METODE PEMBELAJARAN HADRAH DI PONDOK PESANTREN SUNAN PANDANARAN YOGYAKARTA.

(1)

METODE PEMBELAJARAN HADRAH DI PONDOK

PESANTREN SUNAN PANDANARAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : Amin Mahamboro

09208241021

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Metode Pembelajaran Hadrah Di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran” Yogyakarta ini telah disetujui oleh pembimbing untuk

diujikan

Yogyakarta, 28 Oktober 2015 Pembimbing 1

Dra. Heni Kusumawati, M.Pd. NIP. 19671126 199203 2 001

Pembimbing II

Drs. Pujiwiyana NIP. 19671221 199303 1 001

iii


(4)

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Amin Mahamboro NIM : 09208241021

Prodi : Pendidikan Seni Musik

Fakultas : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri.Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulisoleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuandengan mengikuti tata cara dan etika penelitian karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar,sepenuhnyamenjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 28 Oktober 2015 Peneliti,


(5)

v

MOTTO

“There is no distance between past

and future, be as yourself


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak Edi Nugroho dan Ibu Sukani tersayang, serta adik, Aushof Zufar Kaloka.

2. Teman teman sahabattercinta yang selalu mensupportsaya.

3. Keluarga besar Seni Musik UNY lintas angkatan yang selalu memberi canda, tawa dan semangat. terimakasih karena telah memberikan banyak masukan dan motivasi selama saya menempuh pendidikan di Jurusan Pendidikan Seni Musik UNY. 4. Teman teman tiup seni musik UNY, yang selalu mensupport


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan YME atas segala karunianya yang telah memberikan hadiah berupa berkah dan nikmatNya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah direncanakan olehNYA.

Skripsi dengan judul ”METODE PEMBELAJARAN HADRAH DI PONDOK PESANTREN SUNAN PANDANARAN YOGYAKARTA” disusun guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan yang terjalin dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:

1. Dra. Heni Kusumawati, M.Pdselaku pembimbing I dan Drs. Pujiwiyanaselaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, waktu, motivasi dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan hingga selesainya skripsi ini.

2. Faqih Adnan Arsyad selaku manager hadrah sunan pandanaran yang selalu membimbing saya disetiap melakukan penelitian.Gus. Azka Sya’bana dan Bp. Samsul selaku narasumber utama yang bersedia untuk diwawancarai


(8)

viii

dan memberikan semua informasi mengenai penelitian ini. Serta keluarga besar Hadrah Sunan Pandanaran yang menyediakan waktu dan motivasinya untuk skripsi ini.

3. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Yogyakarta, 28 Oktober2015


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR ISTILAH ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang .. ... 1

B. Fokus Masalah... 4

C. TujuanPenelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Metode Pembelajaran ... 7

B. Seni Musik Hadrah ... 15

C. Tinjauan Pondok Pesantren ... 28

D. Penelitian yang Relevan ... 29

E. Pertanyaan Penelitian ... 30

BABIII METODE PENELITIAN... 32

A. Pendekatan Penelitian ... 32

B. Setting Penelitian... 33

C. Sumber Data Penelitian ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Objek Penelitian ... 36

G. Keabsahan Data ... 36


(10)

x

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 73

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Irama ... 16

Gambar 2 : Akord ... 17

Gambar 3 : Gerakan Naik. ... 18

Gambar 4 : Gerakan Turun ... 18

Gambar 5 : Gerakan Tetap ... 18

Gambar 6 : Bass hadrah ... 26

Gambar 7 : Dumbuk ... 26

Gambar 8 : Keprak dan Rebana Hadrah ... 26

Gambar 9 : Trianggulasi Sumber ... 36

Gambar 10 : Trianggulasi Teknik ... 37

Gambar 11 : Terbang ... 45

Gambar 12 : Bass dengan Pemukul ... 46

Gambar 13 : Tam ... 46

Gambar 14 : Darbuga ... 47

Gambar 15 : Keprak ... 48

Gambar 16 : Materi lagu pada vocal pada suara satu, dua, dan tiga. ... 61

Gambar17 : Area bunyi “Tak” dan “Dung” ... 62

Gambar18 : Cara memegang terbang, dari depan dan belakang ... 63

Gambar19 : Bentuk pola ritme pada terbang untuk latihan pukulan dasar ... 63

Gambar 20 : Praktek pola pukulan tikah ... 63

Gambar 21 : Praktek pola pukulan reginjing ... 64

Gambar 22 : Dua pemain terbang ketika memainkan tikah dan reginjing... 64 Gambar 23 : Formasi pemain bass, tam dan dumbuk


(12)

xii

beserta cara memegang alat yang benar ... 67 Gambar 24 : Materi latihan dasar permainan dumbuk, bass dan tam .... 68 Gambar 25 : Pola permaina hadrah bagian biasa... 70 Gambar 26 : Permaina hadrah bagian naik ... 71 Gambar 27 : Pola permaina hadrah bagian turun... 72


(13)

xiii

DAFTAR ISTILAH Accidental : secara kebetulan atau tidak sengaja.

Ashar : waktu shalat wajib pada petang hari antara habis waktu dzuhur dan terbenam matahari.

Audio : Sajian dalam bentuk suara

Countour : pola ciri-ciriyang terjadi pada pola nada. Dzuhur : waktu shalat wajib pada saat tengah hari. Intruksional : bersifat pengajaran, petunjuk.

Membranofone : yaitu alat yang sumber bunyinya berasal dari membran atau selaput kulit, sebagai contoh adalah : kendang, bedug, rebana. Mood : suasana hati.

Rebana : gendang berbentuk bundar dan pipik yang merupakan khas melayu.

Reward : penghargaan.

Santri : sebutan bagi seseorang yang merngikuti ilmu pendidikan islam di suatu tempat yang dinamakan pesantren.

Semarak : ber seri, gilang gemilang. Seragam : sama ragam.

Shalawatan : puji-pujian atau doa untuk mendekatkan diri kepada Allah. Symbal : instrumen perkusi yang terbuat dari piringan logam

Verbalistis : bersifat lisan.

Visualisasi : pengungkapan suatu gagasan dengan bentuk gambar.

Zikir : sebuah aktifitas ibadah dalam umat muslim untuk mengingat Allah.


(14)

xiv

METODE PEMBELAJARAN HADRAH DI PONDOK

PESANTREN SUNAN PANDANARAN YOGYAKARTA

Oleh: Amin Mahamboro

NIM 09208241021

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode pembelajaran yang digunakan pada pelatihan permainan hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta. Penelitian ini secara khusus dilakukan pada pembelajaran dasar dari pembelajaran hadraPondok Pesantren Sunan Pandanaran.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pelatih hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta. Penelitian ini difokuskan pada metode pembelajaran yang digunakan pelatih dalam lagu dasar “ya rabbi sholi ala Muhammad”. Data dalam penelitian diperoleh dengan cara (1) observasi, (2) wawancara, (3) dokumentasi. Alat bantu yang digunakan peneliti berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, pedoman dokumentasi, catatan lapangan, dan alat perekam audio visual. Analisis data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penyimpulan. Adapun uji keabsahan data menggunakan triangulasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta adalah metode ceramah, demonstrasi, tanya-jawab, tugas, dan latihan atau drill. Pemilihan metode ini berdasarkan jenis pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yaitu pembelajaran praktik. Melalui penelitian ini peneliti menemukan metode pembelajaran yang menarik yang digunakan pelatih, yaitu metode pendekatan sebaya. Dalam pelatihanya tidak bisa dipungkiri metode pendekatan sebaya juga mempengaruhi santri menjadi pemain hadrah yang percaya diri dan terampil, berkreativitas tinggi dalam pengembangan permainan instrumen hadrah itu sendiri.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan kebudayaan di zaman sekarang sudah menunjukan kemajuanya. Terutama tentang seni budaya yang mencakup kesenian, walaupun di iringi perubahan struktur sosial yang menjadi sebab adanya perbedaan sudut pandang tentang cara kehidupan masyarakat untuk berkesenian. Hal ini di buktikan dengan sudah adanya pembelajaran seni budaya, khusunya pembelajaran seni musik baik di sekolah maupun lembaga pendidikan lain. Menurut Koentjaraningrat (1997: 19) Kebudayaan (dalam arti kesenian) adalah ciptaan dari segala pikiran dan prilaku manusia yang fungsional, estetis, dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan pancaindranya (yaitu penglihat, penghidu, pengecap, perasa, dan pendengar).

Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaaan Tionghoa dari Cina, kebudayaan India dan kebudayaan Arab.Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara. Di kuatkan pendapat Prier (1991:81) Bersama dengan agama islam masuk ke indonesia pula alat musik arab serta kesenian islam: misalnya rebana,rebab, gambus. Masih banyak lagi kesenian islam yang di setiap daerah ada pengembangannya seperti qasidah, terbangan, nasyid.


(16)

2

Kesenian tradisional khususnya kesenian Islam di Indonesia mulai menunjukan perkembangannya dalam beberapa tahun terakhir. Maraknya perlombaan musik di bidang kesenian islam menjadi bukti bahwa kesenian islam di indonesia telah di akui keberadaanya dan berkembang secara pesat. Sering sekali di jumpai kelompok kesenian Islam baik dari kalangan orang tua sampai kalangan remaja bahkan kanak kanak, serta dari organisasi besar seperti dari perguruan tinggi sampai organisasi kecil seperti oraganisasi masjid di suatu desa. Banyaknya sekolah maupun lembaga pendidikan dalam mengikuti perlombaan musik memberikan dampak positif terhadap perkembangan pembelajaran musik yang ada di lembaga pendidikan lain seperti pondok pesantren. Salah satu pembelajaran musik untuk pondok pesantren adalah pembelajaran musik hadrah.

