Asas-asas perjanjian Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian Pembiayaan Dengan Sistem Perbankan Syariah (Murabahah, Musyarakah Dan Mudharabah)

”Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena Undang- Undang”. Kata persetujuan dalam Pasal ini adalah perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1313 KUH Perdata. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena kedua belah pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya. 49

2. Asas-asas perjanjian

a. Asas kebebasan berkontrak

Asas kebebasan berkontrak atau yang biasa disebut sistem terbuka dalam hukum perjanjian memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk melaksanakan suatu perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban dan kesusilaan. Sistem terbuka, yang mengandung suatu asas kebebasan, membuat perjanjian, dalam KUH Perdata lazimnya disimpulkan dalam Pasal 1338 1, yang berbunyi ”Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”. Dengan menekankan pada perkataan semua, maka Pasal tersebut seolah-olah berisikan suatu pernyataan kepada masyarakat bahwa kita diperbolehkan membuat perjanjiian yang berupa dan berisi apa saja atau tentang apa saja dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu Undang-Undang. Atau dengan perkataan lain dalam soal perjanjian, kita 49 Ibid. Universitas Sumatera Utara diperbolehkan membuat Undang-Undang bagi kita sendiri. Pasal-pasal dalam hukum perjanjian hanya berlaku, apabila atau sekedar kita tidak mengadakan aturan-aturan sendiri dalam perjanjian-perjanjian yang kita adakan itu. 50 Asas kebebasan berkontrak menurut hukum perjanjian Indonesia adalah sebagai berikut: 51 1 Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat suatu perjanjian; 2 Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian; 3 Kebebasan untuk menentukan atau memilih klausa dan perjanjian yang akan dibuat; 4 Kebebasan untuk menentukan objek dan perjanjian; 5 Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian; 6 Kebebasan untuk menerima dan menyimpangi ketentuan Undnag-Undang yang bersifat opsional aanvullend, optional.

b. Asas konsensualitas

Dalam hukum perjanjian berlaku suatu asas, yang dinamakan asas konsensualitas. Perkataan ini berasal dari perkataan latin consensus yang berarti sepakat. Asas konsensualitas bukanlah berarti untuk suatu perjanjian disyaratkan adanya kesepakatan. Ini sudah semestinya Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, berarti dua pihak telah setuju atau bersepakat mengenai suatu hal. Arti 50 Ibid., hal. 14. 51 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Di Indonesia, akarta : Institut Bankir Indonesia, 1993, hal. 47. Universitas Sumatera Utara asas konsensualitas ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. 52 Asas konsensualitas ini didasarkan pada Pasal 1320 KUH Perdata. Pasal ini menetapkan harus ada kesepakatan konsensus antara para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian. Pasal ini menyatakan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, suatu sebab yang halal.

c. Syarat sahnya perjanjian

Dalam Pasal 1320 KUH Perdata dinyatakan bahwa syarat-syarat sah perjanjian adalah: Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat: 1 Sepakat mereka yang mengikatkan diri; 2 Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3 Suatu hal tertentu; 4 Suatu sebab yang halal. a Kesepakatan Dengan sepakat atau juga yang dinamakan perizinan, dimaksudkan bahwa kedua subyek yang mengadakan perjanjian itu harus sepakat, setuju atau seia sekata mengenai hal-hal pokok dan perjanjian yang diadakan. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu, juga dikehendaki oleh pihak yang lain, masing-masing pihak menghendaki sesuatu yang sarana timbal balik. 52 Subekti, Op.Cit., hal. 15 Universitas Sumatera Utara b Kecakapan Pada dasarnya dalam Undang-Undang beranggapan bahwa setiap orang cakap untuk berbuat dalam hukum atau dalam hal ini membuat perjanjian apabila ia telah dewasa Pasal 330 KUH Perdata, kecuali sampai dinyatakan oleh Undang-Undang tidak cakap. Persoalan cakap atau tidaknya seseorang berbuat hukum diatur dalam Pasal 1330 KUH Perdata, yaitu: 1 Orang-orang yang belum dewasa; 2 Mereka yang dibawah pengampuan; 3 Orang perempuan dalam hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang dan semua orang kepada siapa Undang-Undang telah melarang membuat perjanjian. c Suatu hal tertentu Suatu perjanjian harus mengenai hal tertentu artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan. Barang yang ditentukan dalam perjanjian paling sedikit harus ditentukan jenisnya. 53 d. Suatu sebab yang halal Syarat keempat suatu perjanjian yang sah adanya sebab yang halal. Dengan sebab bahasa Belanda oorzaak, bahasa latin causa dimaksudkan tiada lain dari pada isi perjanjian. 54 Terpenuhinya syarat sahnya perjanjian sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata dan Pasal 1338 KUH Perdata, maka perjanjian tersebut telah 53 Subekti, hal. 19. 54 Ibid. Universitas Sumatera Utara mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat kedua belah pihak. Sejak tercapainya kesepakatan kedua belah pihak untuk saling mengikatkan diri maka sejak itulah lahir apa yang dinamakan perikatan dan dengan sendirinya kemudian timbul apa yang dinamakan hak dan kewajiban masing-masing pihak.

3. Berakhirnya perjanjian menurut KUHPerdata

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh pendapatan murabahah, mudharabah dan musyarakah terhadap profitabilitas Bank

6 52 133

pengaruh penyaluran pembiayaan mudharabah,pembiayaan musyarakah,pembiayaan murabahah,dan non performing financing (npf) terhadap kinerja bank pembiayaan rakyat syariah di Indonesia periode januari 2010-maret 2015

0 7 122

Pengaruh Risiko pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah

1 9 150

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH dan MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH Analisis Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (periiode Desember 2007-Desember 2014).

1 3 12

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, dan MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS Analisis Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (periiode Desember 2007-Desember 2014).

0 4 17

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 3 15

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 2 15

PENGARUH PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN MUDHARABAH TERHADAPPROFIT PERBANKAN SYARIAH Pengaruh Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah Terhadao Profit Perbankan Syariah di Indonesia.

0 2 12

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH, MUSYARAKAH, MURABAHAH, DAN SEWA IJARAH TERHADAP Analisis Pengaruh Pendapatan Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Dan Sewa Ijarah Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode

0 2 15

PENGARUH RISIKO PEMBIAYAAN MUDHARABAH, RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH

1 3 18