14 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk partisipasi di
sekolah umumnya merupakan sumbangan yang berupa material dan non material. Untuk yang material yaitu bisa berupa harta benda, pangadaan ruang,
dan lain-lain. Sedangkan untuk yang non material bisa berupa ide, gagasan, buah pikiran, ketrampilan, saran, dan lain-lain.
3. Tingkatan Partisipasi
Jumrowi dan Subandiyah 1982 dalam Suryosubroto 1998: 81 menjelaskan mengenai berbagai macam bentuk partisipasi jika dilihat dari
tingkatannya yaitu: a. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
b. Partisipasi dalam proses perencanaan dalam kaitannya dengan program lain.
c. Partisipasi dalam pelaksanaan suatu program. Menurut Pariata Westra dalam Suryosubroto 1998: 81 berpendapat
bahwa tingkatan partisipasi masyarakat dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu a tingkatan pengertian timbal balik, b tingkatan pemberian nasihat, c ingkasan
yang berkewenangan. Pendapat lain dikemukakan Shaefer 1992 dalam Suryosubroto 1998: 82 tingkatan partisipasi dapat dibagi ke dalam beberapa hal
diantaranya: a. Sekedar memanfaatkan layanan
b. Memberikan sumbangan c. Kehadiran dalam pertemuan
d. Konsultasi permasalahan e. Keterlibatan dalam penyampaian layanan
f. Keterlibatan dalam implementasi program g. Berperan dalam semua tahap pembuatan rencana
15 Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tingkatan
partisipasi sangatlah membantu dalam proses penyelenggaraan pendidikan, meskipun demikian belum tentu dalam partisipasi akan terwujud sebagaimana
mestinya, banyak faktor yang mempengaruhi ketercapaian tingkat partisipasi seseorang atau masyarakat diantaranya adalah kemauan dan kesempatan untuk
melaksanakan semua itu. Diharapkan dengan adanya tingkatan partisipasi dari masyarakat yang baik dapat membantu dalam proses pendidikan sehingga dapat
tercapai tujuan pendidikan.
B. Hakikat Komite Sekolah
1. Pengertian Komite Sekolah
Komite Sekolah merupakan suatu badan yang dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pendidikan. Badan ini terbentuk karena rendahnya keterlibatan dari masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Komite sekolah merupakan
sebuah organisasi yang dimiliki oleh sekolah, menurut Simon 1997 dalam Syafarudin Anzizhan 2006: 21 organisasi ialah pola komunikasi dan hubungan
kelompok manusia membuat dan melaksanakan keputusan, yang mana didalamnya ada sistem peranan yang menyediakan bagi anggota organisasi
informasi, tujuan, dan sikap untuk membuat keputusan. Menurut Sugeng Nurhadi 2008: 41 komite
sekolah adalah “badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan
mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah”.