f Asas Kejujuran dan Kebenaran Ash-Shidq Kejujuran merupakan hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam segala
bidang kehidupan, termasuk dalam pelaksanaan muamalat. Jika kejujuran ini tidak diterapkan dalam perikatan, maka akan merusak legalitas perikatan itu sendiri. Selain
itu, jika terdapat ketidak jujuran dalam perikatan, akan menimbulkan perselisihan di antara para pihak. Dalam QS. Al-Ahzab 33 : 70, disebutkan bahwa ”Hai orang-orang
yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar”.
Perbuatan muamalat dapat dikatakan benar apabila memiliki manfaat bagi para pihak yang melakukan perikatan dan juga bagi masyarakat dan lingkungannya.
Sedangkan perbuatan muamalat yang mendatangkan mudharat adalah dilarang. g Asas Tertulis Al-Kitabah
Dalam QS. Al-Baqarah 2 : 282-283, disebutkan bahwa Allah SWT. menganjurkan kepada manusia hendaknya suatu perikatan dilakukan secara tertulis,
dihadiri oleh saksi-saksi, dan diberikan tanggung jawab individu yang melakukan perikatan, dan yang menjadi saksi. Selain itu dianjurkan pula bahwa apabila perikatan
dilaksanakan tidak secara tunai, maka dapat dipegang suatu benda sebagai jaminannya. Adanya tulisan, saksi dan atau benda jaminan ini menjadi alat bukti atas
terjadinya perikatan tersebut.
3. Syarat sahnya perjanjian
Dalam melaksanakan suatu perikatan, terdapat syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Secara definisi, rukun adalah ”suatu unsur yang merupakan bagian tak
Universitas Sumatera Utara
terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dan ada atau tidak adanya sesuatu itu”. Definisi syarat adalah
”sesuatu yang tergantung padanya keberadaan hukum syar’i dan ia berada di luar hukum itu sendiri, yang ketiadaannya menyebabkan hukum pun tidak ada”.
63
Jumhur ulama berpendapat, bahwa rukun akad adalah al-’aqiadin, mahallul ’aqd,
dan sighad al-’aqd. Selain ketiga rukun tersebut, Mustafa Al-Zaqra menambah maudhu’ul ’aqd
tujuan akad. Ia tidak menyebut keempat hal tersebut dengan rukun, tetapi dengan muqawimat ’aqd unsur-unsur penegak akad. Sedangkan menurut
T.M. Hasby Ash-Shiddiqy, keempat hal tersebut merupakan kompenen-komponen yang harus dipenuhi untuk terbentuknya suatu akad. Keempat komponen itu adalah:
64
a Subyek Perikatan Al-’Aqidain Al-’aqidain
adalah para pihak yang melakukan akad. Sebagai pelaku dari suatu tindakan hukum tertentu, yang dalam hal ini tindakan hukum akad perikatan,
dan sudut hukum adalah sebagai subjek hukum. Subjek hukum sebagai pelaku perbuatan hukum sering kali diartikan sebagai pihak pengemban hak dan kewajiban.
Subjek hukum ini terdiri dari dua macam yaitu manusia dan badan hukum. Berikut penjelasan dari manusia dan badan hukum dalam kaitannya dengan ketentuan hukum
Islam 1 Manusia
63
Gemala Dewi, Op.Cit., hal. 30.
64
Ibid., hal. 51.
Universitas Sumatera Utara
Manusia sebagai subjek hukum perikatan adalah pihak yang sudah dapat dibebani hukum yang disebut dengan mukallaf. Mukallaf adalah orang yang telah
mampu bertindak secara hukum, baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun dalam kehidupan sosial. Kata ”Mukallaf” berasal dari bahasa Arab yang berarti ”yang
dibebani hukum”, yang dalam hal ini adalah orang-orang yang telah dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya dihadapan Allah SWT. baik yang berkaitan
dengan perintah maupun larangan-laranganNya. Oleh karena itu, selain dilihat dari tahapan kedewasaan seseorang, dalam
suatu akad, kondisi psikologis seseorang perlu juga diperhatikan untuk mencapai sahnya suatu akad.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai mukallaf adalah baligh. Ukuran baligh seseorang adalah telah
bermimpi ihtilam bagi laki-laki dan telah haid bagi perempuan. Baligh juga dapat diukur dari usia seseorang, seperti yang tercantum dalam Hadits dari Ibnu Umar yaitu
15 tahun. Dalam Hadits tersebut diceritakan, bahwa Ibnu Umar tidak diizinkan Nabi Muhammad SAW. untuk ikut berperang Perang Uhud ketika usianya 14 tahun.
