Metode Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran
52
Dari hasil wawancara tersebut serta menurut pengamatan selanjutnya yang lebih lanjut yang telah dilakukan peneliti, telah
diketahuimetode pembelajaran hadrah yang digunakan di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.Metode tersebut saling berkaitan satu dengan
yang lain. Metode ceramah yang digunakan oleh pelatih untuk memberikan
penjelasan tentang materi pembelajaran. Kegiatan ceramah yang dilakukan oleh pelatih antara lain yakni ceramah untuk mengawali kegiatan
pembelajaran, ceramah untuk menjelaskan materi pembelajaran seperti materi lagu, teknik cara memukul dan memegang yang benar di awal
maupun ditengah pembelajaran, dan ceramah untuk mengakhiri pelajaran. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Bpk. Samsul yaitu:
“Metode ceramah biasanya digunakan ketika membuka latihan mas. Biasanya juga sebelum santri memainkan alat saya lihat cara pegangnya
benar atau tidak. Kemudian digunakan juga untuk menjelaskan materi pelajaran, taklepas ketika metode demonstrasi saya terapkan, terkadang
metode ceramah juga secara tidak langsung di diterapkan, karena kan
kadang ada beberapa santri yang masih belum paham materi.” Kegiatan
ceramah yang
dilakukan pelatih
yaitu untuk
mengucapkan salam sapa kepada santridalam mengawali latihan hadrah, berdo’a sebelum latihan dimulai, bertanya kepada santri apakah masih ingat
tentang materi yang telah diajarkan pada pembelajaran sebelumnya, menanyakan apakah sudah mengembangkan permainan, serta pelatih
berusaha membuat suatu kondisi kelas agar lebih nyaman.
53
Kegiatan yang dilakukan pelatih sebelumnya dalam menjelaskan materi yang akan dilatihkan kepada santri yaitu menjelasan tentang teori
musik yang dalam hal ini pembelajarannya hanya disisipkan di sela pembelajaran praktik. Materi yang diajarkan hanya sebatas pengenalan yang
kemudian langsung dilanjutkan dengan materi praktik, cara memainkan instrumen hadrah, cara memegang, serta penyampaian materi lagu.
Materi lagu yang di ajarkan tidak lepas dari lagu dasar serta tidak di luar kemampuan santri untuk santri pemula dan juga yang akan di
tampilkan untuk tim inti hadrah sunan pandanaran.lagu yang diberikan hanya dengan ritmis
– ritmis yang sederhana saja untuk santri pemula. Lagu yang akan di mainkan oleh tim inti mengikuti yang akan di tampilkan dan
oleh santri sendiri mereka kembangkan dan diberi variasi permainan yang tak lepas dari pantauan pelatih.Seperti yang dijelaskan oleh Bpk. Samsul,
yakni : “Lagu sebenarnya saya ambil yang permainannya mudah untuk santri
pemula,kita sesuaikan dengan kemampuan santri pemula. Lagu untuk tim inti hadrah, ritmisnya awalnya sederhana kemudian kita aransemen sendiri
yang kemudian oleh para santri di variasi sehingga lebih menarik ketika di mainkan . Kalau saya memberi materi yang terlalu rumit diawal ya kasihan
para santri.Biarkan mereka mengembangkan permainannya menurut bagaimana santri suka, tentuya tetap saya bimbing bagus tidak variasinya,
tidak ngawur. Sampai
aransemennya sudah jadi dan siap dimainkan.”
Selanjutnya metode ceramah yang diberikan pelatih yaitu untuk mengakhiri pembelajaran, dengan menyiapkan santri untuk tenang,
mengingatkan kembali kepada para santri untuk mengingat materi yang sudah diberikan dan tidak lepas pemberian tugas seperti pengembangan
54
variasi dalam permainannya, dan kemudian bersiap do’a untuk mengahiri kegiatan.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Bpk. Samsul sebelumnya, metode ceramah tidak lepas begitu saja dari metode yang lain, digunakan
ketika melakukan demonstrasi alat musik, terkadang digunakan pelatih ketika santriyang di rasa kurang paham dengan materi yang telah
didemonstrasikan oleh pelatih.Pelatih menanyakan bagian mana yang belum bisa dipahami oleh santri.
Metode demonstrasi dilakukan oleh pelatih hadrah yang memberikan contoh praktik materi yang akan dipelajari, cara memukul,
memegang, bahkan variasi, misalnya memainkan pukulan-pukulan pada terbang, tam, keprak, bass, dan dumbuk. Demonstrasi yang diberikan adalah
contoh cara memainkan ritmis setap alatnya. Pelatih memberikan contoh dari tempo lambat kemudian memberikan waktu para santri dengan
mengikuti seperti yang telah dicontohkan pelatih, sampai pada akhirnya tempo secara perlahan mulai dipercepat hingga sesuai dengan yang telah
ditentukan.Dengan metode demontrasi ini, pembelajaran hadrah dapat diterima dan dipelajari dengan mudah oleh santri. Metode ini digunakan
pelatih dalam pembelajaran hadrah yaitu pelatih memberikan contoh cara memainkan ritmis hadrah yang kemudian santri menirukannya.
