5. Qiradh hasan pinjaman yang baik atau benevolent loan. Bank Islam dapat
memberikan pinjamannya tanpa bunga benevolent loan kepada para nasabah yang baik, terutama nasabah yang punya deposito di bank Islam itu sebagai salah
satu service dan penghargaan bank kepada para deposan, karena deposan tidak menerima bunga atas depositonya dari bank Islam.
6. Bank Islam juga dapat menggunakan modalnya dan dana yang terkumpul untuk
investasi langsung dalam berbagai bidang usaha yang profitable. Dalam hal ini, bank sendiri yang melakukan manajemennya secara langsung, berbeda dengan
investasi patungan maka menejemennya dilakukan oleh bank bersama patner usahanya dengan perjanjian profit and loss sharing.
46
Dari prinsip-prinsip diatas yang menjadi focus penelitian adalah Pembiayaan murabahah, musyarakah dan mudharabah.
Sehubungan dengan prinsip syariah pada bank syariah seperti diuraikan diatas, maka terlihat suatu kemajuan yang sangat berarti dari segi peraturan
perundang-undangan di sektor perbankan yang berprinsip syariah. UU nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dalam ketentuan umum pasal 1 angka 12
disebutkan: Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah.
47
3. Konsep Usaha Bank Syariah
Secara garis besar perbankan syariah dalam melakukan operasionalnya berupa usaha-usaha: Penghimpun dana masyarakat, penyalur dana masyarakat dan
pemberian jasa.
46
Zulkarnain, Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil Pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Daerah Kabupaten Deli Serdang Studi kasus BPR Syariah Kafalatul Ummah Sunggal dan BPR
Syariah Al-Wasliyah Tanjung Morawa , Tesis, Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum, Universitas
Sumatera Utara, Medan, 2000, hal 29
47
Pasal 1 angka 12 UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 3234KEPDIR tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah tentang kegiatan usaha yang dapat
dilakukan oleh Bank Syariah menyebutkan bank wajib menerapkan prinsip syariah dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi:
1 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi: a Giro berdasarkan prinsip wadi’ah:
b Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah: c Deposito berjangka dalam prinsip mudharabah;
d Bentuk lain berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah. 2 Melakukan penyaluran dana melalui:
a Transaksi jual beli berdasarkan prinsip: 1 Murabahah;
2 Istishna; 3 Ijarah;
4 Salam; 5 Jual beli lainnya.
b Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip: 1 Mudharabah;
2 Musyarakah; 3 Bagi hasil lainnya.
c Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip: 1 Hiwalah;
Universitas Sumatera Utara
2 Rahn; 3 Qard.
3 Membeli, menjual dan atau menjamin risiko sendiri surat-surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata underlying transaction
berdasarkan prinsip jual beli atau hiwalah. 4 Membeli surat-surat berharga pemerintah dan atau Bank Indonesia yang
diterbitkan atas dasar prinsip syariah. 5 Memindah uang untuk kepentingan sendiri dan atau nasabah berdasarkan prinsip
wakalah 6 Menerima pembayaran tagihan atas dasar surat yang berharga yang diterbitkan
dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip wakalah.
7 Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah.
8 Melakukan kegiatan penitipan termasuk penata usahanya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah.
9 Melakukan penempatan dana dan nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di beberapa bursa efek berdasarkan prinsip ujr.
10 Memberikan fasilitas letter of credit LC berdasarkan prinsip wakalah, murabahah
, musyarakah, mudharabah, dan wadi’ah, serta memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip kafalah.
11 Melakukan kegiatan usaha kartu debit berdasarkan prinsip ujr.
Universitas Sumatera Utara
12 Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip wakalah. 13 Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang disetujui Dewan
Syariah Nasional.
B. Perjanjian Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan 1. Pengertian Perjanjian
Pasal-pasal yang mengatur perjanjian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata terdapat dalam Buku Ketiga tentang perikatan pada Bab
Kedua Bagian Kesatu sampai dengan Bagian Keempat. Pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata adalah:
”Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
Dari hal ini, timbullah hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya.
Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
48
Perjanjian yang dimaksud dalam Pasal 1313 KUH Perdata ini merupakan salah satu perikatan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1233 KUH Perdata,
yang menyatakan:
48
Subekti, Hukum Perjanjian cetakan kesepuluh, Jakarta : Intermasa, 1985, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
”Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena Undang- Undang”.
Kata persetujuan dalam Pasal ini adalah perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1313 KUH Perdata.
Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena kedua belah pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan perjanjian
dan persetujuan itu adalah sama artinya.
49
2. Asas-asas perjanjian