Hadrah merupakan kesenian musik islam dimana dalam permainannya menggunakan beberapa alat musik yang di tabuh yang di mainkan secara bersama-sama. Kesenian Hadrah dalam kamus serapan bahasa Melayu mempunyai arti sejenis dzikir yang menggunakan rompang atau rebana kecil. Banyak orang menyebutnya dengan kesenian terbangan(rebana) atau sholawatan yang mana merupakan kesenian Islam di bidang seni musik digabungaan seni sastra dan juga seni gerak.

Berbagai macam kesenian Hadrah yang terdapat di pondok pesantren di Yogyakarta salah satunya terdapat di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.Peserta dalam kegiatan ini ialah santri dari pondok tersebut, tidak ada batasan usia peserta dalam ekstrakulikuler ini. Walaupun sudah seperti


(17)

3

yang dijelaskan sebelumnya bahwa kesenian bermusik mengalami perkembangan, masuknya alat musik modern tidak mempengaruhi minat para santri yang mengikuti kegiatan ini

Permainan hadrah di pondok pesantren inibersifat kelompok yang setiap kelompok bisa dibedakan dalam tahap belajar.Kegiatan hadrah di pondok ini merupakan kegiatan ekstrakulikuler yang dilaksanakan dua minggu sekali, yakni pada hari Jumat dan juga Minggu siang.namun itu tidak rutin, menyesuaikan dengan acara di pondok pesantren.

Pengajaran hadrah dalam pondok pesantren ini pada proses latihanya, pelatih memberi latihan yang sama di setiap tahapan belajar. Materi yang di berikan ialah lagu dasar dan lagu yang akan di pakai dalam sebuah pertunjukan ataupun perlombaan. Pelatih mengajarkan kepada santri bagaimana cara memainkan yang kemudian santri yang sudah paham tenang permainan itu kemudian ikut membantu pelatih melatih teman santri yang lain yang belum bisa. Hal ini secara tidak langsung membantu santri belajar tentang kekompakan , bekerjasama dan bersosialisasi.

Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta telah mengikuti berbagai perlombaan musik hadrah baik tingkat provinsi maupun nasional. Kelompok ini selalu menyuguhkah pertunjukan yang menarik dari ragam instrumen yang digunakan hingga dalam penyajiannya, walaupun cara pengajaran hanya seperti penjelasan di atas. Dengan keikutsertaan tersebut telah menjadikan Pondok Pesantren tersebut adalah salah satu lembaga pendidikan yang memiliki prestasi dalam bidang musik hadrah. Hal ini pula


(18)

4

yang menarik perhatian peneliti untuk mempelajari lebih jauh tentang pembelajaran musik hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta serta metode yang diterapkan pelatih di dalam proses pembelajaran hadrah di tempat itu.

Berikut sebagian prestasi yang pernah diraih antara lain adalah sebagai berikut : 1) Juara I musabaqah tilawatil barjanji tingkat DIY – Jawa tengah di tahun 2008; 2) Juara I Kompetisi IPPNU tahun 2008; 3) Juara I lomba rebana di Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga tahun 2008 tingkat Propinsi DIY-Jawa Tengah; 4) Juara regional tingkat Propinsi DIY tahun 2008-2009;

Dari prestasi-prestasi tersebut, Pondok Pesantren Sunan Pandananran memang merupakan sekolah yang memiliki perkembangan musik Hadrah yang cukup maju.Ini menjadi alasan peneliti memilih lembaga pendidikan tersebut sebagai objek penelitian dengan judul Metode Pembelajaran Hadrah Di Pondok Pesantren Sunan Pandananran Yogyakarta.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka penelitian ini difokuskan pada metode apa yang digunakan dalam pembelajaran hadrah yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta. Pondok Pesantren tersebut dipilih sebagai obyek penelitian karena merupakan salah satu lembaga pendidikan yang aktif di dalam kegiatan hadrah.Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta juga memiliki prestasi yang membanggakan dalam hal musik hadrah tersebut.


(19)

5

Penelitian ini berfokus pada metode pembelajaran hadrah yang diterapkan oleh pelatih hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yang meliputi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi ajar yang diberikan kepada santri, dan bagaimana materi tersebut diajarkan kepada peserta didik.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. untuk mendeskripsikan metode yang digunakan dalam pembelajaran musik hadrah yang meliputi materi pembelajaran dan proses pembelajaran yang diberikan oleh instruktur di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

2. Untuk mendokumentasikan kesenian hadrah karena masih kurangnya buku pendukung tentang kesenian tersebut serta menjaga kelestarian dan keberadaannya

D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis :

a. Menambah wawasan masyarakat tentang kesenian hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

b. Dapat dijadikan sebagai salah satu referensi tentang metode yang digunakan dalam pembelajaran hadrah.


(20)

6

c. Dapat dijadikan sumber informasi tentang kekurangan dan kelebihan metode-metode pembelajaran hadrah tersebut ketika telah diterapkan di lapangan, khususnya di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

2. Secara praktis:

a. Bagi kelompok hadrah sendiri ialah sebagai masukan untuk perkembangan hadrah serta bahan evaluasi di pondok pesantren tersebut

b. Bagi Mahasiswa pendidikan seni musik sendiri sebagai bahan acuan metode pembelajaran yang di pergunakan yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran saat mendampingi sebuah peserta didik

c. Bagi Peneliti ialah sebagai pengalaman dan pembelajaran dalam menuliskan karya ilmiah sehingga termotifasi untuk selalu mengembangkan kesenian tradisi serta menjadi pendidik yang mengerti perkembangan metode pendidikan.


(21)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A. Metode Pembelajaran

1. Metode Pembelajaran

Metode secara umum dapat di artikan sebagai cara atau strategi untuk mencapai tujuan dan kegunaan tertentu. Metode menurut pendapat Suryobroto (1986: 3) adalah cara yang dalam fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Semakin tepat metode yang digunakan diharapkan semakin efektif pula pencapaian tersebut.Sedangkan dalam istilah pembelajaran Masjid (2007: 138) mengatakan bahwa metode ialah jalan yang kita lalui untuk memberikan kepahaman atau pengertian kepada peserta didik, atau segala macam pembelajaran. Dari pendapat diatas dapat dikatakan metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam mengajarkan materi kepada peserta didik.

Hakikat guru dalam hal ini menurut Zain dkk (2003: 112) adalah tenaga didik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Dalam suatu proses belajar mengajar siswa memerlukan seseorang guru sebagai sumber bahan dalam menyampaikan materi serta sejumlah ilmu pengetahuan guna berkembangnya pendidikan anak dan sumber daya manusia.

Siswa menurut penjelasan Sardiman (1990: 111) mengutarakan bahwa siswa adalah suatu komponen manusiawi yang menempati posisi


(22)

8

sentral dalam proses belajar mengajar. Sebagai pihak yang yang ingin meraih cita-cita serta memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal.

Sedangkan materi dalam kajian ini seperti yang di jabarkan Ibrahim dan Nana (2003: 100) materi pembelajaran merupakan suatu yang disajikan guna untuk di olah dan kemudian di pahami siswa dalam rangka pencapaian tujuan intruksional yang telah di tetapkan.

Bisa di tarik kesimpulan bahwa pola terjadinya sebuah interaksi belajar adalah terjadinya interaksi edukatif tiga unsur penting yaitu antara guru dan siswa dengan materi ajar yang berperan sebagai perantaranya.Dalam bidang pembelajaran di sekolah bisa dikatakan beberapa faktor diatas merupakan hal penting yang ikut berperan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Dalam hal ini metode yang di maksud adalah cara interaksi guri dengan peserta didik tersebut. Guru dituntut untuk lebih peka dalam memilih atau menentukan suatu metode yang sesuai dengan kondisi peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun macam-macam metode yang digunakan menurut Madyo (1986: 15), sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan instruksional khusus dalam pengajaran seni musik dapat berupa demonstrasi, tanya jawab, tugas dan ceramah yang tiap metodenya harus saling topang menopang dengan kelebihan dan kekurangannya.


(23)

9 a. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi menurut Syah (2002: 208) adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara langsung maupun dengan media pengajaran. Mulyasa (2011: 107) menegaskan bahwa melalui metode demontrasi, guru memperlihatlan suatu proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik. Dapat dikatakan dari dua pendapat tersebut metode demonstrasi adalah memberi contoh secara visualisasi atau peragaan sebuah materi ajar kepada peserta didik.

Seorang guru seharusnya tidak hanya terpaku pada teori sajadalam metode demonstrasi, melainkan praktik, seperti contoh bernyanyi, bermain alat musik atau bahkan memperagakan apa yang menjadi topik dalam pembelajaran. Guru diharapkan mampu memberi contoh nyata dalam pembelajaran musik tersebut dengan baik. Seperti halnya dengan pendapat Moedjiono (1993: 73) bahwa guru dalam kegiatan belajar mengajar seringkali harus menunjukkan dan memperagakan keterampilan fisik atau yang lain.

Simpulan dari penjelasan sangat lah mudah di pahami, yaitu metode ini bertujuan mengenalkan materi dengan peragaan guru di luar kesan verbalistis.Sehingga di harapkan dapat menarik minat peserta didik.


(24)

10 b. Metode Tanya Jawab

Menurut Djamarah dan Zain (1997: 107) metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada peserta didik, tetapi dapat pula dari peserta didik kepada guru. Masjid (2007: 138) menambahkan bahwa Metode tanya jawab adalah pengajuan pertanyaan kepada peserta didik. Metode ini dimaksud untuk merangsang untuk berpikir dan membimbingnya untuk mencapai kebenaran.