Setelah demonstrasi diberikan kepada santri, kemudian metode yang di terapkan pelatih selanjutya ialah metode tanya jawab. Pelatih
mendemonstrasikan permainan hadrah dan santri langsung menirukan dan
55
mempraktekkannya.Dalam hal ini, setelah santri bisa dan mahir menirukan teknik permaiana yang di ajarkan pelatih, kemudian pelatih memberikan
kesempatan pada santri untuk memainkan sendiri serta mengembangkan materi yang telah dicontohkan.Pelatih memberikan kesempatan kepada
santriseperti umpan balik kepada mereka.Dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan permainannya, santri seperti ditantang oleh pelatih
“bisa di apakan materi itu”. Dari hasil penelitian banyak santri secara aktif dan senang
mengikuti pembelajaran tersebut serta bekerjasama bahkan bersaing dalam mencari pengembangannya.
Setelah metode demontrasi dan tanya jawab di diterapkan oleh pelatih,yang kemudian dilakukan pelatih adalah melanjutkan pelatihan
dengan pemberian tugas, pemberian tugas kepada para santri disini hanyalah pemberian tugas untuk mencari pengembangan terhadap permainan alatnya
yang kemudian pada latihan berikutnya para santri sudah siap terhadap teknik yang mereka mainkan.Setelahitu kemudian menyatukan permainan di
latihan selanjutnya. Metode tugas ini memberi semangat dan hiburan kepada santri,
santri akan tetap latihan dan bahkan memupuk kerjasama dan interaksi antar santri yang prosesnya tejadi ketika mereka secara bersama-sama berlatih
dan mencari pengembangan permainan musiknya. Metode tugas itu telaksana ketika di luar jam latian dan diluar pengawasan pelatih. Seperti
penjelasan Bpk. Syamsul sebagai berikut:
56
“dalam latiannya kami memberikan tugas kepada santri yang mana tugas itu adalah mencari pengembangan supaya tidak seperti yang saya ajarkan.
Disini seperti santri bisa mengajarkan kepada santri yang lain yang belum bisa kemudian mencari pemecahan secara bersama, secara bebas seperti
tidak ada pengawasan dari saya.”
Setelah masing masing variasi di satukan dan dan jadilah permainan hadrah yang menarik, metode selanjutnya adalah metode latihan
atau drill. Metode latihan atau drill dalam pembelajaran hadrah sangatlaah berperan penting, karena drill merupakan bentuk latihan yang bertujuan
untuk memperdalam keterampilan musik dalam bermain instrumen musik serta supaya tidak berubah-ubah ketika dimainkan di minggu berikutnya
atau bahkan ketika dimainkan di atas panggung, seperti yang telah dijelaskan oleh Bpk. Samsul, yakni:
“Metode drill sudah tentu digunakan. Karena kalau drill kan melatih santrisupaya dapat lebih terampil memainkan alat tersebut. Permainannya
dilatih secara berulang –ulang agar santri secara langsung merekam ritmis
yang dimainkan serta hafal urutan permainannya sehingga ketika dimainkan di atas panggung tidak rubah rubah urutanya atau sudah
paten .”
Dengan penggunaan drill ini diharapkan santri dapat lebih maksimal lagi dalam berlatih sehingga tujuan dari pembelajaran akan tercapai.
Metode pembelajaran yang dijelaskan diatas telah diterapkan di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta. Lima metode tersebut
diketahui fungsinya yang saling berhubungan satu sama lain. Metodenya mempunyaihubungan yang saling berkaitan dan saling melengkapi.Dalam
pelatihannyapelatih hadrah juga melakukan model pendekatandengan para santrinya. Pendekatan yang digunakan pelatih yatu, pelatih mengkondisikan
57
supaya santri menganggap pelatih hanya teman merekadengan tujuan supaya proses pelatihan berjalan santai. Santri tidak terbebani seperti
diawasi oleh guru. Seperti penjelasan metode tugas sebelumnya, dimana ada jam di luar jam pelatian dimana para santri berlatih dengan santri lain
dengan tujuan santri bisa lebih santai dalam pelatihannya. Seperti penjelasan Bpk. Samsul sebagai berikut:
“saya menganggap mereka ini teman-teman saya, seperti melaksanakan tugas bersama. Beda seperti masnya kuliah, ada tugas gini dan masnya
harus mengerjakan, disini pelatih hanya bersifat fasilitator dan pemberi solusi yang nanti solusi itu dikembalikan lagi ke mereka. Selain itu ketika
diluar jam latihan ini, mereka para santri saling mengajarkan satu sama lain, sehingga seperti sistem tutor sebaya, masnya pasti tau kalau belajar
dengan teman akan terlihat santai dan cepat diterima.
”