a. Kemampuan untuk memahami, bahwa manusia itu berbeda antara yang satu dengan yang lain, sehingga dalam situasi yang berbeda mempunyai kekuatan motivasi yang berbeda pula,
b. Mempunyai kemampuan untuk menghidupkan motivasi pengikutnya Jama’ah agar menggunakan kapasitas mereka sebagai anggota secara penuh dalam suatu pekerjan dan
c. Kemampuan menerapkan perilaku dalam iklim kerja yang serasi, artinya sebagai seorang pimpinan harus bisa melayani, memberi contoh mengayomi, bahkan menempatkan mereka
sesuai kapasitas atau keahliannya. Dari ketiga poin tersebut diatas menekankan jika seorang pemimpin itu baik dalam pemerintahan atau dalam oegranisasi-organisasi lain harus bisa
diterima oleh semua anggota.
2. Pendekatan Islam
Perilaku sosial keagamaan secara universal dalam kehidupan kamunitas muslim harus diikat dengan komando yang tegas sehingga perilaku Umat Islam tidak menyimpang dari tujuan.
Dalam hal ini Umat Islam perlu seorang pemimpin atau “Kekhalifahan” yang jelas disebut dengan konsep “Imamah” dan “Imaroh” yang maksudnya bersatu di bawah satu komando
ImamAmir sebagai pimpinan Jam’iyah, yang berfungsi menyatukan kehendak dan
memperkuat keyakinan terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan keagamaan dengan mempertimbangkan keputusan-keputusan dalam organisasi.
47
Suatu organisasi atau institusi yang mewadahi para Ulama merupakan bagian dari tertibnya kepemimpinan dalam Islam yang konsepnya dapat dikatakan dengan Khilafah, Imamah, dan
Imarah. Isa Asahari memaknai konsep Imamah dan Imarah kedalam empat hal, yaitu:
1. Terbentuknya susunan umat yang rela menjadi makmum, yakni penganut setia kepemimpinan di tubuh organisasi Islam.
47
Bani ahmad saebani. Sosiologi Agama, Kajian Tentang Prilaku Institusional Dalam Beragama Anggota PERSIS Dan Nanhdatul Ulama. cet Pertama, Bandung: PT Rafika Aditama, 2007, h. 75.
2. Kecakapan memilih, mencari pemimpin dan ulama sebagai tempat menumpahkan kepercayaan dan perjuangan organisasi.
3. Kemampuan dari pemimpin untuk memberikan bimbingan terhadap umat Islam. 4. Kerelaan dan kesediaan, serta kepatuhan dan ketaatan umat yang menjadi pengikut dalam
melaksanakan perintah dan instruksi dari imam atau pimpinan, yang termanifestasikan dalam tujuan organisasi keagamaan, demi terbentuknya kesatuan perilaku pada komunitas muslim
dan loyalitas yang tinggi terhadap perinsip-perinsip kepemimpinan yang bergantung kepada kekuatan perinsip, loyalitas dan komitmen kehalifahan umat Islam sendiri.
48
Kepemimpinan yang harus ditaati adalah: pemimpin yang menjadi tauladan uamt, yakni memahami seruan al-Quran dan Hadits, “berahklak mulia serta memiliki wawasan yang
mencerahkan.”
49
bahkan selain itu juga, bagi pemimpin dalam tradisi komunitas, dan organisasi. Masih terdapat kecenderungan di antara warga pada umumnya ada dua paktor
kepemimpinan diatas. PERSIS yang merupakan suatu ormas yang memperkaya kehidupan religi jama’ahnya, yang
pengalaman Syariah Islam mengacu pada tuntuan al-Quran dan as-Sunnah, maka setelah melakukan pemahaman secara mendalam terhadap makna-makna yang dimaksud dari teks-
teks bahkan konteknya. Sehingga pemahaman tersebut sesuai dengan ajaran Islam yang baik dan benar maka umat Islam memerlukan seorang figur yang memahaminya misalnya, Ulama,
Kiyai, dan Ustadz yang ketiganya telah dijelaskan di atas.
48
Bani ahmad saebani. Sosiologi Agama, h. 76
49
Bani ahmad saebani. Sosiologi Agama,h. 85
BAB III PROFIL PESANTREN PERSATUAN ISLAM PPI 7