Metode tanya jawab digunakan sebagai acuan berhasilnya peserta didik menerima pelajaran, sampai sejauh mana peserta didik bisa menerima materi yang telah diajarkan. Selain sebagai tolak ukur pencapaian, metode tanya jawab memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih memahami pelajaran yang belum dimengerti dengan cara bertanya. Cara bertanya jawab juga menimbulkan motivasi untuk bersaing antar peserta didik dan secara bersamaan melatih peserta didik berpikir dan berbicara.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulakan bahwa metode tanya jawab metode tanya jawab adalah kegiatan komunikasi umpan balik antara guru dan peserta didik dalam bentuk pertanyaan yang merupakan metode pembelajaran dengan konsep dua arah.


(25)

11 c. Metode Tugas

Sagala (2005: 219) menerangkan. Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberikan tugas tertentuagar murid melakukan kegiatan yang kemudian di pertanggung jawabkan. Lebih lanjut di jelaskan ismail (2008 :21) mengatakan bahwa tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh, lebih luas dari itu, tugas bisa dikerjakan dimana saja. Dengan tujuan merangsang anak untuk aktif belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode tugas ialah penyampaian materi ajar oleh guru yang diberikan oleh guru agar murid melakukan kegiatan belajar untuk kemuadian di pertanggungjawabkan tujuan dari metode ini yaitu agar peserta didik tetap aktif belajar.

d. Metode Ceramah

Metode ceramah menurut Masjid (2007: 137) adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Begitu juga dengan Hasibuan yang berpendapat (2008: 13) bahwa metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Menurut pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa metode ceramah adalah metode yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan suatu pembelajaran kepada peserta didik secara lisan.Metode tersebut bersifat ekonomis dan efektif digunakan untuk


(26)

12

mengenalkan hal-hal baru yang berisi garis besar informasi pembelajaran berupa pengertian atau penjelasan.

Kemampuan guru dan kecakapan guru dalam metode ini sangatlah berperan penting dalam prosesnya.Seperti penjelasan di atas, guru menjadi sosok informatif yang berperan penting demi pembelajaran selanjutnya.Namun metode ini secara tidak langsung membuat peserta didik menjadi pasif.

Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa metode ceramah ini adalah metode yang memang sering di pandang sebelah mata, membuat peserta didik pasif. Sebenarnya metode ini tidak dapat di tinggalkan, seperti contoh jika dalam metode tanya jawab ada yang kurang bisa di raih. Maka metode ini sebagai pelengkap dan akan berhasil jika dikombinasikan dengan metode lain.

Ada bebagai macam metode pembelajaran Seperti penjelasan sebelumnya. Seorang guru mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam keberhasilan materi yang diajarkan.Seorang guru harus mampu mengkombinasikan atau bahkan mengolah metode pembelajaran. Dengan kemampuan mengkombinasikan serta mengolah metode, bisa dikatakan kegiatan belajar mengajar akan bervariasi dan meminimalisir kejenuhan peserta didik. Jamalus (1988: 31) menerangkan bahwa metode pembelajaran itu bermacam-macam jenisnya, dan dapat dipilih sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru diharapkan mampu mengkombinasikan dari beberapa metode, karena pada dasarnya tiap-tiap


(27)

13

metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing

2. Pembelajaran andragogi

Andragogi berasal dari kata andros datau aner yang berarti orang dewasa, Kemudian agogos berarti memimpin. Andragogi berarti memimpin orang dewasa. Andragogi adalah aktivitas yang merupakan hasil dari kecakapan kreatif dan kelihaian seseorang yang terkait dengan rasa estetika, terikat dengan kepribadian, karakter atau watak si pendidik (Marzuki, 2012: 166).Pendapat tersebut dikuatkan oleh pendapat Danim (2010: 166) bahwa andragogi adalah ilmu tentang bagaimana membantu orang dewasa.

Marzuki (2012: 127) mangatakan bahwa andragogi esensinya adalah membantu orang dewasa agar mampu belajar dan menjadi pembelajar. Dalam penerapanya sendiri pelatihberperan sebagai fasilitator, dimana ada kala peserta didik menjadi pembelajar dan pengalaman menjadi sumber utama mengidentifikasi penguasaan diriya akan sesuatu. Satu sama lain bisa saling berperan menjadi sumber belajar.

Bisa disimpulkan dalam pembelajaran andragogi,peserta didiklah yang mengarahkan dirinya untuk belajar apa dan bagaimana. Proses untuk melibatkan peserta didik kedalam suatu struktur pengalaman belajar. Peserta didik memang sebenarnya harus memiliki keinginan untuk menguasai suatu keterampilan atau pengetahuan tertentu yang dapat


(28)

14

membuat dirinya sendiri puas serta motifasi untuk belajarpun, datang dari dirinya sendiri.

3. Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajarandimana para siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satus aman lain dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2010: 4)sependapat dengan Sugiyanto (2010: 37), yang menjelaskan bahwa Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar

Dari pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa cooperative learning adalah sistim pembelajaran dimana para peserta didik saling bekerja sama demi tercapainya tujuan pembelajaran, dimana posisi pesertadidik yang sudah paham akan materi mempunyai tanggung jawab terhadap peserta didik yang kurang paham terhadap materi. Menciptakan komunikasi dan interaksi sosial antar peserta didik serta untuk memotifasi antara peserta didik untuk saling membantu agar tercapai tujuan pembelajaran yang maksimal.

4. Pendidikan Nonformal

Pendidikan Non Formal ialah ketika Proses belajar terjadi secara terorganisasikan di luar sistem persekolahan atau pendidikan formal


(29)

15

(Marzuki 2012: 137). Pendidikan non formal ialah kegiatan yang terorganisasi dan sistematis di luar sistem persekolahan yang mapan (Sudjana 2004: 22)

Menurut pendapat di atas bisa dijelaskan bahwa semua bentuk pendidikan yang di selenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana di luar kegiatan persekolahan. Berbeda dengan pembelajaran formal,dalam hal ini tenaga pengajar, fasiltas, cara penyampaian dan waktu yang di pakai serta komponen lainya di sesuaikan dengan keadaan peserta didik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.

B. Seni Musik Hadrah 1. Seni Musik

Menurut Sudarsono (1992: 1) Seni musik adalah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi-bunyi lainnya yang mengandung ritme, harmoni, serta mempunyai bentuk dalam ruang dan waktu sedangkan menurut Jamalus (1988: 1) seni musik adalah suatu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan.

Dari pendapat di atas dapat dijabarkan seni musik adalah segala segala sesuatu yang ada hubungannya dengan bunyi yang mempunyai unsur-unsur melodi, irama dan harmoni yang disusun sedemikian rupa


(30)

16

sehingga membentuk sesuatu yang indah yang merupakan bentuk ekspresi ungkapan rasa indah manusia

Unsur-unsur musik terdiri atas beberapa kelompok secara bersamaan menjadi kesatuan yang membentuk lagu atau komposisi musik (Jamalus, 1988: 7).Unsur-unsur tersebut mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah komposisi.berikut unsur musik menurut jamalus :

a. Unsur pokok 1) Irama

Dalam suatu karya seni, ritme atau irama merupakan kondisi yang menunjukan kehadiran sesuatu yang terjadi secara berulang-ulang secara teratur (Djelantik, 1999: 40). Irama dalam musik terbentuk dari sekelompok bunyi diam dengan bermacam-macam lama waktu atau panjang-pendek membentuk pola (Jamalus,1988:8). sepeerti contoh pada gambar 2.1

Gambar 1.Irama

Dari pendapat di atas dapat di ketahui bahwa suatu irama itu adalah waktu panjang pendek suatu nada atau bahkan diam yang nantinya dengan keteraturanya akan membentuk musik.


(31)

17 2) Harmoni

Harmoni atau paduan nada ialah bunyi gabungan dua nada atau lebih, yang berbeda tingginya dan kita dengar serentak (Jamalus, 1988: 30). Djelantik (1988: 41) juga berpendapat dengan harmoni dimaksudkan adanya keselarasan antara bagian-bagian atau komponen yang disusun untuk menjadi kesatuan bagian-bagian itu tidak saling bertentangan

Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pendapat diatas bahwa harmoni ialah perpaduan nada yang dibunyikan secara bersamaan akan menghasilkan keselarasan bunyi.

Nada-nada yang harmonis mempunyai frekuensi getaran yang tertentu, yang disebut oktaf, terts dan kwint yang perpaduannya disebut akord.Contoh akord bisa dilihat pada contoh gambar 2.

Gambar 2. Akord

3) Melodi

Melodi ialah susunan rangkaian nada yang terdengar berirama dan mengungkapkan suatu gagasan (Jamalus, 1988: 16)Unsur terpenting dalam melodi ialah :


(32)

18

Melodik contour, meliputi frase dan arah jangkauan. Frase adalah penjang pendeknya sebuah melodi yang di tandai dengan adanya penggalan-penggalan

Melodik Countunity meliputi : ritme, pola, metrum, sistem nada dan motif. Frase melodi adalah unsur melodi yang harus memiliki kesan yang utuh dan estetis.

Melodik themes yaitu gagasan atau ide pokok yang tertuang dari lagu sebagai dasar pembentukan melodi.Unsur tema melodi juga merupakan unsur yang harus ada dalam sebuah lagu.

Ada tiga kemungkinan gerakan melodi yaitu : gerakan naik (Gambar 3), gerakan turun (Gambar 4) dan gerakan tetap (Gambar 5).

Gambar 3. Gerakan naik Gambar 4. Gerakan turun Gambar 5. Gerakan tetap


(33)

19 b. Unsur ekspresi

Ekpresi dalam suatu musik adalah bagaimana seseorang mengungkapkan atau menyampaikan perasaan yang tersirat dari sebuah lagu. Jamalus (1988 : 38) mengatakan bahwa ekpresi musik ialah ungkapan pikiran dan perasaan yang mencakup semua nuansa.

