok. Mahamboro, 2015
47
Gambar 13.Tamdok. Mahamboro, 2015 Pada awal pembelajaran, santri di bebeaskan pelatih untuk memilih
sendiri instrumen yang akan digunakan. Namun dalam instrumen Darbuga dimainkan oleh santri pilihan.Santri dipilih oleh pelatih yang dianggap
mampu dalam hal memainkannya. Perlatih memilih santri yang paling cepat bisa menangkap yang pelatih ajarkan. karena dalam permainannya
menggunakan teknik permainan paradidle dua tangan. Dalam latihan DarbugaPelatih tidak memberi notasi angka pada permainan darbuga ini,
namun pelatih mendemontrasikan gerakan simple dan nantinya harus di kembangkan sendiri oleh santri.
Gambar 14.Darbuga dok. Mahamboro, 2015
48
Keprak dalam permainan hadrah maksimal dimainkan 2 orang dan dalam permainan besar maksimal 4 orang, karena jika terlalubanyak hanya
akan menurtup suara instrumen lain. Bentuk keprak hampir sama dengan instrumen terbang namun berdiameter lebih kecil dan keprak tidak
mempunyai symbal. Dalam permainannya keprak tidak dimainkan sesering permainan terbang. Fungsi keprak dalam permainannya ialah sebagai
pemanis di setiap permainannya sehingga bisa terkesan lebih rancak atau semarak dengan pola pukulan sama dengan terbang.
Gambar 15.Keprak dok. Mahamboro, 2015 Materi yang diajarkan dalam pembelajaran Hadrah di pondok
pesantren sunan pandanaran Yogyakarta meliputi perkenalan masing- masing instrumen hadrah.Memang diketahui ada santri baru yang memang
sudah tau, tetapi tetap di jelaskan bagaimana carapemegangan yang benar, cara memukul tentunya yang tepat dengan demonstrasi pelatih, supaya
ketika bermain secara bersama-sama akan seragam, lalu dilanjutkan dengan latihan.
49
Materi ajar seperti pembelajaran teori seperti membaca notasi tetap diberikankepada santri, namun hanya di selipkan ketika pelatihan
berlangsung. Notasi yang digunakan pelatih berbeda dengan notasi pada teori musik secara umum, dalam pembelajaran hadrah di pondok pesantren
pandanaran ini menggunakan notasi huruf. Dijelaskan oleh Samsul melalui wawancara yang hasilnya adalah sebagai berikut :
“Proses pembelajaran disini sangat jelas dengan teori dan praktik, namun teori disini tidak begitu lama, kita memilih untuk eksekusi kepada
prakteknya langsung, baru ketika ada kesukaran, metode ceramah kita gunakan, metode demontrasi kita gunakan demi kejelasan materi seperti
notasinya hanya menggunakan notasi huruf.” Setelah paham dengan cara-cara yang benar dan latian memainkan
alat, kemudian dilanjutkan dengan materi lagu.Materi lagu dasar yang diberikan untuk pertama yakni “Yarobbi Shali Ala Muhammad“.Walaupun
nantinya mereka bebas memilih lagu untuk dilatih secara bersama-sama yang kemudian di tampilkan jika ada perlombaan atau acara.Mengingat
materi lagu yang sangatlah luas, maka dalam penelitian ini yang telah diteliti hanya mengacu pada sa
tu lagu, yaitu materi lagu dasar “Yarobbi Shali Ala Muhammad
“. Pelatih memberi contoh kepada santri dengan menyanyikan
iramanya. Dengan metode demonstrasi dimana dengan metode ini santri lebih cepat menangkap materi.
Istilah pembagian lagu yang digunakan di permainan hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandananran Yogyakarta. Kelompok tersebut
menggunakan istilah
biasauntukmengawali lagu
yang kemudian
50
naikanuntuk inti lagu dan kemudian turun untuk mengahiri lagu. Biasa
ditandai dari awal lagu sampai vokal masuk, naikan ditandai dengan suara dua dan tiga vokal masukdan turun ditandai dengan tambah semaraknya
lagu untuk mengakhiri lagu. Berikut dijelaskan oleh Bpk. Samsul: “dalam permainan hadrah, kita menggunakan istilah “biasa” untuk
mengawali lagu, ketika vokal masuk masih kita sebut”biasa”. Kemudian
istilah “naik” untuk klimak lagu, ditandai dengan backing vokal masuk. Dan yang terakhir adalah turun
, digunakan untuk menutup lagu.”
Pelatih menggunakan simbol-simbol dalam pelatihan pembelajaran hadrah dengan maksud agar mempermudah santri untuk lebih mudah
memainkan dan menerima materi yang disampaikan. Simbol yang digunakan dalam prosesnya tidak lainadalah sebagai berikut:
Tabel 4.1.Simbol Dalam Proses Pembelajaran Hadrah
No Simbol
Keterangan 1.
2. D
T Dung
Tak
Simbol “D” dan “T” digunakan pelatih dalam semua instrumen hadrah kecuali untuk vokal. Instrumen terbang, keprak dan darbuga menggunakan
simbol ini. Sedangkan bass menggunakan simbol “D” dung dan tam menggunakan simbol “T” tak.
51