Keabsahan Data METODE PENELITIAN

39 Gambar 9. Trianggulasi sumber Trianggulasi sumber dalam penelitian ini peneliti mengacu pada sumber data yang di peroleh dari pemain, sumber dari pengelola serta sumber dari pelatih. Peneliti mencari kebenaran dengan membandingkan hasil perolehan data dari ketiga itu. Sehingga diperoleh data yang valid 2. Triangulasi teknik Peneliti dalam penelitian ini melakukan pengambilan data seperti yang di jelaskan sebelumnya, yaitu melalui berbagai teknik.Teknik pengambilan data yang di pakai adalah teknik wawancara, teknik observasi dan teknik dokumentasi. Dengan kata lain triangulasi teknik ialahdemi mendapatkan hasil yang valid menggunakan tiga teknik pengambilan data yang kemudian didiskusikan lebih lanjut dengan sumber data untuk data yang lebih valid.Seperti pendapat Sugiyono 2010: 274 bahwa trianggulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pemain Pengelola Pelatih 40 Gambar 10. Trianggulasi teknik Peneliti melakukan pengambilan data baik dengan pelatih, pengelola dan santri melalui wawancara, observasi serta dokumentasi. Di waktu yang berbeda peneliti melakukan observasi untuk mengamati kegiatan hadrah tersebut seperti apa, yang kemudian di cocokan dengan hasil wawancara serta pendokumentasiannya. Hasil dari ketiga teknik tersebut kemudian diambil kesimpulan. Sehingga diperoleh hasil wawancara di sertai bukti dari ketiganya. 3. Triangulasi waktu Peneliti dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi waktu demi mendapatkan data yang valid. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dalam waktu atau situasi yang berbeda dan bersifat momentum ataupunaccidental.Seperti pendapat Sugiyono2010: 274 bahwa trianggulasi waktu yaitu dengan cara pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Hal ini Wawancara Observasi dokumentasi 41 bertujuan untuk menentukan kredibiltas data ketika mood sumber data segar,bukan ketika jenuh. Peneliti sering meneliti ulang bahkan menanyakan kembali sehingga diperoleh kebenaran data sehingga ditemukan kepastian datanya. Peneliti dalam mengkaji semua sumber penelitian tidak hanya dilakukan sekali saja, peneliti mengulangi pertanyaan-pertanyaan sebelumnya di lain hari ataupun di pertemuan selanjutnya. Hal ini demi hasil yang valid yang diberikan oleh sumber data. 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren

Pandanaran Yogyakarta Kegiatan hadrah di Pondok Persantren Sunan Pandanaran telah dilaksanakan sejak tahun 75-an. Dan mulai diadakan seperti kaderisasi dan kejelasan aktifitas hadrah di tahun 96-an. Seperti wawancara yang telah peneliti lakukan sebelumnya kepada narasumber yang menunjukan bahwa hadrah sudah berkembang sejak cukup lama seperti halnya yang dikatakan oleh Gus Azka selaku ketua hadrah pondok pesantren yang menyebutkan : “Hadrah sunan pandanaran ini berdiri sekitar tahun 75 lalu, Berdiri berbarengan berdirinya pondok pesantren.kalau tepatnya untuk hadrah yang dibentuk secara menegement itu dan terorganisasi sekitar tahun 97, untuk dilaksanakannya pertama kali ya sudah lama, Sebelum saya di lahirkan disini saja, hadrah sudah ada.Namun tidak ada pelatihan rutin dan juga kaderisasi, Cuma nanti kalo ada acara di pondok ada santri yang bisa main ya main, Yang jelas dari tahun 97an kegiatan Hadrah ini sudah ada dan semakin taun makin teratur.” Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanarandilaksanakan dua kali dalam satu minggu, yakni setiap hari jum’at dan sabtu dengan durasi masing – masing satu jam pertemuan mulai dhuhur – ashar. Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran bertujuan untuk dakwah kepada sesama, bersyiar agama islam dan tak lepas untuk hiburan yang terarah serta menampung bakat – bakat 43 santri, Hal ini disampaikan olehGus Azka selaku ketua hadrah, yang menyebutkan bahwa : “Tujuan Sekarang, tujuan kita yaitu dakwah islamiah kepada sesama dan hiburan bagi santri-santri selain itu juga wadah bagi santri-santri yang berminat dalam seni kebudayaan islam.” Serta Bpk. Syamsul selaku pelatih yang mengungkapkan bahwa: “Tujuan hadrah disini yaitu untuk syiar.Kan anak-anak muda jaman sekarang itu tertarik dengan musik, kita kemudian berpikir untuk bagaimana anak-anak itu bisa mengetahui tentang islam misalnya dari syiir-syiir, tentang makna-makna dalam islam kita bersyiar melalui hadrah ini .” Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran telah berkembang dari tahun ke tahun. Sejak Samsul mengampu, telah banyak cara pengajaran yang dilakukan. Cara mengajar juga disesuaikan dengan kondisi santri, mulai dari mampu atau tidaknya santri mengikuti pembelajaran hingga sampai pada keefektifan pembelajaran tersebut guna mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini seperti yang diungkapkan Bpk. Samsul sebagai berikut : “karena setiap santri yang kita ajar itu beda-beda mas, maka saya jelas ketika dalam mengajar juga beda beda, sampai sekarang ini saya bisa menggunakan cara mengajar yang pas sehingga para santri juga ikut berkembang.” Lebih lanjut Bpk. Samsul menjelaskan dalam wawancara sebagai berikut : “Sejak saya di sini memang sudah banyak cara mengajar yang saya terapkan.Yang dahulu terlalubanyak teori, demontrasi.Kalau sekarang cukup langsung praktik.Teorinya disisipkan di sela-sela praktik.Serta pendemnstrasian berlebih hanya akan menyebabkan santri kurang kreatif dalam permainannya nanti Sekarang,anak disuruh memaikan alat kalau sudah tertarik dan ingin memaikan Hal tersebut malah membuat siswa tertarik dan cepat paham untuk mempelajarinya. ”