Unsur unsur ekpresi meliputi tempo dan dinamik 1) Tempo

Jamalus (1988 : 38) mengatakan bahwa tempo adalah kecepatan suatu lagu dan perubahan-perubahan kecepatan lagu itu. dari pernyataan di atas bisa diambil kesimpulan bahwa tempo di dalam musik adalah waktu yang berhubungan dengan cepat dan lambatnya suatu lagu dinyanyikan

Macam-macam tempo menurut jamalus:

Presto : cepat sekali Allegro : cepat Allegreto : agak cepat Moderato : sedang Andante : agak lembut Andagio : lambat Largo : lambat sekali Accelerando : makin cepat Rittardando : makin lambat Fermata : diperpanjang


(34)

20 2) Dinamik

Dinamik adalah keras lembutnya lagu tersebut di mainkan atau di nyanyikan (Soeharto, 1975: 33). Hal yang sama Menurut Jamalus (1988: 39) istilah dinamik di artikan tanda untuk menyatakan tingkat volume suara. Untuk menentukan dinamik sebuah lagu dugunakan istilah dan tanda dinamik berupa huruf-huruf singkatan, sedangkan tanda dinamik berupa gambar.

Macam-macam istilah dan tanda dinamik menurut Jamalus (1988: 39)

2. Alat musik dalam Hadrah

Jika kita membahas tentang hadrah maka tak bisa lepas dari kesenian islam yang tak lain seperti khasidah, terbangan dan masih banyak lagi perkembangan kesenian islam di Indonesia ini. Alat musik


(35)

21

yang menjadi chiri khas dari permainan hadrah adalah alat musik perkusi yang sering di sebut juga alat musik rebana. Alat musik hadrah termasuk dalam alatmusik perkusi karenacaramembunyikannya dengan di pukul.

Perkusi merupakan alat musik yang di pukul (atau digoyangkan, di tumpuk, dsb) untuk membunyikanya (prier, 2011: 159).selain itu pendapat yang sama juga dikemukkakan oleh Banoe (2003: 311) yang menyatakan bahwa perkusi adalah ragam alat yang cara membunyikanya dengan cara dipukul, di guncang atau saling memukul sesamanya.

Ensiklopedi musik menyebutkan bahwa Hadrah merupakan salah satu permainan alat musik membranofon, terutama rebana yang permainannya disertai oleh nyayian dengan syair-syair islamiyah. Rebana menurut Jaelani (2007 : 175) berasal dari kata rabbana yang berarti wahai tuhan kami (satu doa dan pujian terhadap tuhan). Istilah hadrah juga sering disebut, rebana, trebang, sadrah. Rebana pada awalnya adalah sebagai instrumen dalam menyanyikan lagu keagamaan berupa puji-pujian terhadap Allah SWT.dan Rosul-rosulnya.

Alat musik perkusi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu alat musik perkusi ritmis dan alat musik perkusi melodis. Dari kedua kelompok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :


(36)

22

a. Alat musik perkusi ritmis adalah alat musik yang tidak mempunyai nada, biasanya berfungsi sebagai pembentuk ritme. Sebagai contoh alat musik ritmis antara lain: drum, konga, tambourin.

b. Alat musik perkusi melodis adalah alat musik yang bernada, berfungsi untuk memainkan nada-nada ataupun melodi. Sebagai contoh alat musik melodis adantara lain: marimba, xylophone, glockenspiel.

Teknik permainan dalam memainkan alat musik tentunya berbeda-beda, seperti penjelasan sebelumnya, alat musik perkusi merupakan alat musik yang di pukul. Dalam permainannya, alat musik perkusi ada yang dimainkan dengan stik atau alat pukul tertentu, sebagai contoh: drum, marimba, gong, bass pada permainan hadrah juga menggunakan alat pemukul. Ada juga dengan menggunakan istilah handdrumming, atau tanpa alat pukul dan langsung dengan telapak tangan, sebagai contoh yaitu konga, kendhang, dan juga semua alat hadrah kecuali bass. Teknik memukul alat musik hadrah yaitu dengan cara slapping (Indaya, 2015) teknik slap yaitu memukul seperti sedang mencolek dengan ujung jari.

Menurut Banoe (2003 : 409) teknik permainan merupakan cara atau teknik sentuhan pada alat musik atas nada tertentu sesuai petunjuk atau notasinya. Sedangkan teknik permainan menurut setyaningsih (2007: 19) adalah gambaran mengenai pola yang dipakai


(37)

23

dalam suatu karya seni musik berdasarkan cara memainkan instrumen beserta pengulangan dan perubahanya sehingga menghasilkan suatu komposisi musik yang bermakna.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan teknik permainan adalah memainkan suatu karya seni dengan baik dan benar sehingga menghasilkan suatu karya yang bermakna.

Contoh teknik pukulan pada instrumen musik perkusi, antara lain:

a. Paradidle, yaitu teknik pukulan tunggal pada perkusi, dimainkan secara bergantian antara kanan dan kiri atau di atur dengan tanda-tanda aksen guna mendapatkan efek berlawanan atau pentimpan tekanan (Banoe, 2003: 323) b. Roll, yaitu pukulan bergetar ; pukulan berkepanjangan ;

rofel pada alat musik pukul dengan cara pukulan dua tangan dengan stik bergetar atau bergantian (Banoe, 2003: 360)

c. Stroke, yaitu pukulan ; sentuhan keras (Banoe, 2003: 394)

Menurut Banoe (2003: 353) rebana adalah alat musik tradisional berupa kendang satu sisi dengan badan tidak rendah sesuai dengan kemampuan genggaman tangan, termasuk dalam keluarga frame-drum sejenis tambourin, baik dengan kricikan dan tanpa kricikan. Ada dua


(38)

24

bunyi yang di hasilkan oleh alat musik terbang sendiri yaitu tak dan tlang. Teknik cara memukul tak ini dilakukan dengan cara memukul bagian tengah trebang dengan terbuka seluruhnya, sedangkan teknik pukulan tlang dengan cara memukul bagian pinggir badan trebang(Wrahatnala, 2010: 97).

Jaelani (2007: 146) menjelaskan bahwa Kumpulan hadrah mempunyai antara lapan hingga sepuluh gendang rebana, sebuah gendang peningkah dan sebuah gong.Bisa di katakan Permainan hadrah dimainkan secara ansambel. Dalam Ensiklopedi Musik (1992 :130) Ensemble/Ansambel adalah kelompok orang-orang yang menyanyi dengan atau tanpa iringan instrumen. Atau juga kelompok pemain musik, dengan atau tanpa nyanyi.Menurut kamus musik (Banoe, 2008:133) ansambel adalah kelompok musik dalam satuan kecil.Permainan bersama dalam satuan kecil alat musik.Bisa diartikan bahwa sekelompok alat musik yang disajikan secara bersamaan, baik itu vokal, alat musik bahkan campuran vokal dan alat musik (satu jenis atau lebih).

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya , rebana adalah instrumen perkusi ritmis yang teknik membunyikannya dengan memukul kulit membran pada alat tersebut atau di sebut alat musik membranophone. Instrumen musik membranophone adalah jenis instrumen di mana sumber bunyinya dihasilkan oleh getaran suatu selaput kulit yang diregangkan (Banoe, 2003: 270).


(39)

25

Rebana mempunyai berbagai macam ukuran dengan nama-nama dan penggunaan yang berbeda.Menurut Ja’far (1987: 89) rebana yang paling kecil disebut ketimpring kurang lebih sebesar piring makanan, sedangkan rebana yang agak besar disebut rebana hadrah dan qosidah. Pada rebana hadrah terdapat tiga pasang kepingan logam pada bagian kayunya yang berjarak sistematis, sedang dalam qosidah tidak ada kepingan seperti itu (Ja’far, 1987 :90).

Alat yang dipergunakan dalam kesenian hadrah diantaranya adalah bass, dumbuk, rebana hadrah, tam dan keprak.Bass dan tam adalah pembentuk tempo lagu dalam kesenian ini sedangkan rabana hadrah dan keprak menjadi pengisi iringan.

Gambar 6. Bass Hadrah (dok. Mahamboro, 2015)


(40)

26

Gambar 7. Dumbuk (dok. Mahamboro, 2015)

Gambar 8. Keprak (atas) dan Rebana hadrah (bawah) (dok. Mahamboro, 2015)

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hadrah ialah cara dakwah yang menyerukan agama islam yang dalam permainan hadrah tersebut pemain memainkan secara ansambel alat perkusi rebana dan juga disertai nyanyian syair islami yang berisi puji-pujian terhadap Allah SWT dan Rosul-rosulnya.


(41)

27 C. Tinjauan Pondok Pesantren

Istilah Pondok Pesantren dalam pemakaian sehari hari seringkali disebut pondok saja yang kental akan pendidikan islamnya, di zaman dahulu hanya diidentikan dengan kaum yang memakai sarung dan peci, yang di ketuai oleh seorang kyai. Malik (2007: 8) menjelaskan bahwa pondok pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen.

Tujuan pendidikan pesantren menurut Djaelani (1982: 13) ialah menjadikan pribadi muslim pancasilais dan pribadi pancasilais muslim yang memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang sejalan dengan kebutuhan pembangunan negara di segala bidang. Sehingga kemudian terwujudlah cita-cita menjadikan masyarakat beragama yang berpancasila dan masyarakat pancasila yang beragama.

Dari pendapat diatas bisa dijelaskan bahwa Pendidikan di Pondok pesantren pada dasarnya dikatakan secara khusus pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan bekal ilmu agama secara lahir dan batin secara menyeluruh untuk diamalkan di kehidupan masyarakat dan secara umum bertujuan Memberikan pendidikan kepada santrinya supaya mendapat pengetahuan, kecakapan untuk menjadi pribadi yang berilmu.


