BAB III PROFIL PESANTREN PERSATUAN ISLAM PPI 7
A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya
Sebelum Pesantren Persatuan Islam No 7 PPI 7 didirikan, masyarakat setempat masih banyak yang mempraktekan tradisi semacam,takhayul, khurafat, bidah. tradisi tersebut
mereka anggap merupaka warisan leluhur Misalnya: banyak orang sekitar yang ketika itu mereka hendak membangun sebuah bangunan, baik untuk individu seperti rumah, atau
bangunan untuk umum seperti masjid, sekolah, dan lain sebagainya. Mereka harus menanam kepala kerbau atau kambing, yang mereka anggap sebagai tebusan agar penguasa wilayah
“Ghaib” berkenan untuk merelakan daerah kekuasaannya dihuni oleh manusia. Bahkan masih banyak orang yang percaya kepada “Berkah” biasanya terkait dengan
“Karomah
50
” orang-orang shaleh yang sudah meninggal, sehingga di antara mereka banyak yang memohon bantuan kepada orang yang mati tersebut seperti: mereka datang ke kuburan
wali dan ulama. Mereka juga percaya kepada rahasia Kekuatan benda tertentu misalnya: kepada Keris, Batu Alik Cincin, atau sebuah tulisan yang dianggap mempunyai kekuatan
Isim, serta sisa-sia “Animisme” dan “Dinamisme” lainnya. Selain itu masyarakat masih melakukan cara-cara atau tradisi-tradisi lain misalnya; perayaan “Tahlilan” yang biasa
dilaksanakan dalam upacara kematian, yang sebagian besar disebabkan oleh ketidaktahuan Awam masyarakat terhadap nilai-nilai Islam yang sebenarnya, yang hal itu sebagian
merupakan sisa-sisa tradisi Agama Hindu Budha. Keterangan penulis tersebut diperkuat dengan pendapat salah seorang guru Bapak
Ustadz Habib dan Bapak Karman warga masyata pada saat penulis wawancarai, mereka memberikan keterangan bahawa “tempat tersebut adalah merupakan tempat “Beling”
51
Bandel, hampa dari ajaran agama Patrah atau dengan kata lain tempat tersebut
50
Lihhat Buku Dr. Endang Turmudi.Perselingkuhan Kiai Dan Kekuasaan. Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara 2003, h. 104.
Ustadz Habib , Wawancara pribadi, Tasikmalaya.l 24 Maret 2009.
Cempakawarna merupakan tempat kemaksiatan seperti: sarang peredaran narkoba, pelacuran, sabung ayam, dan tempat perjudian.
Hal-hal tersebut di atas tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja, maka salah satu upaya untuk mengembalikan masyarakat kejalan yang benar adalah dengan berupaya
mendirikan sebuah lembaga pendidikan keagamaan seperti sekolah dan bahkan pesantren. Ini merupakan salah satu bentuk usaha untuk mengurangi kepatrahan masyarakat dari kegiatan
penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan tersebut. PERSIS waktu itu sebelum mendirikan lembaga pendidikan seperti sekarang ini,
memulainya dengan berupaya mengadakan pengajian-pengajian yang diadakan di Masjid Istiqomah, yang kemudian menjadi cikal bakal embrio berdirinya Pesantren Persatuan Islam
Nomor 7 PPI 7 Cempakawarna, Cihideng, kota Tasikmalaya. Sebuah perjalanan yang sangat panjang yang terus dijalankan oleh tokoh-tokoh PERSIS saat itu, yang tanpa putus asa
untuk melakuan pembaharuan tajdid dalam Islam dengan semboyan mengembalikan umat Islam kepada al-Quran dan Sunnah, melaui dakwah-dakwah yang tegas, lugas, dan keras.
Para tokoh PERSIS sebelumnya mereka senang mengadakan perdebatan dengan organisasi- organisasi keagamaan lain atau golongan yang menentangnya.
Pesantren Persatuan Islam PPI 7 ini awalnya hanya tempat belajar rutin di sebuah Masjid yang bernama Masjid Istiqomah yang bertempat dekat Pasar Baru, yang sekarang
menjadi “Karlis” yang berada di Desa Argasari. Masjid tersebut merupaka ”Wakaf” dari seorang dermawan yang waktu itu masih menjadi simpatisan PERSIS yaitu Bapak H. Toha.
