mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat kedua belah pihak. Sejak tercapainya kesepakatan kedua belah pihak untuk saling mengikatkan diri maka sejak
itulah lahir apa yang dinamakan perikatan dan dengan sendirinya kemudian timbul apa yang dinamakan hak dan kewajiban masing-masing pihak.
3. Berakhirnya perjanjian menurut KUHPerdata
Berakhirnya perjanjian menurut Pasal 1381 KUH Perdata adalah: 1
Karena pembayaran; 2
Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; 3
Karena pembaharuan utang; 4
Karena perjumpaan utang atau kompensasi; 5
Karena percampuran utang; 6
Karena pembebasan utang; 7
Karena musnahnya barang yang terutang; 8
Karena kebatalan atau pembatalan; 9
Karena berlakunya suatu syarat batal; dan 10
Lewatnya waktu. Dengan demikian, bila salah satu syarat yang dimaksud terjadi maka dengan
sendirinya perjanjian akan menjadi batal, karena telah terpenuhinya unsur-unsur hapusnya atau berakhirnya sebuah perjanjian.
Universitas Sumatera Utara
C. Perjanjian Menurut Hukum Islam 1. Defenisi perjanjian
Setidaknya ada 2 dua istilah dalam Al-Qu’ran yang berhubungan dengan perjanjian, yaitu al-’aqdu
55
akad dan al-’ahdu janji. Pengertian akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Dikatakan ikatan al-rabth maksudnya adalah menghimpun
atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu.
56
Menurut Fathurrahman Djamil, istilah al-’aqdu ini dapat disamakan dengan istilah perikatan atau verbintenis dalam KUH Perdata. Sedangkan istilah al-’ahdu
dapat disamakan dengan istilah perjanjian atau overeenkomst yaitu suatu pernyataan dari seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu yang tidak
berkaitan dengan orang lain.
57
Dari uraian tersebut di atas, mengindikasikan bahwa perjanjian harus merupakan kesepakatan kedua belah pihak yang mengikatkan diri pada perbuatan
yang akan dilakukan sebagaimana diperjanjikan. Fiqih muamalat Islam membedakan antara wa’ad dengan akad. Wa’ad adalah
janji promise antara satu pihak kepada pihak lainnya, sementara akad adalah
55
Kata al-‘aqdu terdapat dalam Al-Qurán surat Al-Maidah 5 : 1, bahwa manusia diminta untuk memenuhi akadnya.
56
Ghufran A. Masadi, Fiqih Muamalah Konstektual, cet, I, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, hal. 75., diambil dari buku Gemala Dewi, Wirdyaningsih, Yeni Salma Barlinti, Hukum
Perikatan Islam Di Indonesia , Jakarta: Kencana, 2005, hal. 45.
57
Fathurrahman Djalil, Hukum Perjanjian Syariah, dalam Kompilasi Hukum Perikatan oleh Mariam Daruz Badrulzaman et. al., cet. I, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 247-248., diambil
dari buku Gemala Dewi, Wirdyaningsih, Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, hal. 45.
Universitas Sumatera Utara
kontrak antara dua belah pihak. Wa’ad hanya mengikat satu pihak, yakni pihak yang memberi janji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak
yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya. Dalam wa’ad
, terms and condition-nya belum ditetapkan secara rinci dan spesifik belum well defined
. Bila pihak yang berjanji tidak dapat memenuhi janjinya, maka sanksi yang diterimanya lebih merupakan sanksi moral. Di lain pihak, akad mengikat kedua
belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati terlebih
dahulu. Dalam akad, terms and condition-nya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik sudah well-defined. Bila salah satu atau kedua pihak yang terikat dalam
kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka iamereka menerima sanksi yang sudah disepakati dalam akad.
58
Dari segi sifat dan hukumnya aqad dapat dibagi menjadi dua yaitu aqad yang sah shahih dan aqad yang tidak sah tidak shahih, aqad shahih adalah aqad yang
memenuhi rukun dan syaratnya, hukum dari aqad shahih ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum yang ditimbulkan dari aqad itu dan mengikat bagi pihak-pihak
beraqad, aqad tidak shahih adalah aqad yang terdapat kekurangan pada rukun atau syarat-syaratnya, sehingga seluruh akibat hukum akad itu tidak berlaku dan tidak
mengikat pihak-pihak yang beraqad.
59
2. Asas-asas perjanjian