(42)

28 D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relefan yang berisi literatur-literatur tentang objek bahasan atau objek penelitian dengan harapan membantu peneliti dalam meneliti penelitian ini. Seperti penelitian oleh Yuliantoro Eko Yuwono, mahasiswa Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta angkatan tahun 2005 yang berjudul “Metode Pembelajaran Musik Ansambel Yang di Terapkan Dalam Komunitas (pe)Musik Akustik di Gereja Banteng Yogyakarta”. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil yaitu diketahuinya metode yang digunakan oleh pelatih yaitu mengkombinasikan antara metode ceramah, metode demonstrasi, metode latihan individu atau drill dan metode latihan bersama dengan menggunakan metode Kodaly.

Selain penelitian ini, penelitian yang relevan yang membantu peneliti ialah penelitian dari Oktavina kris Narami, mahasiswa seni musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta angkatan tahun 2009 yang berjudul Metode Pembelajaran Rebab Pada Kelas X dan XI di SMK Negeri Kasihan Bantul. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil yaitu diketahuinya metode yang digunakan oleh pelatih Rebab Pada Kelas X dan XI di SMK Negeri Kasihan Bantul.Metode yang digunakan pelatih dalam pembelajaran drumband tersebut yaitu metode ceramah, demontrasi, tanya jawab, latihan (drill), dan imitasi, tafsir menghafal dan pemberian tugas. Metode tersebut merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya dalam proses pembelajaran Rebab


(43)

29

Pada Kelas X dan XI di SMK Negeri Kasihan Bantul.Penelitian ini sangatlah membantu peneliti untuk mendiskripsikan metode pembelajaran musik hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

Dari penelitian tersebut menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan tentang metode pembelajaran hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, karena penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, dan penelitian tersebut di atas sama – sama mendeskripsikan tentang pembelajaran

.

Dari penelitian Yuliantoro Eko Yuwono dan Oktavina kris Narami ini dapat membantu untuk melihatcara pengambilan data dari narasumber serta pentingnya penerapan metode yang sesuai dengan tingkatan pengetahuan peserta didik

.

E. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dibagi menjadi dua, yaitu pertanyaan utama dan pertanyaan tambahan

.

Pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah fokus dari masalah penelitian yang dikaji, yakni tentang metode pembelajaran yang digunakan pelatih hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, sedangkan pertanyaan tambahan meliputi materi pembelajaran, serta proses pembelajaran hadrahtersebut

.

Pertanyaan penelitian digunakan untuk memberikan arahan bagi peneliti agar sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah metode apa saja yang digunakan


(44)

30

oleh pelatih dalam pembelajaran hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta?


(45)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian tentang metode pembelajaran hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandananran Yogyakarta ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.Penelitian deskriptif dalam penelitian ini peneliti menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan keadaan atau status fenomena yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang di pondok pesantren yang diamati.Sebagaimana pendapat dari Sukmadinata (2009: 72) bahwa “Penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiah atau pun rekayasa, pendekatan ini demi pemahaman dan penafsiran yang cukup agar tidak melenceng dari kenyataan yang ada di lapangan, karena dengan metode diskriptif kualitatif ini kemudian dideskripsikan secara akurat, dan detail tentang Metode Pembelajaran Hadrah Di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta berdasarkan fakta dan data-data yang telah diperoleh disusun dalam bentuk tulisan ilmiah.


(46)

32 B. Setting Penelitian

Penelitian tentang Metode Pembelajaran hadrah ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.Pemilihan tempat ini dengan pertimbangan bahwa Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan yang aktif di dalam kegiatan hadrah.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan pertengahan bulan Juni 2015.Dalam penelitian ini tak lepas dari interaksi antara ketua hadrah, pelatih, santri sebagai peserta didik.

C. Sumber Data Penelitian

Pembelajaran kesenian Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Sumber data dalam penelitian ini adalah grup Hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yang terdiri dari ketua hadrah, pelatih serta santri selaku peserta didik.

Ketua hadrah dalam kelompok Hadrah Sunan Pandananran Yogyakarta adalah Gus Azka Syakbana. Ketua hadrah tersebut dijadikan sumber data karena beliau merupakan keturunan dari pendiri pondok pesantren sunan pandananran dan tahu tentang sejarah hadrah pondok pesantren sunan pandanaran.

Pelatih dalam kelompok hadrah Sunan Pandanaran Yogyakarta adalah Bpk. Samsul Arifin. Pelatih hadrah dalam penelitian ini dijadikan sumber


(47)

33

data karena beliau merupakan pelatih hadrah utama dan juga mantan santri yang ikut dalam kelompok hadrah Sunan Pandanaran Yogyakarta.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen tunggal dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.Seperti yang dijelaskan oleh Moleong (2014: 168) bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Sugyiono (2010: 222) menambahkan bahwa peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

E. Teknik Pengumpulan data

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian kualitatif sehingga teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Secara rinci adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Peneliti melihat, mengamati, dan mengikuti secara langsung proses pembelajaran dan mencatat semua hal yang berkaitan langsung dengan aspek – aspek yang diteliti. Sependapat dengan Burhan (2008: 115) bahwa observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.


(48)

34

Peneliti mengamati objek yang mencakup hal umum yang berkaitan langsung dengan pembelajaran hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yang tidak lepas dari faktor penunjang dan faktor kesukaran yang terdapat dalam proses pembelajaran hadrah serta jenis alat yang digunakan dalam proses pembelajaran Hadrah tersebut.

2. Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.Moleong dalam (Sukardi 2006: 53) menjelaskan bahwa wawancara adalah kegiatan percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara dan yang di wawancarai. Tahap wawancara ini dilakukan kepada beberapa narasumber yaitu: 1) Azka Sya’bana sebagai Ketua hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta; 2) Samsul Arifin sebagai pelatih hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi secara mendalam tentang pembelajaran pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, khususnya metode yang digunakan oleh pelatih.

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk mencari data yang relevan dan berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dan juga dokumentasi


(49)

35

digunakan dalam penelitian ini untuk lebih menguatkan data yang sudah didapatkan dari hasil observasi dan wawancara. Sependapat dengan Burhan (2008 :121) menjelaskan pada intinya metode dokumenter adalah metode yang di gunakan untuk menelusuri data historis.; Studi dokumentasi digunakan agar lebih menguatkan data yang sudah didapat dari observasi.

Data dokumentasi dalam penelitian ini didapatkan diantaranya dari : 1). Perpustakaan daerah Yogyakarta, 2). Perpustakaan FBS dan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta, 3) Perpustakaan ISI Yogyakarta serta artikel dari internet.

F. Objek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah metode yang digunakan pelatih dalam pembelajaran hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, dimana data-datanya didapat dari narasumber, yaitu guru atau pelatih yang terjun langsung didalam proses pembelajaran drumband tersebut.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan pada saat peneliti pertama kali memulai penelitian sampai sepanjang penelitian selesai dilakukan.Sependapat dengan Bogdan dalam Sugiyono (2005:89) yang menjelaskan tentang pengertian analisis data sebagai proses mencari dan menyusun data secara sistematis. Teknik analisis data yang digunakan dalam


(50)

36

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan model interaktif. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penyimpulan (conclusion drawing/verification). Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data tentunya dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini demi memudahkan penganalisaan data dari banyaknya data yang diperoleh di lapangan. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.Penulis memilih data yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.Data yang diambil dan digunakan adalah data yang merujuk pada pembahasan utama dalam penelitian ini, yaitu tentang metode pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

Data tentang metode pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yang di dapat peneliti pun tidak sedikit. Data yang di reduksi oleh peneliti ialah permainan pada lagu “ya rabbishalli ala muhammad” dan juga permainan dasar di tim hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran.


(51)

37 2. Displai Data

Setelah data di reduksi, peneliti memproses data dengan cara mendisplai data. Displai dalam penelitian ini adalah penyajian data yang bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat secara menyeluruh tentang pokok bahasan.Sependapat dengan Sukardi (2006 :73) bahwa pada penelitian ini peneliti berusaha menyusun data yang relefan, sehingga menjadi informasi yang dapat disipulkan dan memiliki makna tertentu.

Penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu data disajikan secara naratif atau uraian singkat. Penyajian ini berfungsi untuk mempermudah peneliti dalam mengambil kesimpulan yang meliputi tentang pemilihan cara yang digunakan dalam pelaksanaan metode pembelajaranHadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

3. Kesimpulan

Setelah data di reduksi dan kemudian di sajikan dalam bentuk uraian singkat, peneliti kemudian membuat kesimpulan. Menarik kesimpulan merupakan langkah terakhir yang dilakukan setelah dua proses analisis data telah selesai dilakukan, dimana penelitimemilih salah satu sumber dengan diikuti bukti bukti yang valid.sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang tepat dari hasil penelitian yang dilakukan. Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan yakni diketahuinya metode apa saja yang


(52)

38

dipakai oleh pelatih Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

H. Keabsahan Data

Teknik keabsahan data kualitatif dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2010: 268). Trianggulasi untuk pengujian kredibilitas Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dari berbagai sumber, dengan menggunakan sumber, cara dan waktu. oleh sebab itu penelitian ini menggunakan tiga trianggulasi, yaitu trianggulasi sumber, trianggulasi teknik dan trianggulasi waktu yang kemudian menghasilkan data yang valid.

