Pendekatan Sosiologis Otoritas dan Kepemimpinan

Dari bebrapa definisi diatas secara umum kepemimpinan bisa didefinisikan sebagai seni atau proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol anggotanya, baik pikiran atau keinginan untuk bekerja, dalam rangka mencapai suatu tujuan yang diinginkan bersama dalam suatu organisasi atau kelompok-kalompok lain yang berada di masyarakat. Sementara dalam fungsi kepemimpinannya adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja mengemudikan atau menjalankan roda organisasi, membangun jaringan komunikasi yang baik memberi pengawasan supervisi yang efersien dan membawa pengikutnya jama’ah kepada sasaran yang ingin digapainya sesuai dengan waktu perencanaan yang biyasanya tertulis dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumahtangga ADART organisasi. Dalam pembahasan otoritas dan kepemimpinan, penulis akan memberikan pendekatan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan sosiologis dan pendekatan Islam sebagai berikut:

1. Pendekatan Sosiologis

Seorang pemimpin harus mempunyai kesadaran-kesadaran kemasyarakatan atau “sosial basis” yang mencakup susunan masyarakat serta “cultural focus” masyarakat yang bersangkutan. Kehadiran pribadi-pribadi pemimpin yang membawa pengaruh besar terhadap warga masyarakat untuk menjauhkan diri dari penyimpangan yang merugikan kehidupan bersama. Hendro Puspito mengatakan bahwa kehadiran para pemimpin yang berwibawa dan berpengaruh dalam kelompok tersentu mempunyai dua arti lebih tinggi. 3. “Seorang pemimpin mempunyai kelebihan dalam pengetahuan tentang norma-norma moral dan pola-pola kelakuan yang disepakati dan diterima oleh masyarakat. Termasuk peraturan-peraturan tertulis dan tidak tertulis. 4. Seorang pemimpin dipandang sebagai suri tauladan bagi bawahan, khususnya dalam kesetiaan pada kaidah-kaidah sosial umumnya dan peraturan-peraturan Negara kahususnya.” 44 Pemimpin merupakan figur sentral dalam kelompok sosial atau masyarakat, sesuai dengan posisi yang ditempatinya dia memegang peran penting dalam mengatur kelangsungan hidup kelompok, seperti membina hubungan antar peribadi, menciptakan suasana yang harmonis, mengatasi ketegangan dan konflik. Istilah pemimpin mempunyai berbagai macam pengertian misalnya: Pertama, pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khusus dalam suatu bidang, sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu demi pencapaian tujuan. Kedua, sebabai mana yang dikatakan oleh Hendry Pratt Fairchild, pemimpin adalah seseorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, manunjukan, mengorganisasi, dan mengontrol usaha orang lain atau melalui “Prstise”, kekuasaan atau posisi. Ketiga, John Gage Alle mengatakan bahwa pemimpim adalah pemandu, penunjuk, penuntun dan komando, dan Keempat, pemimpin adalah kepala “Aktual” dari organisasi kota, dusun, atau ‘sub-sub devisi’ lainnya. 45 Deliar Noer menggatakan: berbagai organisasi baik sosial, pendidikan, atau politik telah kita lihat berbagai sifat tiap organisasi itu, dimana kecenderungan yang mereka tekankan dalam pemikiran masing-masing adalah; “Sifat kecenderungan organisasi ini dibentuk oleh pimpinan organisasi serta lingkungan dimana organisasi itu bergerak.” 46 Maka dari itu dalam kehidupan berkelompok organisasi diperlukan adanya keterkaitan antara tiga unsur kemampuan sebagai pemimpin yaitu: 44 D. Hendro Puspito OC. Sosiologi Sistematik, h. 327. 45 Yusron Rajak, Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, h. 155. 46 Deliar Noer. Derakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. cet Ketujuh Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia Anggota IKAPI 1994, h. 319. a. Kemampuan untuk memahami, bahwa manusia itu berbeda antara yang satu dengan yang lain, sehingga dalam situasi yang berbeda mempunyai kekuatan motivasi yang berbeda pula, b. Mempunyai kemampuan untuk menghidupkan motivasi pengikutnya Jama’ah agar menggunakan kapasitas mereka sebagai anggota secara penuh dalam suatu pekerjan dan c. Kemampuan menerapkan perilaku dalam iklim kerja yang serasi, artinya sebagai seorang pimpinan harus bisa melayani, memberi contoh mengayomi, bahkan menempatkan mereka sesuai kapasitas atau keahliannya. Dari ketiga poin tersebut diatas menekankan jika seorang pemimpin itu baik dalam pemerintahan atau dalam oegranisasi-organisasi lain harus bisa diterima oleh semua anggota.

2. Pendekatan Islam