PERSIS tempat tersebut melaksanakan kegiatan-kegiatan pengajian yang diikuti oleh para anggota dan simpatisan, juga anak-anak mereka diadakan kegiatan belajar-mengajar tingkat
Diniyyah yang khusus mempelajari ajaran agama, dan tingkat Tsanawiyyah setimgkat SLTP
dan Tajhiziyyah setingkat SLTA pada tingkat tersebut selain mempelajari ilmu-ilmu agama juga ditambah dengan ilmu-ilmu umum.
Setelah berjalan lama anggota atau simpatisan bahkan masyarakat sekitar semakin bertambah banyak yang mengikuti kegiatan pesantren, sehingga tempat tersebut hampir tidak
mampu untuk menampung mereka, maka dari itu diperlukan pengembangan sarana dan prasarana, namun di tempat tersebut tidak memungkinkan untuk memperluas lahan karena
berada di wilayah pemukiman padat penduduk, kemudian untuk tempat belajar-mengajar dipindahkan ke JLn Cempakawarna No 86 Desa Cilembang. Adapun kecamatannya sama
yaitu Cihideung. Kemudian di tempat yang baru ini, PERSIS mulai berkembang dengan didirikannya
bangunan sekolah Tsanawiyyah dan juga Tazhijiyyah. Sebelum berdiri tingkat Tsanawiyah dan Tajhiziyyah pada tahun 1971 di Masjid Istiqomah, dan Madrasah PERSIS telah berjalan
cukup lama dengan beberapa kali pergantian kepemimpinan yang di antaranya Ustaz Abun dari Babakan Payung Cihideung yang sekarang dia berada di daerah Parakan Nyangsang
Indihiyang. Memang menurut beberapa keterangan yang penulis dapatkan pada waktu itu
pendidikan ini belum menjadi Pesantren Persatuan Islam No 7 dulu namanya masih jama’ah Persatuan Islam saja, adapun berdirinya Pesantren Persatuan Islam PERSIS No 7 di
Cihideung adalah diakibatkan situasi politik pada saat itu dimana PERSIS sangat kental dengan konsep imamah dan imarah sehingga segala keputusan ditentukan oleh pimpinan
pusat termasuk dalam politik peaktis partai politik. Pesantren Persatuan Islam PERSIS yang berada di Cisalak yang sekarang berada di
Benda yang sudah mempinyai nomor yaitu nomor 7 mereka tidak mengukuti keputusan pimpinan pusat yang harus memilih partai politik tersentu saat itu, sehingga PERSIS yang
berada di Benda mengundurkan diri dari PERSIS, maka No 7 ini yang bermula menjadi No Persatuan Islam Benda yang berada di wilayah kabupaten Tasikmalaya sekarang dipindah
kekota yang sekarang bertempat di Cempakawarna.
Setelah beberapa lama PERSIS Benda kembali didirikan dan mendapat pengakuan dari Pimpinan Pusat PP PERSIS maka nomornya berubah menjadi No 67 sampai sekarang.
penjelasan ini disampaikan untuk menghilangkan kesimpangsiuran sejarah tentang No 7 Pesantren PERSIS di Cempakawarna saat ini.
52
Para Pendiri Pesanteren PERSIS No 7 di Kota: 1.
Ust. H. Muhammad Soleh. Ust. Hamsha alm 2.
Ust. Hasan Wardi alm 3.
Ust. Maksum alm 4.
Ust. Isma’il alm 5.
Ust. Mamat Rahmat alm 6.
Ust. Ruslan alm 7.
Ust. H. M. Abdurahman KS 8.
Ust. H. Ojo Tobi’i. Pada waktu itu nama-nama tersebut semuanya menjabat sebagai staf Pimpinan Cabang
PC PERSIS Tasikmalaya. Sedangkan Guru-guru pemula di jenjang pendidikan Tsanawiyyah
dan Tajhijiyyah pada saat itu 1.
Ust. Drs. H. Maman Abdurahman, yang ditugaskan Pimpinsn Pusat PP Persatuan Islam PERSIS
2. Ust. Isma’il alm
3. Ust. H. Maman Abdulrahman Ks
4. Ust. Maman Suganda
5. Drs. Maman Suherman yang sekarang berada di Serang Banten.
Sementara guru-guru untuk jenjang Diniyyah 1.
Ust. Nanang Iskandar
52
Wawancara peribadi dengan pimpinan pesantren K.H Maman Aburahman Ks
2. Ustadzah Endah
3. Ustadzah Oyoh, alm dan
4. Santri-santeri dewasa yang tinggal Mukim di Asrama.
B. Perkembangan Pendidikan di Pesantren Persatuan Islam No 7