1. Triangulasi sumber

Peneliti dalam penelitian ini menguji kredibilitas menggunakan triangulasi sumber, yaitu mengecek data dari berbagai sumber.Sumber yang didapat tersebut adalah hasil dari observasi, wawancara, dan dokumentasi.Peneliti tidak hanya mewancarai pokok permasalahan tersebut hanya dengan satu orang, tetapi dari berbagai sumber yang kemudian sumber tersebut dibandingkan dan juga peneliti mengecek kebenaran informasi yang diperoleh tersebut. Seperti penjelasan Sugiyono (2010: 274) bahwa trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah di peroleh melalui beberapa sumber


(53)

39

Gambar 9. Trianggulasi sumber

Trianggulasi sumber dalam penelitian ini peneliti mengacu pada sumber data yang di peroleh dari pemain, sumber dari pengelola serta sumber dari pelatih. Peneliti mencari kebenaran dengan membandingkan hasil perolehan data dari ketiga itu. Sehingga diperoleh data yang valid

2. Triangulasi teknik

Peneliti dalam penelitian ini melakukan pengambilan data seperti yang di jelaskan sebelumnya, yaitu melalui berbagai teknik.Teknik pengambilan data yang di pakai adalah teknik wawancara, teknik observasi dan teknik dokumentasi. Dengan kata lain triangulasi teknik ialahdemi mendapatkan hasil yang valid menggunakan tiga teknik pengambilan data yang kemudian didiskusikan lebih lanjut dengan sumber data untuk data yang lebih valid.Seperti pendapat Sugiyono (2010: 274) bahwa trianggulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Pemain

Pengelola


(54)

40

Gambar 10. Trianggulasi teknik

Peneliti melakukan pengambilan data baik dengan pelatih, pengelola dan santri melalui wawancara, observasi serta dokumentasi. Di waktu yang berbeda peneliti melakukan observasi untuk mengamati kegiatan hadrah tersebut seperti apa, yang kemudian di cocokan dengan hasil wawancara serta pendokumentasiannya. Hasil dari ketiga teknik tersebut kemudian diambil kesimpulan. Sehingga diperoleh hasil wawancara di sertai bukti dari ketiganya.

3. Triangulasi waktu

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi waktu demi mendapatkan data yang valid. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dalam waktu atau situasi yang berbeda dan bersifat momentum ataupunaccidental.Seperti pendapat Sugiyono(2010: 274) bahwa trianggulasi waktu yaitu dengan cara pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Hal ini

Wawancara

Observasi


(55)

41

bertujuan untuk menentukan kredibiltas data ketika mood sumber data segar,bukan ketika jenuh. Peneliti sering meneliti ulang bahkan menanyakan kembali sehingga diperoleh kebenaran data sehingga ditemukan kepastian datanya.

Peneliti dalam mengkaji semua sumber penelitian tidak hanya dilakukan sekali saja, peneliti mengulangi pertanyaan-pertanyaan sebelumnya di lain hari ataupun di pertemuan selanjutnya. Hal ini demi hasil yang valid yang diberikan oleh sumber data.


(56)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Pandanaran Yogyakarta

Kegiatan hadrah di Pondok Persantren Sunan Pandanaran telah dilaksanakan sejak tahun 75-an. Dan mulai diadakan seperti kaderisasi dan kejelasan aktifitas hadrah di tahun 96-an. Seperti wawancara yang telah peneliti lakukan sebelumnya kepada narasumber yang menunjukan bahwa hadrah sudah berkembang sejak cukup lama seperti halnya yang dikatakan oleh Gus Azka selaku ketua hadrah pondok pesantren yang menyebutkan :

“Hadrah sunan pandanaran ini berdiri sekitar tahun 75 lalu, Berdiri berbarengan berdirinya pondok pesantren.kalau tepatnya untuk hadrah yang dibentuk secara menegement itu dan terorganisasi sekitar tahun 97, untuk dilaksanakannya pertama kali ya sudah lama, Sebelum saya di lahirkan disini saja, hadrah sudah ada.Namun tidak ada pelatihan rutin dan juga kaderisasi, Cuma nanti kalo ada acara di pondok ada santri yang bisa main ya main, Yang jelas dari tahun 97an kegiatan Hadrah ini sudah ada dan semakin taun makin teratur.”

Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanarandilaksanakan dua kali dalam satu minggu, yakni setiap hari jum’at dan sabtu dengan durasi masing – masing satu jam pertemuan mulai dhuhur ashar. Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran bertujuan untuk dakwah kepada sesama, bersyiar agama islam dan tak lepas untuk hiburan yang terarah serta menampung bakat – bakat


(57)

43

santri, Hal ini disampaikan olehGus Azka selaku ketua hadrah, yang menyebutkan bahwa :

Tujuan Sekarang, tujuan kita yaitu dakwah islamiah kepada sesama dan hiburan bagi santri-santri selain itu juga wadah bagi santri-santri yang berminat dalam seni kebudayaan islam.”

Serta Bpk. Syamsul selaku pelatih yang mengungkapkan bahwa:

“Tujuan hadrah disini yaitu untuk syiar.Kan anak-anak muda jaman sekarang itu tertarik dengan musik, kita kemudian berpikir untuk bagaimana anak-anak itu bisa mengetahui tentang islam misalnya dari syiir-syiir, tentang makna-makna dalam islam kita bersyiar melalui hadrah ini.”

Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran telah berkembang dari tahun ke tahun. Sejak Samsul mengampu, telah banyak cara pengajaran yang dilakukan. Cara mengajar juga disesuaikan dengan kondisi santri, mulai dari mampu atau tidaknya santri mengikuti pembelajaran hingga sampai pada keefektifan pembelajaran tersebut guna mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini seperti yang diungkapkan Bpk. Samsul sebagai berikut :

“karena setiap santri yang kita ajar itu beda-beda mas, maka saya jelas ketika dalam mengajar juga beda beda, sampai sekarang ini saya bisa menggunakan cara mengajar yang pas sehingga para santri juga ikut berkembang.”

Lebih lanjut Bpk. Samsul menjelaskan dalam wawancara sebagai berikut : “Sejak saya di sini memang sudah banyak cara mengajar yang saya terapkan.Yang dahulu terlalubanyak teori, demontrasi.Kalau sekarang cukup langsung praktik.Teorinya disisipkan di sela-sela praktik.Serta pendemnstrasian berlebih hanya akan menyebabkan santri kurang kreatif dalam permainannya nanti Sekarang,anak disuruh memaikan alat kalau sudah tertarik dan ingin memaikan Hal tersebut malah membuat siswa tertarik dan cepat paham untuk mempelajarinya.”


(58)

44

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa telah banyak cara atau metode yang telah diterapkan oleh pelatih dalam pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran tersebut.

Dengan berkembangnya hadrah saat ini secara tidak langsung memotivasi pelatih hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran untuk mampu berfikir lebih kreatif, mampu mengajarkan santri untuk lebih mudah mengikuti proses pelatihannya, mampu membuat aktif para santri, mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Hal inilah yang telah dilakukan oleh Bpk. Samsul selaku pelatihhadrah dalam membimbing santri didiknya dalam mengikuti pelatihan hadrah.

Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran juga menjadi salah satu kegiatanfavorit.Dapat dilihat dari seluruh santri yang mengikuti kegiatan initanpa disuruh ataupun dipaksa. Seperti penjelasan dari Gus Azka bahwa:

“Di dalam hadrah ini, kita dari pengurus bahkan tidak mewajibkan mereka ikut kegiatan, namun sangat banyak yang ikut dalam kegiatan ini, di setiap tahun ajaran baru pasti banyak yang mengikuti.Bahkan ada yang sudah bisa, fasih dalam permainanya.”

Peserta hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandananran Yogyakarta di bagi menjadi dua kelompok, Yaitu katagori santri pemula dan santri yang masuk kedalam tim inti hadrah sunan pandanaran. Untuk santri pemula pelatih menitik-beratkan pada pola permainan hadrah yang biasa.sedangkan untuk tim inti pembelajarannya tidak hanya permainan hadrah biasa, dalam pelatihannya santripada tim inti dituntut untuk


(59)

45

mengembangkan semua permainan setelah di demontrasikan oleh pelatih. Seperti penjelasan Bpk. Samsul sebagai berikut:

“santri kita golongkan menjadi dua, yaitu untuk santri pemula dan santri yang masuk di tim inti. Yang di dalam pelatihannya, santri di tim inti di tuntut mengembangkan kemampuanya serta ke kreatifitasanya sedangkan santri pemula hanya berlatih supaya bisa.”

Demi mendukung proses pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, pondok tersebut memiliki fasilitas yang cukup memadai, dengan alat – alat hadrah lengkap antara lain seperti terbang, bass, darbuga, tam dan keprak dengan ukuran yang sangatlah berbeda beda. Terbangberukuran 13inchi, bass dengan diameter 20inchi, tam 10inchi, darbuga dengan diameter 8inchi,dan keprak 9inchi.

Instrumen terbang dalam pembelajaran hadrah minimal dimainkan dua orang, yang dimainkan dengan pukulan yang berbeda yang disebut tikah dan peginting. Istilah tikah dan penginting selalu digunakan turun temurun dari pelatih ke palatih selanjutnya. Tikah dan penginting dengan permainannya yang berberda memberi suasana semarak pada musik hadrah. Instrumen terbang dengan lingkaran kayu bermembran dari kulit berdiameter 13 inchi yang di pakudan terdapat 3 sejenis syimbal kecil di sampingnya.


(60)

46

Gambar 11.Terbang(dok. Mahamboro, 2015)

Bass dan tam berperan penting dalam setiap pembelajaran ini bahkan dalam permainan hadrah itu sendiri, Permainan bass dan tam berfungsi mengatur tempo dan ritmis,


(61)

47

Gambar 13.Tam(dok. Mahamboro, 2015)

Pada awal pembelajaran, santri di bebeaskan pelatih untuk memilih sendiri instrumen yang akan digunakan. Namun dalam instrumen Darbuga dimainkan oleh santri pilihan.Santri dipilih oleh pelatih yang dianggap mampu dalam hal memainkannya. Perlatih memilih santri yang paling cepat bisa menangkap yang pelatih ajarkan. karena dalam permainannya menggunakan teknik permainan paradidle dua tangan. Dalam latihan DarbugaPelatih tidak memberi notasi angka pada permainan darbuga ini, namun pelatih mendemontrasikan gerakan simple dan nantinya harus di kembangkan sendiri oleh santri.