Ketika usianya mencapai 15 tahun, ia diizinkan untuk ikut berperang Perang Khandaq
. Terhadap orang yang sudah baligh sudah dapat dibebani hukum taklifatau sudah dapat bertindak hukum karena, menurut Imam Muhammad Abu Zahrah, ia
sudah berakal dan memiliki kecakapan bertindak hukum secara sempurna ahliyyah al-ada’ al-kamilah
, berakal sehat. Seseorang yang melakukan perikatan harus
Universitas Sumatera Utara
memiliki akal yang sehat. Dengan akal sehat, ia akan memahami segala perbuatan hukum yang dilakukan dan akibat hukum terhadap dirinya maupun orang lain.
2 Badan Hukum Badan hukum adalah badan yang dianggap dapat bertindak dalam hukum dan
yang mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban, dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain. Badan hukum ini memiliki kekayaan yang terpisah dari
perseorangan. Dengan demikian, meskipun pengurus badan hukum berganti-ganti, ia tetap memiliki kekayaan tersendiri. Dalam Islam, badan hukum tidak diatur secara
khusus. Namun, terlihat pada beberapa dalil menunjukkan adanya badan hukum dengan menggunakan istilah al-syirkah, seperti yang tercantum dalam QS. An-Nisa
4 : 12, QS. Shaad 38: 24, dan Hadits Qudsi. Pada QS. An-Nisa 4 : 12 disebutkan, ”Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu
dalam yang sepertiga itu.” Pada QS. Shaad 38: 24, bahwa ”Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim
kepada sebagian yang lain, kecuali orang yang beriman”. Pada Hadits Qudsi riwayat Abu Dawud dan Al-Hakim dan Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad SAW.
bersabda : ”Aku Allah adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, sepanjang salah seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila
seseorang berkhianat terhadap lainnya, maka Aku keluar dari keduanya”. Adanya kerja sama di antara beberapa orang menimbulkan kepentingan-
kepentingan dari syirkah tersebut terhadap pihak ketiga. Dalam hubungannya dengan
Universitas Sumatera Utara
pihak ketiga inilah timbul bentuk baru dari subjek hukum yang disebut dengan badan hukum.
b Objek Perikatan Mahallul ’Aqd Mahallul ’aqd
adalah sesuatu yang dijadikan objek akad dan dikenakan padanya akibat hukum yang ditimbulkan. Bentuk objek akad dapat berupa benda
yang berwujud, seperti mobil dan rumah, maupun benda yang tidak berwujud, seperti manfaat. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mahallul ’aqd adalah sebagai
berikut: 1 Objek perikatan telah ada ketika akad dilangsungkan;
2 Objek perikatan dibenarkan oleh Syariah; 3 Objek akad harus jelas dan dikenali;
4 Objek dapat diserahterimakan c Tujuan Perikatan Maudhu’ul ’Aqd
Maudhu’ul ’aqd adalah tujuan dari hukum suatu akad yang disyariatkan untuk
tujuan tersebut. Dalam Hukum Islam, tujuan akad ditentukan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW. dalam Hadits. Menurut ulama fiqih, tujuan
akad dapat dilakukan apabila sesuai dengan ketentuan syariah tersebut. Apabila tidak sesuai, maka hukumnya tidak sah.
d Ijab dan Kabul Sighat Al-’Aqd Sighat al-‘aqd
adalah suatu ungkapan para pihak yang melakukan akad berupa ijab dan kabul. Ijab adalah suatu pernyataan janji atau penawaran dari pihak
pertama untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kabul adalah suatu
Universitas Sumatera Utara
pernyataan menerima dari pihak kedua atas penawaran yang dilakukan oleh pihak pertama.
4. Berakhirnya perjanjian