(62)

48

Keprak dalam permainan hadrah maksimal dimainkan 2 orang dan dalam permainan besar maksimal 4 orang, karena jika terlalubanyak hanya akan menurtup suara instrumen lain. Bentuk keprak hampir sama dengan instrumen terbang namun berdiameter lebih kecil dan keprak tidak mempunyai symbal. Dalam permainannya keprak tidak dimainkan sesering permainan terbang. Fungsi keprak dalam permainannya ialah sebagai pemanis di setiap permainannya sehingga bisa terkesan lebih rancak atau semarak dengan pola pukulan sama dengan terbang.

Gambar 15.Keprak (dok. Mahamboro, 2015)

Materi yang diajarkan dalam pembelajaran Hadrah di pondok pesantren sunan pandanaran Yogyakarta meliputi perkenalan masing-masing instrumen hadrah.Memang diketahui ada santri baru yang memang sudah tau, tetapi tetap di jelaskan bagaimana carapemegangan yang benar, cara memukul tentunya yang tepat dengan demonstrasi pelatih, supaya ketika bermain secara bersama-sama akan seragam, lalu dilanjutkan dengan latihan.


(63)

49

Materi ajar seperti pembelajaran teori seperti membaca notasi tetap diberikankepada santri, namun hanya di selipkan ketika pelatihan berlangsung. Notasi yang digunakan pelatih berbeda dengan notasi pada teori musik secara umum, dalam pembelajaran hadrah di pondok pesantren pandanaran ini menggunakan notasi huruf. Dijelaskan oleh Samsul melalui wawancara yang hasilnya adalah sebagai berikut :

“Proses pembelajaran disini sangat jelas dengan teori dan praktik, namun teori disini tidak begitu lama, kita memilih untuk eksekusi kepada prakteknya langsung, baru ketika ada kesukaran, metode ceramah kita gunakan, metode demontrasi kita gunakan demi kejelasan materi seperti notasinya hanya menggunakan notasi huruf.”

Setelah paham dengan cara-cara yang benar dan latian memainkan alat, kemudian dilanjutkan dengan materi lagu.Materi lagu dasar yang diberikan untuk pertama yakni “Yarobbi Shali Ala Muhammad“.Walaupun nantinya mereka bebas memilih lagu untuk dilatih secara bersama-sama yang kemudian di tampilkan jika ada perlombaan atau acara.Mengingat materi lagu yang sangatlah luas, maka dalam penelitian ini yang telah diteliti hanya mengacu pada satu lagu, yaitu materi lagu dasar “Yarobbi Shali Ala Muhammad“.

Pelatih memberi contoh kepada santri dengan menyanyikan iramanya. Dengan metode demonstrasi dimana dengan metode ini santri lebih cepat menangkap materi.

Istilah pembagian lagu yang digunakan di permainan hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandananran Yogyakarta. Kelompok tersebut menggunakan istilah biasauntukmengawali lagu yang kemudian


(64)

50

naikanuntuk inti lagu dan kemudian turun untuk mengahiri lagu. Biasa ditandai dari awal lagu sampai vokal masuk, naikan ditandai dengan suara dua dan tiga vokal masukdan turun ditandai dengan tambah semaraknya lagu untuk mengakhiri lagu. Berikut dijelaskan oleh Bpk. Samsul:

“dalam permainan hadrah, kita menggunakan istilah “biasa” untuk mengawali lagu, ketika vokal masuk masih kita sebut”biasa”. Kemudian istilah “naik” untuk klimak lagu, ditandai dengan backing vokal masuk. Dan yang terakhir adalah turun, digunakan untuk menutup lagu.”

Pelatih menggunakan simbol-simbol dalam pelatihan pembelajaran hadrah dengan maksud agar mempermudah santri untuk lebih mudah memainkan dan menerima materi yang disampaikan. Simbol yang digunakan dalam prosesnya tidak lainadalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.Simbol Dalam Proses Pembelajaran Hadrah

No Simbol Keterangan

1. 2.

D T

Dung Tak

Simbol “D” dan “T” digunakan pelatih dalam semua instrumen hadrah kecuali untuk vokal. Instrumen terbang, keprak dan darbuga menggunakan simbol ini. Sedangkan bass menggunakan simbol “D” (dung) dan tam menggunakan simbol “T” (tak).


(65)

51

2. Metode Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta

Metode adalah sebuah cara yang dilakukan oleh pelatihdidalam sebuah pembelajaran yang bertujuan supaya proses pembelajaran berjalan lancar dan efektif.Dalam istilah pembelajaran Masjid (2007: 138) mengatakan bahwa metode ialah jalan yang kita lalui untuk memberikan kepahaman atau pengertian kepada peserta didik. Seperti pendapatSuryobroto (1986: 3) bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Semakin tepat metode yang digunakan diharapkan semakin efektif pula pencapaian tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, baik pada santri baru ataupun lama tetap menggunakan metode yang sama. Metode yang digunakan pelatih dalam mengajar Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran adalah metode ceramah, metode demonstrasi, metodetanyajawab, metode latihan atau drill, serta metodetugas.Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Bpk. Samsul selaku Pelatih Hadrah. Beliau mengungkapkan bahwa: “Untuk metodenya,saya masih menggunakan metode ya sama dengan yang lain, yang masih umum sering digunakan, Kita masih menggunakan metode ceramah. Ceramah jelas digunakan untuk menjelaskan proses belajarnya. Tak lepas dari demonstrasi dan metode driil.Nanti bisa diamati dalam proses pembelajarannya. Metodenya apa saja pasti akan diketahui. Jika sudah, bisa dikonsultasikan ke saya dulu untuk mengecek data kebenarannya.”


(66)

52

Dari hasil wawancara tersebut serta menurut pengamatan selanjutnya yang lebih lanjut yang telah dilakukan peneliti, telah diketahuimetode pembelajaran hadrah yang digunakan di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.Metode tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain.

Metode ceramah yang digunakan oleh pelatih untuk memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran. Kegiatan ceramah yang dilakukan oleh pelatih antara lain yakni ceramah untuk mengawali kegiatan pembelajaran, ceramah untuk menjelaskan materi pembelajaran seperti materi lagu, teknik cara memukul dan memegang yang benar di awal maupun ditengah pembelajaran, dan ceramah untuk mengakhiri pelajaran. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Bpk. Samsul yaitu:

“Metode ceramah biasanya digunakan ketika membuka latihan mas. Biasanya juga sebelum santri memainkan alat saya lihat cara pegangnya benar atau tidak. Kemudian digunakan juga untuk menjelaskan materi pelajaran, taklepas ketika metode demonstrasi saya terapkan, terkadang metode ceramah juga secara tidak langsung di diterapkan, karena kan kadang ada beberapa santri yang masih belum paham materi.”

Kegiatan ceramah yang dilakukan pelatih yaitu untuk mengucapkan salam sapa kepada santridalam mengawali latihan hadrah, berdo’a sebelum latihan dimulai, bertanya kepada santri apakah masih ingat tentang materi yang telah diajarkan pada pembelajaran sebelumnya, menanyakan apakah sudah mengembangkan permainan, serta pelatih berusaha membuat suatu kondisi kelas agar lebih nyaman.


(67)

53

Kegiatan yang dilakukan pelatih sebelumnya dalam menjelaskan materi yang akan dilatihkan kepada santri yaitu menjelasan tentang teori musik yang dalam hal ini pembelajarannya hanya disisipkan di sela pembelajaran praktik. Materi yang diajarkan hanya sebatas pengenalan yang kemudian langsung dilanjutkan dengan materi praktik, cara memainkan instrumen hadrah, cara memegang, serta penyampaian materi lagu.

Materi lagu yang di ajarkan tidak lepas dari lagu dasar serta tidak di luar kemampuan santri untuk santri pemula dan juga yang akan di tampilkan untuk tim inti hadrah sunan pandanaran.lagu yang diberikan hanya dengan ritmis – ritmis yang sederhana saja untuk santri pemula. Lagu yang akan di mainkan oleh tim inti mengikuti yang akan di tampilkan dan oleh santri sendiri mereka kembangkan dan diberi variasi permainan yang tak lepas dari pantauan pelatih.Seperti yang dijelaskan oleh Bpk. Samsul, yakni :

“Lagu sebenarnya saya ambil yang permainannya mudah untuk santri pemula,kita sesuaikan dengan kemampuan santri pemula. Lagu untuk tim inti hadrah, ritmisnya awalnya sederhana kemudian kita aransemen sendiri yang kemudian oleh para santri di variasi sehingga lebih menarik ketika di mainkan . Kalau saya memberi materi yang terlalu rumit diawal ya kasihan para santri.Biarkan mereka mengembangkan permainannya menurut bagaimana santri suka, tentuya tetap saya bimbing bagus tidak variasinya, tidak ngawur. Sampai aransemennya sudah jadi dan siap dimainkan.”

Selanjutnya metode ceramah yang diberikan pelatih yaitu untuk mengakhiri pembelajaran, dengan menyiapkan santri untuk tenang, mengingatkan kembali kepada para santri untuk mengingat materi yang sudah diberikan dan tidak lepas pemberian tugas seperti pengembangan


(68)

54

variasi dalam permainannya, dan kemudian bersiap do’a untuk mengahiri kegiatan.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Bpk. Samsul sebelumnya, metode ceramah tidak lepas begitu saja dari metode yang lain, digunakan ketika melakukan demonstrasi alat musik, terkadang digunakan pelatih ketika santriyang di rasa kurang paham dengan materi yang telah didemonstrasikan oleh pelatih.Pelatih menanyakan bagian mana yang belum bisa dipahami oleh santri.

Metode demonstrasi dilakukan oleh pelatih hadrah yang memberikan contoh praktik materi yang akan dipelajari, cara memukul, memegang, bahkan variasi, misalnya memainkan pukulan-pukulan pada terbang, tam, keprak, bass, dan dumbuk. Demonstrasi yang diberikan adalah contoh cara memainkan ritmis setap alatnya. Pelatih memberikan contoh dari tempo lambat kemudian memberikan waktu para santri dengan mengikuti seperti yang telah dicontohkan pelatih, sampai pada akhirnya tempo secara perlahan mulai dipercepat hingga sesuai dengan yang telah ditentukan.Dengan metode demontrasi ini, pembelajaran hadrah dapat diterima dan dipelajari dengan mudah oleh santri. Metode ini digunakan pelatih dalam pembelajaran hadrah yaitu pelatih memberikan contoh cara memainkan ritmis hadrah yang kemudian santri menirukannya.

Setelah demonstrasi diberikan kepada santri, kemudian metode yang di terapkan pelatih selanjutya ialah metode tanya jawab. Pelatih mendemonstrasikan permainan hadrah dan santri langsung menirukan dan


(69)

55

mempraktekkannya.Dalam hal ini, setelah santri bisa dan mahir menirukan teknik permaiana yang di ajarkan pelatih, kemudian pelatih memberikan kesempatan pada santri untuk memainkan sendiri serta mengembangkan materi yang telah dicontohkan.Pelatih memberikan kesempatan kepada santriseperti umpan balik kepada mereka.Dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan permainannya, santri seperti ditantang oleh pelatih “bisa di apakan materi itu”.

Dari hasil penelitian banyak santri secara aktif dan senang mengikuti pembelajaran tersebut serta bekerjasama bahkan bersaing dalam mencari pengembangannya.

Setelah metode demontrasi dan tanya jawab di diterapkan oleh pelatih,yang kemudian dilakukan pelatih adalah melanjutkan pelatihan dengan pemberian tugas, pemberian tugas kepada para santri disini hanyalah pemberian tugas untuk mencari pengembangan terhadap permainan alatnya yang kemudian pada latihan berikutnya para santri sudah siap terhadap teknik yang mereka mainkan.Setelahitu kemudian menyatukan permainan di latihan selanjutnya.

Metode tugas ini memberi semangat dan hiburan kepada santri, santri akan tetap latihan dan bahkan memupuk kerjasama dan interaksi antar santri yang prosesnya tejadi ketika mereka secara bersama-sama berlatih dan mencari pengembangan permainan musiknya. Metode tugas itu telaksana ketika di luar jam latian dan diluar pengawasan pelatih. Seperti penjelasan Bpk. Syamsul sebagai berikut:


(70)

56

“dalam latiannya kami memberikan tugas kepada santri yang mana tugas itu adalah mencari pengembangan supaya tidak seperti yang saya ajarkan. Disini seperti santri bisa mengajarkan kepada santri yang lain yang belum bisa kemudian mencari pemecahan secara bersama, secara bebas seperti tidak ada pengawasan dari saya.”

Setelah masing masing variasi di satukan dan dan jadilah permainan hadrah yang menarik, metode selanjutnya adalah metode latihan atau drill. Metode latihan atau drill dalam pembelajaran hadrah sangatlaah berperan penting, karena drill merupakan bentuk latihan yang bertujuan untuk memperdalam keterampilan musik dalam bermain instrumen musik serta supaya tidak berubah-ubah ketika dimainkan di minggu berikutnya atau bahkan ketika dimainkan di atas panggung, seperti yang telah dijelaskan oleh Bpk. Samsul, yakni:

“Metode drill sudah tentu digunakan. Karena kalau drill kan melatih santrisupaya dapat lebih terampil memainkan alat tersebut. Permainannya dilatih secara berulang–ulang agar santri secara langsung merekam ritmis yang dimainkan serta hafal urutan permainannya sehingga ketika dimainkan di atas panggung tidak rubah rubah urutanya atau sudah paten.”

Dengan penggunaan drill ini diharapkan santri dapat lebih maksimal lagi dalam berlatih sehingga tujuan dari pembelajaran akan tercapai.

Metode pembelajaran yang dijelaskan diatas telah diterapkan di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta. Lima metode tersebut diketahui fungsinya yang saling berhubungan satu sama lain. Metodenya mempunyaihubungan yang saling berkaitan dan saling melengkapi.Dalam pelatihannyapelatih hadrah juga melakukan model pendekatandengan para santrinya. Pendekatan yang digunakan pelatih yatu, pelatih mengkondisikan


(71)

57

supaya santri menganggap pelatih hanya teman merekadengan tujuan supaya proses pelatihan berjalan santai. Santri tidak terbebani seperti diawasi oleh guru. Seperti penjelasan metode tugas sebelumnya, dimana ada jam di luar jam pelatian dimana para santri berlatih dengan santri lain dengan tujuan santri bisa lebih santai dalam pelatihannya. Seperti penjelasan Bpk. Samsul sebagai berikut:

“saya menganggap mereka ini teman-teman saya, seperti melaksanakan tugas bersama. Beda seperti masnya kuliah, ada tugas gini dan masnya harus mengerjakan, disini pelatih hanya bersifat fasilitator dan pemberi solusi yang nanti solusi itu dikembalikan lagi ke mereka. Selain itu ketika diluar jam latihan ini, mereka para santri saling mengajarkan satu sama lain, sehingga seperti sistem tutor sebaya, masnya pasti tau kalau belajar dengan teman akan terlihat santai dan cepat diterima.”

3. Proses Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan PandanaranYogyakarta.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan narasumber yaitu Bpk. Samsul selaku pelatih hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yang dilakukan pada tanggal 3 april 2015, proses pelatihan dan penerapan metode pembelajaran pada pelatihan bisa di diskripsikan sebagai berikut.

Adanya kegiatan hadrah di pondok pesantren tersebut, bisa dikatakan kegiatan hadrah adalah satu-satunya sarana hiburan untuk santri. Dengan banyaknya santri yang ikut dalam kegiatan tersebut, maka proses pelatihannya dadakan dua hari dalam seminggu, yaitu hari Jumat dan juga


(72)

58

hari Minggu. Masing-masing pertemuan memiliki durasi dimulai pukul satu siang sampai pukul tiga sore.

Semua kegiatan hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta merupakan kegiatan pembelajaran praktik. Banyaknya santri yang mengikuti kegiatan hadrah, tidak memungkiri bahwa alat musik hadrah yang dipakai juga begitu banyak. Demi menunjang pembelajaran hadrah, Pondok Pesantren Sunan Pandanaran memiliki alat yang begitu banyak sehingga tidak menjadi kendala dalam pelatihanya.

Proses pembelajaran hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yang diberikan oleh pelatih yaitu pembelajaran teori dan pembelajaran praktik yang terbagi atas latihan seksional dan latihan bersama.

Bpk. Samsul selaku pelatih menjelaskan bahwa:

“Proses pembelajaran disini sangat jelas dengan teori dan praktik.Namun teori disini tidak begitu lama, kita memilih untuk eksekusi kepada prakteknya langsung.Teorinya di sisipkan di sela-sela praktik. Pada praktiknya juga dipisah–pisah dulu, vokal dipaskan kemudian bass dan tam, dan seterusnya sehingga semuanya bisa digabung.”

Adapun penjelasannya untuk proses pembelajaran teori dan praktik dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembelajaran Teori

Pembelajaran teori yang diajarkan oleh pelatih kepada santri mulai dari pengenalan macam macam alat serta dasar dari teori memainkan alat musik dan hanya dengan menggunakan notasi angka.Pembelajaran teori tidak lah sering digunakan dalam pelatihan


(73)

59

hadrah di pondok pesantren ini. Pada prosesnya, pembelajaran teori hanya digunakan dan diselipkan di tengah tengah praktek berlangsung. Hal ini disampaikan oleh Bpk. Samsul:

“Teori yang kita gunakan tidak seperti teori musik umum, notasinya hanya menggunakan notasi huruf.Kalau teorinya seperti teori musik yang telah umum dipelajari ya anaknya kesulitan. Membedakan nilai nada juga akan kesulitan. Makanya sedikit – sedikit teorinya di sisipkan di sela praktik.”

Pada pembelajaran teori, seperti penjelasan sebelumnya, notasi yang digunakan tetaplah notasi ”D” (dung) dan “T” (tak). Notasi tersebut selalu digunakan di setiap alat musik hadrah kecuali vokal. Teori pada vokal hanya di ajarkan untuk lirik, pelalfalan panjang pendek sebuah kalimat serta artikulasi dalam menyuarakan.

Materi lagu juga diajarkan dalam pembelajaran teori, dimana pelatih mengenalkan yang tak lepas dari pelatih menyanyikan lagu dasar “ya rabbishalli ala muhammad”.

b. Pembelajaran Praktik

Pelatih memberikan kegiatan pembelajaran praktik dalam kegiatan pembelajaran hadrah ini, yang di dalamnya pelatih mengajarkan cara membawa alat, cara pemukulan, posisi dalam permainan. Pembelajaran praktik dalam kegiatan ini dibagi menjadi dua macam, yaitu latihan seksional dan latihan bersama.Pada kegiatan latihan seksional dibagi dalam beberapa latihan, yaitu latihan vokal, latihan terbang, latihankeprak, dan latihan dumbuk, bass dan tam.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Proses pembelajaran dalam kelas (dok, Mahamboro 2015)

Proses pembelajaran diluar jam pelatihan (dok, Mahamboro 2015)


(6)

Hadrah dalam shalawat malam jumat (dok, Mahamboro 2015)

Proses pengajaran dikelas (dok, Mahamboro 2015)